Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Akibat Pohon Tumbang, KA Bandara Turunkan Penumpang di Tanah Abang

1 Januari 2018   08:00 Diperbarui: 1 Januari 2018   17:53 1778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta Api Bandara Soetta yang harus terhenti di Stasiun Tanah Abang (foto by widikurniawan)

Cuaca tak bersahabat di pengujung tahun 2017 membuat perjalanan KRL Commuter Line maupun KA Bandara terganggu. Kemarin sore, 31 Desember 2017, saya berada di dalam KA Bandara yang masih tahap uji coba dengan penumpang umum dalam perjalanan dari Bandara Soekarno-Hatta Tangerang menuju tujuan akhir Stasiun Sudirman Baru.

Semula keberangkatan lancar dengan jadwal tepat waktu dari Stasiun Bandara Soetta yakni pukul 14.40 WIB. Namun memang cuaca saat itu sempat diwarnai dengan hujan angin yang cukup deras dan kencang. Perjalanan relatif aman hingga menjelang masuk Stasiun Batu Ceper. Di stasiun ini KA Bandara berhenti cukup lama.

Ketika perjalanan berlanjut, KA kembali berhenti lama di Stasiun Duri. Petugas sudah sempat memberikan pengumuman bahwa terjadi gangguan akibat pohon tumbang di jalur antara Tanah Abang - Sudirman. Sebagai pengguna setia KRL Commuter Line, saya tahu persis bahwa sebuah pohon tumbang di jalur itu akan mengganggu perjalanan banyak KRL Commuter Line. Apesnya, KA Bandara menuju Sudirman Baru menggunakan jalur rel yang sama sehingga pasti akan kena dampaknya.

Benar saja, KA Bandara yang masih gres kinyis-kinyis itu hanya bisa pasrah tak bergerak di Stasiun Duri. Karena bukan stasiun transit, maka pintu-pintu kereta pun tidak dibuka oleh petugas. Hal ini membuat gelisah sejumlah penumpang yang tidak bisa turun untuk pindah ke moda lainnya. Apalagi hawa dingin dalam kereta yang masih baru membuat sejumlah penumpang kedinginan.

Sekitar 15 menit manyun, akhirnya KA kembali berjalan, dan lagi-lagi berhenti di Stasiun Tanah Abang. Di sinilah saya dibuat kaget oleh dua orang petugas yang tiba-tiba tanpa pengumuman resmi terlebih dahulu membuka pintu dengan tuas darurat dan menyuruh kami segera turun. Saat kaki hendak melangkah turun dari KA, barulah terdengar petugas melalui pengeras suara mengumumkan bahwa perjalanan KA berakhir sampai di sini dan penumpang diminta mencari alternatif kendaraan lainnya. Jadi total keterlambatan bertambah hampir sejam dari perjalanan yang mestinya memakan waktu 55 menit saja.

Saya tidak sempat mendengar ada kata permintaan maaf, seperti yang kerap diumbar oleh PT KCI jika KRL Commuter Line terjadi gangguan. Atau saya terlewat karena terburu-buru turun? Mungkin sudah saatnya PT Railink sebagai operator KA Bandara Soetta ancang-ancang dan belajar bagaimana rajin meminta maaf kepada penumpang karena bisa jadi di masa-masa mendatang akan banyak kejadian serupa.

Penumpang KA Bandara terpaksa turun di Stasiun Tanah Abang (foto by widikurniawan)
Penumpang KA Bandara terpaksa turun di Stasiun Tanah Abang (foto by widikurniawan)
Kejadian turun karena terpaksa ini jelas merugikan banyak pihak. Memang masih banyak penumpang uji coba (seperti saya) yang naik KA Bandara hanya karena ingin mencoba dan me-review. Tetapi tidak sedikit penumpang pesawat yang memang terlihat belum siap menyikapi kondisi darurat seperti ini. Mereka umumnya menenteng koper besar dan barang bawaan yang cukup merepotkan ketika harus turun di Stasiun Tanah Abang.

Maka tak mengherankan ketika banyak penumpang KA Bandara yang kebingungan dan bertanya-tanya kepada petugas di Stasiun Tanah Abang tentang bagaimana cara mereka harus mencari alternait kendaraan lainnya. Sedangkan di kawasan Tanah Abang sendiri tidak cukup nyaman ketika harus nenteng-nenteng koper sambil mencari kendaraan umum.

Sepertinya PT Railink harus memeras otak lebih keras lagi agar bisa menanggani keadaan darurat seperti itu. Menurunkan penumpang begitu saja selain di tempat tujuan tanpa memberikan bantuan memadai sungguhlah keterlaluan namanya.

Betapa repotnya penumpang ketika harus turun di stasiun yang bukan tujuan akhir (foto by widikurniawan)
Betapa repotnya penumpang ketika harus turun di stasiun yang bukan tujuan akhir (foto by widikurniawan)
Lha wong angkot atau Kopaja saja kalau mau ganti rute atau ngoper penumpang mereka punya tanggung jawab mencarikan kendaraan sejenis dan menanggung ongkosnya kok. Lha ini piye?

"Kan bayarnya masih promo tiga puluh ribu, ya begini deh jadinya..." ucap seseorang yang berjalan di belakang saya.

Hmmm...  saya pun kembali melangkahkan kaki di jalanan Tanah Abang yang beken itu. Nun jauh di sana ada bajaj yang akan mengantar saya ke Stasiun Juanda. Si Abang bajaj terlihat melambaikan tangan di bawah sorot tajam seorang petugas Dishub, saya pun berlari terseok mengejarnya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun