[caption caption="Lokasi penangkaran tukik di Kepulauan Bangka Belitung"][/caption]Dalam sebuah perjalanan menyusuri Pulau Bangka, bulan lalu, singgah ke lokasi penangkaran tukik di Pantai Tongaci, Sungailiat sebenarnya tidak ada dalam rencana saya. Namun, begitu melihat sebuah papan petunjuk lokasi bertuliskan “Penangkaran Tukik Babel” rasa antusias dan keingintahuan tiba-tiba menyeruak.
Lokasi penangkaran tukik Bangka Belitung ini ternyata begitu luas dengan latar panorama Pantai Tongaci yang elok. Lalu siapakah orang atau pihak yang begitu peduli dengan pelestarian bayi-bayi penyu alias tukik ini? Pemerintah setempat kah? Swasta kah?
“Sian Sugito namanya, beliau yang punya ini semua,” ucap seorang penjaga.
Sayang, saat itu pria bernama Sian Sugito yang namanya banyak tertulis di sekitar lokasi, tidak sedang berada di tempat. Yah, minimal mau foto bareng lah.
[caption caption="Panorama Pantai Tongaci"]
Akhirnya, saya pun lebih banyak mengamati tukik-tukik sembari ngobrol pada orang-orang yang saya temui di sekitar tempat tersebut.
“Telur-telur penyu itu dibawa para nelayan ke sini, dibeli sama Pak Sian lalu ditanam di lokasi penetasan itu,” ucap seorang penjaga.
Telur penyu sebenarnya terkenal kelezatannya saat dimasak, dan pastinya mahal harganya. Namun, nelayan-nelayan di Bangka Belitung sudah memahami jika penyu merupakan binatang langka yang dilindungi.
“Mereka pasti bawa ke sini, tidak berani mereka macam-macam karena ada peraturannya.”
Telur yang ditanam di lokasi penetasan, ditandai tanggal pengambilannya. Setelah itu dijaga tiap hari hingga menetas dan siap dipindah ke lokasi bak-bak yang berisi air laut. Tukik-tukik itu dipelihara hingga umur sekitar 1 tahun untuk siap dilepaskan ke habitat aslinya.
[caption caption="Tempat penetasan bayi penyu"]
[caption caption="Telur penyu ditanam di pasir dan diberi tanda"]
“Saat acara pelapasan ke laut biasanya kami mengawali dengan doa supaya penyu-penyu ini selamat di habitatnya dan kembali untuk bertelur,” ucap seorang bapak yang mengaku kenal dengan perjuangan Sian Sugito membangun penangkaran tukik.
“Kelak di sini akan dibuka museum penyu, sebagai tempat wisata sekaligus pendidikan bagi masyarakat luas,” lanjutnya.
Salut, pelestarian alam dan binatang-binatang yang dilindungi nyatanya bisa dilakukan oleh siapa saja, tanpa harus menunggu pemerintah bergerak. Karena inilah warisan bagi anak cucu kelak, jangan sampai mereka hanya mengenal penyu dari buku dan dongeng saja.
[caption caption="Bayi-bayi penyu yang baru lahir dipindahkan ke tempat ini"]
[caption caption="Tukik berumur 10 bulan hingga 1 tahun dipindah ke sini"]
[caption caption="Memberi makan tukik"]
[caption caption="Di tempat ini tukik yang sudah cukup umur disiapkan hingga waktu pelepasan"]
[caption caption="Andai dapat bicara, tukik-tukik itu akan 'curhat' seperti ini"]
Foto-foto by widikurniawan @maswidik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H