Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami

Hadiah untuk Anakku

30 Mei 2018   22:47 Diperbarui: 30 Mei 2018   22:49 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kubuka pelan pintu kamarnya, seperti biasa, ia telah terlelap. Sekitar empat jam lagi, aku akan membangunkannya untuk makan sahur.

"Gimana puasanya kemarin? Kuat kan?" tanyaku.

Ia hanya mengangguk pelan. Kuduga, ia masih terhanyut dalam kantuk. Kutatap lekat dirinya, ada rasa bangga menyeruak, meski rasa bersalah seolah membayangi.

"Ayah...."

"Iya?"

"Semalam pulang jam berapa? Kok aku nggak dengar?" tanyanya.

"Jam setengah sebelas Nak, kamu kan sudah tidur.."

Dia kembali mengangguk.

Sudah hampir setengah bulan puasa Ramadan berjalan. Belum kudengar cerita bahwa anak lelakiku menyerah berpuasa. Kata ibunya kalau merasa haus di siang hari, ia memilih tidur. Tapi belum satu hari pun ia merengek minta batal.

Aku tak bisa menentukan reaksi yang tepat untuk hal itu. Seharusnya, sebagai ayah, aku lebih banyak di sampingnya. Berpuasa bersamanya, sholat berjamaah, berbuka bersama, hingga pergi bersama ke mushala untuk tarawih.

Tapi kami tak memiliki keistimewaan itu. Bulan Ramadan selalu saja ada tuntutan perusahaan di tempatku bekerja untuk mengejar target-target tertentu. Tak ada kalender warna merah bagi kami hingga lebaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun