Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tangis Tanpa Air Mata di Bulan Ramadan

5 Mei 2020   04:15 Diperbarui: 5 Mei 2020   04:16 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merindukan Ramadan di musala atau masjid (foto: Pexels.com/Abdullah Ghatasheh)

Kumandang azan Isya terdengar dari musala tak jauh dari rumah kami. Begitu syahdu mengajak kaum muslim shalat. Beberapa saat kemudian terdengar langkah-langkah kaki menuju musala. Anak-anak kecil pun berlarian sambil becanda dengan teman-temannya.

Ya Allah, malam Ramadan ini justru saya memilih berada di rumah, melaksanakan tarawih berjamaah dengan keluarga. Bayang-bayang virus corona, serta imbauan para ulama dan pemerintah membuat kami memilih posisi ini. Kami ikhlaskan malam-malam Ramadan tanpa sekalipun menginjakkan kaki ke musala atau masjid.

Memang berat rasanya, terutama ketika harus berbeda pandangan dengan saudara sesama muslim, dengan para tetangga sendiri yang masih tetap melaksanakan shalat berjamaah di musala tersebut, walalu memang tak seramai tahun-tahun sebelumnya. Entah apa yang mereka pikirkan terhadap kami-kami ini yang telah menghindari musala di kala Ramadan ini, yang jelas saya mengerti dan memahami juga pilihan mereka. Hal itulah yang menjadi salah satu momen tersulit dalam Ramadan tahun ini.

Tak hanya tarawih, saya pun sudah merindukan shalat Jumat di masjid. Entah sudah berapa kali saya terpaksa mengganti shalat Jumat dengan shalat Dhuhur. Tapi sepanjang pandemi Covid-19 masih ada, saya masih meyakini tindakan saya sebagai sebuah ikhtiar. Hal yang saya nilai wajar mengingat kecamatan tempat tinggal saya berada di zona merah dan diberlakukan juga pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Masih teringat betul dalam ingatan, ketika usai Ramadan tahun lalu, kegembiraan menyambut Idul Fitri di kampung halaman ternyata disertai juga penyesalan bahwa Ramadan kala itu saya tidak menjalaninya dengan sempurna. Tumbuh tekad bahwa Ramadan tahun berikutnya saya bisa beribadah dan beramal lebih baik lagi.

Tapi siapa sangka suasana Ramadan kali ini sungguh-sungguh berbeda. Jauh dari bayangan dan harapan saya. Mungkin tahun ini adalah Ramadan penuh kompleksitas masalah yang harus dihadapi umat muslim di manapun. Siapa sangka tarawih di musala dan masjid tidak dianjurkan? Siapa pula yang pernah mengira masjid-masjid tidak menggelar shalat Jumat?

Namun, bukan saya sendiri yang harus berjibaku dengan urusan perut, ibadah, pekerjaan hingga pendidikan anak dalam satu waktu bersamaan, banyak orang juga mengalaminya. Segala macam hal itulah yang harus terus dipikirkan, dilakukan dan dicari solusinya sesuai kondisi saat ini. Tidak justru menambah permasalahan baru dengan terpancing dalam perbedaan pendapat dan saling menyalahkan satu sama lain.

Ramadan yang penuh kegalauan. Ketika muncul tangisan justru tanpa air mata dan ibarat menderita luka tapi tak berdarah. Sungguh-sungguh perih kawan.

Situasi seperti ini sejatinya memang cobaan dan ujian dari Allah. Tidak ada musibah yang datang tanpa seizin Allah. Pun dengan segala keterbatasan dan segala permasalahan yang mendera, saya harus terus memegang prinsip untuk selalu bersyukur.

Ketika saya tertawa, mungkin di luar sana atau bahkan di sebelah rumah saya sendiri, ada orang-orang yang sedang menahan kesedihan. Ketika saya merasa bingung dan pening memikirkan beratnya pengeluaran yang disertai pemasukan yang menipis, mungkin justru saya masih lebih baik kondisinya dibandingkan orang-orang yang telah kehilangan pekerjaan.

Pada akhirnya memang hanya ikhlas, sabar dan ikhtiar yang akan menolong kita semua. Mengembalikan semuanya kepada Sang Maha Kuasa, dan menjadikan Ramadan kali ini layaknya perahu yang akan membawa pada keselamatan. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun