Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

[LOMBAPK] Begini Rasanya Jadi Minoritas Nggak Doyan Durian

18 Januari 2017   11:50 Diperbarui: 18 Januari 2017   11:54 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Triknya adalah memasukkan barang busuk itu lewat pintu khusus dari parkiran mobil di lantai basement. Jangan ditiru ya gaes, kasihan petugas kebersihannya.

Namun, rupanya segala upaya dan pengorbanan saya demi kaum mayoritas penggemar durian terkadang hanya bertepuk sebelah tangan. Tak jarang saya mengalami pem-bully-an gara-gara jati diri saya sebagai non-penggemar durian terkuak. Misalnya saja dalam sebuah acara kumpul-kumpul yang agendanya sebenarnya hanya tentang tertawa bersama atau temu kangen, eh tiba-tiba malah ada yang order durian sekarung.

Di situ kadang saya merasa pedih. Mereka tidak peduli kalau saya harus menahan mual atau bahkan muntah-muntah dan lari ke toilet. Mereka tidak malu untuk bertindak kekanak-kanakan dengan mendekatkan daging buah durian yang baunya tajam ke dekat wajah saya. Plis deh gaes, saya kan juga manusia.

“Cobain deh, sekali mencoba pasti kamu ketagihan..” kata mereka.

Hmm, mungkin ada beberapa kasus orang yang berubah haluan menjadi pecandu durian gara-gara sekali icip lalu ketagihan. Tapi saya tidak masuk kategori itu, cara-cara paksa dan menjurus kekerasan untuk merekrut seseorang masuk menjadi penggemar durian adalah cara kekunoan menurut saya. Cara yang jahat, sejahat perilaku Rangga.

Di keluarga saya, toleransi terhadap saya yang tidak doyan durian dan dengan mereka yang sangat gemar durian sudah berjalan dengan baik. Meski om saya bahkan pernah menjadi pedagang durian, dia tidak pernah memaksakan saya untuk menjadi sepertinya.

Dia sama sekali tidak pernah bilang begini:

“Ayolah makan durian ini, gratis all you can eat bonus tak kenalin sama perawan kinyis-kinyis kampung sebelah...”

Tidak, jelas tidak. Soal durian mah beda urusan sama perawan.

Terkadang saya mikir, betapa beragamnya cara pandang orang. Ada yang sangat toleran, ada yang toleran tapi dengan syarat ketentuan berlaku, ada pula yang berprinsip “say no to toleran”.

Coba deh bayangkan betapa indahnya dunia jika para durianers bisa hidup berdampingan dengan non-durianers tanpa saling mengganggu. Para durianers bebas makan tanpa mengakibatkan jatuh korban di pihak non-durianers. Sebaliknya juga kaum non-durianers seperti saya tidak mudah emosi ketika ada oknum makan durian di depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun