Namun, ketika bicara tentang edukasi ke seluruh lapisan masyarakat, bisa jadi tak perlu dengan bahasa dan istilah teknis seperti "standar Euro 4 untuk BBM yang lebih ramah lingkungan". Terlalu "berat" bagi yang mendengarnya ketika setiap hari pun mereka masih dipusingkan dengan tetangga yang selalu nyinyir misalnya.
Ya, kampanyekan dengan sederhana bahwa Premium ternyata bikin boros dan Premium bikin mesin cepat rusak. Selanjutnya pakai Pertalite itu lebih aman dan hemat. Nah yang pakai Pertamax jelas greget, biar mahal yang penting greget.
Cukupkah demikian? Mungkin tidak, karena selama Premium masih eksis dan interval harganya terlalu njomplang dengan Pertalite dan Pertamax maka bisa jadi Premium bakal dirindukan kembali. Intinya faktor harga memang sangat vital.
Nah, selama seluruh masyarakat belum satu bahasa bahwa Premium memang "jahat", maka lebih baik jangan pernah coba-coba menaikkan harga Pertalite dan Pertamax dengan selisih harga yang membuat orang akan berpikir: "daripada beli Pertalite lebih mahal, lebih baik selisih uangnya dibelikan bakso."
Ingat, sebelum jadi antagonis, Premium sebenarnya adalah protagonis yang disayang publik. Nah jika kini sudah terlanjur terungkap kalau "jahat" masak mau jadi jagoan lagi? Ah, kok drama banget ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H