Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jelang Ramadan, Jangan Pergi ke Pasar

22 April 2020   09:36 Diperbarui: 22 April 2020   09:48 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi-pagi sekali seorang tetangga sudah memanaskan mesin sepeda motornya di depan rumah. Ketika ditanya, ia menjawab hendak pergi ke pasar.

"Belanja buat puasa," ujarnya.

Bulan Ramadan memang sudah di depan mata. Tetapi kondisi akibat pandemi virus corona membuat Ramadan seolah berbeda. Bagaimanapun, kaum muslim harus menjalani Ramadan dengan tetap mengedepankan jaga jarak, phisycal distancing dan kalau bisa tetap berada di rumah.

Namun, sebagian masyarakat rupanya masih merasa belum puas jika mengawali Ramadan tanpa belanja kebutuhan di pasar. Terbukti pagi ini sudah bermunculan laporan dan foto-foto betapa padatnya suasana di berbagai pasar tradisional.

"Lho bukannya pasar tutup ya? Kok katanya masih ramai?" tanya saya kepada pedagang keliling yang lewat rumah saya.

"Iya memang tutup, tapi di masih banyak yang jualan di luar pasar, bukan di gedungnya," jawabnya.

Nah, memang serba dilematis kalau urusan perut. Banyak yang bilang "bisa jadi orang menderita bukan karena corona, tapi karena kelaparan".

Walau bagaimana, harus dipahami pula alasan para pedagang di pasar masih berjualan, meskipun di emperan, bukan di dalam pasarnya atau di tempat yang semestinya. Potensi rejeki menjelang Ramadan tentu pantang dilewatkan.

Bagi saya, belanja kebutuhan sehari-hari seperti sayur dan kawan-kawan, untungnya masih bisa dilakukan di berbagai warung sayur tak jauh dari rumah saya. Begitu pula melalui pedagang keliling yang masih lewat. Tentu saja protokol pencegahan virus corona lebih mudah dilakukan dibandingkan jika harus ke pasar tradisional.

Ya memang, siapa sih yang tidak ingin mengawali puasa Ramadan dengan menu sahur yang lebih istimewa dibandingkan  hari-hari biasa? Demikian pula saat buka puasa pertama, tentu banyak keluarga yang berlomba-lomba memenuhi meja makannya dengan sajian menu yang spesial.

Kalau tidak terpaksa, tentu menu darurat macam mie instan di saat pertama kali sahur bakal dihindari. Itu mah bagi saya biasanya menu andalan minggu kedua Ramadan. Maka pasar tradisional menjadi jawaban saat semua keinginan menu yang "berbeda" ingin diwujudkan, karena semua bahan untuk memasak ada di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun