Rasanya belum hilang rasa shock saya saat pekan lalu terpaksa harus "terjun" dari KRL Commuterline. Berjalan menyusuri bebatuan dan rel menuju Stasiun Manggarai, kemudian menciptakan rekor keterlambatan masuk kantor. Pengalaman "asyik" yang tidak mengasyikkan.
Semua gara-gara KRL Commuterline anjlok yang tidak tahu waktu. Ya, coba anjloknya malam hari jam sebelasan malam, pasti PT Kereta Commuterline Indonesia (KCI) tidak terlalu "menderita" karena hujan hujatan. Lha, ini di saat ribuan orang mau mencari nafkah, malah anjlok... Tekor deh semua, cuma tukang ojek online dan gerai Indomaret saja yang tiba-tiba untung besar.
Belum selesai dibahas gara-gara KRL anjlok, eh warganet dan media kembali menyoroti banyaknya keterlambatan dan penumpukan penumpang karena dibukanya jalur hingga Cikarang. Sebuah kemajuan yang tak diiringi kesiapan, sehingga berakibat gerutuan dan kerugian yang tak terbayangkan.
"Tenang gaes, ini hanya awal-awal saja, demi masa depan memang harus berkorban..." cetus seseorang yang lupa saya ingat namanya karena cuma komentator di medsos.
Dan salah satu korbannya tentu saja teman saya yang selalu naik KRL dari Bekasi. Sudah beberapa kali dia terlambat masuk kerja gara-gara KRL gangguan lah, terlambat lah atau apa lah.
Kalau jalur Bekasi merana, bukan berarti jalur Bogor aman-aman saja. Sejak peristiwa anjlok pekan lalu, beberapa kali saya naik KRL juga mengalami keterlambatan. Paling parah Kamis, 12/10 kemarin karena saya mesti berdiri, saling dorong, saling tahan, saling sikut dan saling injak di dalam kereta hingga 1 jam 45 menit lamanya dari biasanya dengan waktu tempuh normal kurang dari 1 jam.
Tidak jelas penyebab keterlambatan ini karena announcer hanya menginformasikan dengan bahasa standar kepada penumpang.
"Saat ini kereta anda sedang menunggu antrean masuk stasiun anu, mohon maaf atas ketidaknyamanan perjalanan anda..."
Permohonan maaf itu bahkan berulang terucap tiap kali hendak masuk stasiun, entah Stasiun Depok, Depok Baru, Pondok Cina dan seterusnya... Mungkin sudah jadi hobinya pengelola KRL Commuterline, gangguan dan minta maaf.
Hari ini pun kejadian tidak enak terulang lagi. PT KCI menyatakan ada gangguan persinyalan di Stasiun Jakarta Kota. Lagi-lagi nada protes bertebaran di dunia maya.
Rekor ini juga berimbas pada diri saya sebagai pengguna setia KRL Commuterline. Saya ikut-ikutan bisa mencetak rekor kena rangkaian pegal linu, radang tenggorokan, batuk dan meriang terbanyak dalam satu bulan. Tidak itu saja, bulan ini adalah rekor terbanyak saya beli obat ke apotek, entah beli balsem pegal linu, vitamin, obat batuk, obat radang dan sebagainya. Mantap.
Itulah fenomenanya ketika KRL Commuterline memang sangat dibutuhkan, terutama pada jam berangkat dan pulang kerja. Tapi membludaknya penumpang ternyata belum diikuti kesiapan operasional pengangkutan.
Okelah penambahan jadwal belum memungkinkan lagi selama panjang rel masih segitu-segitu saja. Tapi please, tolong dong, heloo... Itu yang namanya gangguan operasional, keterlambatan atau apalah istilahnya, bisa nggak ya kalau dikurangi? Dikurangi saja cukup kok, kalau dihilangkan ya itu berarti PT KCI sudah level top markotop.
Tapi yah gimana lagi ya? Kadang niat baik saja memang tidak cukup.
Sebenarnya kurang apa coba terobosan PT KCI belakangan ini? Misalnya saja bikin underpass di beberapa stasiun supaya penumpang aman dan tidak beresiko saat menyeberang peron. Eh, malahan baru selesai dan resmi dipakai, underpass sudah menuai protes akibat makin berjubelnya penumpang yang menunggu di peron sempit seperti di Stasiun Citayam dan Bojonggede. Ada juga yang protes karena letak underpass yang tidak pas, alias terlalu jauh memutar.
Belum lagi kualitas pembangunan underpass ini yang patut dipertanyakan dengan tanda tanya besar. Bagaimana tidak, jika underpass beberapa kali berubah jadi kolam besar saat hujan tiba, seperti di Bojonggede dan Sudimara.
Namun, pada akhirnya saya sebagai penumpang hanya bisa pasrah menunggu langkah-langkah terbaik dari PT KCI menangani banyaknya masalah yang muncul. Mau marah ya ngapain juga? Palingan kalau sedang kesakitan di kereta karena kesodok atau kaki terinjak penumpang lain, yang keluar lirih dari mulut saya adalah penggalan lagunya NDX AKA dan mbak Via Vallen...
Meh sambat kaleh sinten nyen sampun mekaten
Merana uripku
Aku welasno kowe aku mesakno aku
Aku nangis, nganti metu eluh getih putih
atau kalau diterjemahkan kira-kira begini:Â
"Mau mengeluh sama siapa kalau sudah begini, merana hidupku. Aku  kasihan kamu, aku kasihan aku. Aku nangis sampai keluar air mata darah putih..."
Nah lho, nyanyi aja deh pada akhirnya.