Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nggak Bisa Mudik, Nggak Perlu Mewek...

21 Mei 2020   04:00 Diperbarui: 21 Mei 2020   03:55 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana mudik bareng di tahun 2017 (foto: widikurniawan)

Polemik perbedaan istilah mudik dan pulang kampung rasanya sudah membosankan untuk dibahas. Nah, sebelum lanjut lebih jauh, di artikel ini saya hanya fokus menggunakan istilah mudik, bukan pulang kampung.

Bedanya sih jelas banget, kalau mudik tuh perjalanan singkat yang bakal balik lagi alias PP. Sedangkan pulang kampung ya cuma sekali jalan, abis itu udah deh, stay lagi untuk menetap di kampungnya.

---

Mudik bagi saya selalu saja menjadi perjalanan yang penuh cerita dan jujur saja selalu dinanti. Namun, tidak selamanya juga dalam hidup ini saya berhasil mewujudkan keinginan untuk mudik.

Dulu, ketika sempat merantau di Pulau Sulawesi, demi pekerjaan saya meninggalkan isteri dan anak yang tinggal bersama mertua saya di Kota Depok. Sedangkan orang tua kandung saya sendiri ada di Temanggung, Jawa Tengah.

Dalam periode itu, ada satu momen lebaran tatkala saya tidak bisa mudik. Berbagai alasan mendasarinya, dan salah satunya karena harga tiket PP yang luar biasa mahal bagi saya, belum lagi jika ditambah biaya lain-lainnya.

Sedih? Tentu saja. Apalagi merasakan lebaran sepi sendiri tanpa sanak saudara di rantau dan hanya berteman dengan cicak dan nyamuk di kontrakan sempit yang berdebu. Sudah pasti nelangsa lah. Terlebih lagi waktu itu belum ada video call WA atau aplikasi macam zoom.

Ketika berangkat shalat Ied, saya melangkah sendirian tanpa keluarga tersayang. Sementara di sekeliling saya orang-orang dengan senyum mengembang saling bergandengan tangan dengan orang-orang tercinta. Saat itu rasanya pengen mewek, tapi ya sudahlah...

Nah, saat saya sudah berhasil berkumpul dengan anak dan isteri kembali dengan bekerja di ibu kota, polemik mudik dan tidak mudik ternyata masih hadir setiap tahun. Ya, bagi yang sudah berkeluarga dan memiliki pasangan yang berbeda jauh kampung halamannya, tentu paham tentang hal ini. Biasanya solusi yang diambil adalah bergantian tujuan mudiknya tiap tahunnya. Tahun ini di kampung suami, tahun berikutnya di kampung isteri.

Namun, dalam kondisi normal, situasi di atas sebenarnya masih bisa dikatakan mudik, walau bukan ke tempat orang tua kandung kita. Nah, kalau sekarang? Situasi pandemi Covid-19 saat ini jelas tidak dianjurkan untuk mudik ke manapun, kecuali rumah orang tua kita hanya berbeda RW saja.

Bagi keluarga saya, tahun ini sudah legawa untuk tidak berlebaran ke manapun. Meski rumah mertua saya cuma sebelahan wilayah, saya di Kabupaten Bogor dan mertua di Kota Depok, tapi situasi zona merah membuat kami sadar untuk tidak melakukan mudik lokal ke Depok. Bahkan ibu mertua saya sendiri yang melarang kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun