Sekarang saat pandemi Covid-19 menyerang di bulan Ramadan, setidaknya manusia dipaksa untuk tidak melakukan hedonisme dan ugal-ugalan saat berbuka puasa.Â
Banyak restoran tutup dan bila buka memberlakukan kebijakan take away alias dibungkus bae. Penjual takjil pun tak semarak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Bagi kelas menengah ke bawah, penghematan anggaran alias duit lah yang menjadi alasan tak lagi jor-joran membeli takjil dan lauk untuk berbuka. Jika dirunut lagi, duit menipis karena corona memaksa orang memiliki penghasilan yang kurang, bahkan ada yang mata pencahariannya terpaksa menghilang.
Bagi kelas atas, menggelar buka bersama dengan gaya lebay hanya akan menimbulkan permasalahan tersendiri. Ramai-ramai berkerumun pastinya bakal dihindari. Maka lebih baik dan lebih aman tentu saja dengan memperbanyak berbagi dengan yang kurang mampu.
Jika dipikir-pikir dan direnungkan kembali, bisa jadi kondisi pandemi Covid-19 saat Ramadan ini adalah ujian sekaligus sentilan bagi manusia. Mungkin saja Allah hendak membukakan mata orang-orang yang terbiasa berlebihan sehingga melupakan hakekat puasa itu sendiri.Â
Ramadan memang lebih baik diwarnai dengan aktivitas berbagi dengan sesama, dan kondisi saat ini justru memaksa kita untuk lebih peka dan peduli.
Coba deh diingat lagi, waktu kita kalap makan sepuasnya saat berbuka puasa, sempat terlintaskah di pikiran kita saat itu bahwa ada banyak orang di luar sana yang justru masih menahan lapar? Mungkin saja ingat sih, tapi langsung pura-pura nggak ingat.
Kini, dalam hati kecil saya justru ada sedikit kelegaan bahwa Ramadan kali ini bakal sepenuhnya berbuka puasa di rumah. Sepertinya memang tidak ada orang yang nekat bakal mengundang saya berbuka puasa bersama di restoran atau di manapun itu.
Saya bisa fokus berpuasa di rumah dan menikmati hidangan buka puasa yang sederhana dalam jumlah yang cukup. Ini juga pembelajaran bagi anak-anak saya, bahwa buka puasa tidak harus dilengkapi dengan aneka hidangan yang ujung-ujungnya bakal tersisa.Â
Semoga generasi mendatang dan kita di masa mendatang bisa memaknainya demikian, dan itu berarti mengembalikan puasa Ramadan ke makna yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H