Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ayo Bawa Bekal Sarapan ke Kantor

23 Januari 2017   18:01 Diperbarui: 23 Januari 2017   18:07 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gila deh, pas kebelet begini pakai acara ketahan segala. Padahal nih ya, sangat sangat jarang banget kereta pagi hari berhenti di sinyal masuk Stasiun Pasar Minggu. Kenapa harus sekarang? Kenapa? Why? Saya pun mengutuk dalam hati. Jangan-jangan ada konspirasi yang sengaja ingin membuat saya tersiksa dalam mules yang sangat dahsyat.

 “Please deh, aku harus kuat, aku harus kuat!” demikian tekat saya dalam hati.

Sempat saya terngiang oleh pesan orang tua saat saya masih kecil nan imut.

“Nak, kalau kamu kebelet BAB, ambil batu dan masukkan ke dalam kantong celana kamu, niscaya kamu sanggup menahan hasrat yang menderamu,” begitu kira-kira pesan orang tua dan para sesepuh di kampung saya dulu.

Masalahnya, tidak ada batu di dalam kereta itu, jadi saya tetap harus tabah dan fokus menahan diri dari cobaan ini. Akhirnya, beberapa saat kemudian kereta kembali berjalan, meski pelan. Saya sedikit bisa bernafas lega. Nah, begitu kereta sampai dan berhenti di Pasar Minggu, saya pun bergegas keluar dari kereta.

Pengennya lari ke toilet secepatnya, tapi ah mana bisa? Saya takut ‘barang bawaan’ saya ini bakal jatuh berantakan. Makanya langkah saya cukup nanggung. Cepat tidak, pelan juga tidak. Ditambah letak toilet umum di Stasiun Pasar Minggu di ujung selatan peron, lumayan jauh dari tempat saya turun dari kereta. Mana lantainya banyak naik turun lagi.

“Gila ini, siapa yang mindahin toilet ke ujung sono?” kutuk saya dalam hati.

Pas nyampai toilet ternyata persoalan makin pelik ketika saya mendapati toilet pria yang ada penuh dipakai orang. Duh, bisa-bisa…

Saya kemudian melongok sekeliling dan melihat sesosok pria bertubuh besar berperawakan sangar sedang membersihkan lantai sekitar toilet. Sebuah ide kepepet terlintas di pikiran saya.

“Pak, Pak, maaf boleh saya pakai toilet wanita Pak, sudah kebelet nih…” kata saya.

“Uwwe….” entah dia bilang apa, tidak jelas terdengar, wajahnya pun tetap sangar tanpa memalingkan mukanya ke arah saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun