Sebagai bayangan di Stasiun Pondok Cina, mungkin dari 20 orang yang mengantre di tiap pintu hanya 2-3 orang saja yang berhasil masuk dalam kereta, itupun setelah berusaha keras dengan resiko yang tidak kecil. Silakan baca tulisan sebelumnya "Sudahlah Jangan Naik KRL Commuterline Lagi".
Nah, apa kabar jika Stasiun Tanjung Barat tiba-tiba dapat tambahan penumpang yang membludak? Bisa-bisa mereka baru berhasil naik kereta jam 8 setelah menunggu dari jam 6 pagi.
Sepanjang jalur KRL belum bertambah, jumlah armada pun susah bertambah, bagaimana bisa pihak PT KAI dan KCI bercita-cita menambah jumlah penumpang? Jelas tidak manusiawi melihat ribuan orang dipaksa terangkut dalam kondisi padat. Teori dan konsep memang terlihat bagus di atas kertas, tapi jangan sampai sisi manuasiawi terabaikan. Ribuan orang mungkin bisa saja terangkut, tetapi apakah di dalam KRL Commuter Line itu mereka mendapatkan hal yang layak?
"Namanya juga angkutan umum murah, bersubsidi pula, mana bisa enak?" komentar ini terus terang kerap saya dengar.
Tapi saya sebagai pengguna angkutan massal tidak berpikiran mau enak, tapi hanya berharap bisa diperlakukan manusiawi. Sisi manusiawi inilah yang makin lama makin pudar dalam KRL Commuter Line.Â
Dijejal sedemikian rupa dalam gerbong besi membuat penumpang sensitif, saling senggol, saling berprasangka buruk, merasa dirinya paling pantas diprioritaskan duduk dan sebagainya.
Kembali soal rusun di stasiun, semestinya calon penghuni memperhitungkan baik-baik apakah hunian tersebut memang sesuai dengan kebutuhan mereka? Apakah mereka memang berharap bahwa KRL Commuter Line menjadi andalan transportasi setiap harinya?
Saya ambil contoh Stasiun Tanjung Barat, jika ada rusun di lokasi ini maka sebaiknya dan semestinya yang akan benar-benar menikmati adalah mereka yang:
- Kerja di Jakarta dan memiliki jam kerja tidak seperti orang kebanyakan, misal berangkat kerja siang hari, sore atau malam hari, karena saat itu KRL Commuter Line tidak sepadat pada jam sibuk.
- Kerja ke arah berlawanan dari Jakarta, misal kerja di Depok atau Bogor, karena kepadatan pada pagi hari lebih ke arah Jakarta.
Nah, seandainya mereka tidak memenuhi kondisi tersebut, maka siap-siap saja penghuni rusun akan "menderita" menanti KRL Commuter Line setiap harinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H