Tanpa ba bi bu dan tanpa tahu apa yang terjadi, becak bergoyang dengan keras dan tubuh saya seolah terlempar ke depan, keluar becak. Rupanya roda becak menghantam keras lubang galian di jalan yang tertutup genangan air. Persis di depan hotel.
Saya pun terjerembab dan mendarat di aspal yang penuh genangan air hujan. Padahal di situ sudah ada tulisan "Hati-hati ada galian", tapi mungkin karena jarak pandang akibat hujan atau mungkin karena tidak fokus, jadinya ya begitu deh.
Well, saya cukup beruntung tidak cedera parah meski setelah itu hanya bisa manyun di pinggir jalan sambil geleng-geleng kepala. Saya hanya menderita benjol di dahi kanan meski tak sebesar bakpao dan mengalami nyeri di bagian tangan.Â
Sementara tas ransel saya terbukti waterproof sehingga laptop di dalamnya pun pun aman. Sedangkan kondisi pak becak hanya mengalami sedikit rasa malu karena banyak disalahkan orang-orang karena kurang hati-hati. By the way, spanduk bekasnya sobek parah akibat diterpa tubuh saya.
"Sory mas sory... Nggak kelihatan lubangnya," ucapnya sambil nyengir.
Benar sekali, anda tidak salah baca. Bapak tua itu hanya nyengir dan segera berusaha menggenjot sejauh mungkin becaknya dari hadapan saya yang masih speechless.
"Bentar Pak, ini ongkosnya," meski seharusnya saya minta asuransi dan dibawa ke Puskesmas, saya malah tetap membayar. Hanya sepuluh ribu sih dari rencana 20 ribu, lha wong saya nyari duit yang selembar lagi nggak ketemu. Mungkin dia ngumpet karena shock.
Nah, pengalaman itu masih hangat di kepala saya karena baru akhir November tahun lalu kejadiannya. Dari kejadian itu, saya kali ini bisa menyatakan sepakat dengan Bang Sandi (meski saya tidak sepakat dengannya kalau soal lipbalm). Tukang becak memang harus diberi pelatihan.
Pelatihan yang bagaimana? Nggenjot memang gampang, tinggal gowes. Tapi arahnya ke mana dulu? Apa boleh melawan arus lalu lintas seperti pak becak yang membawa saya tadi? Apa boleh sembarang melibas genangan air tanpa memperhitungkan itu adalah jalanan berlubang yang berbahaya?
Lalu becak seperti apa yang laik jalan? Apakah yang seadanya saja tanpa memperhatikan aspek keselamatan? Apa tirai dari spanduk bekas juga layak pasang?
Bagaimana pula standar pelayanan terhadap penumpang? Katanya becak di Jakarta juga untuk menunjang pariwisata? Kalau sudah sukses melempar penumpang turun, apakah pantas si abang becak malah berusaha kabur dan nyengir? Bisa-bisa kalau wisatawan asing ada yang bernasib seperti saya, dia malah memviralkan kejadian itu ke kampungnya sana.