Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Luis Suarez, Calon Legenda Gagal

27 Juni 2014   06:01 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:41 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Luis Suarez usai menggigit Giorgio Chielinni (sumber: kompas.com)"][/caption] Kedudukan masih imbang 1-1 ketika waktu sudah memasuki menit-menit akhir pertandingan. Lewat sebuah serangan ke gawang Uruguay yang berujung kemelut, sundulan pemain Ghana, Dominic Adiyah, rasa-rasanya akan menuntaskan kemenangan bagi Ghana karena kiper Fernando Muslera sudah dalam posisi tak menguntungkan. Namun, peluang emas itu urung menjadi gol karena reaksi spontan Luis Suarez yang menepis bola dengan tangannya, bak seorang penjaga gawang. “Priit!!” wasit meniup peluit, menunjuk titik putih, sekaligus mengusir Suarez dengan kartu merah. Semua mata menatap langkah tertunduk Suarez menuju keluar lapangan. Ia menutup sebagian wajahnya dengan kaos, sekilas ia terlihat seperti menangis. Ghana pun bersiap mengukir sejarah menuju semi final Piala Dunia melalui gol penalti di menit terakhir. Asamoah Gyan yang berperan jadi algojo, sudah siap mengirim Uruguay pulang. Namun, takdir berkata lain. Tendangan keras Gyan memang sukses menipu Muslera, tetapi hasilnya hanya menerpa mistar atas gawang. Sorot kamera beralih ke pinggir lapangan, saat kesedihan Suarez berubah menjadi teriakan kegirangan. Ia telah berhasil membantu Uruguay bernafas dengan caranya sendiri. Sementara tangisan beralih ke kubu Ghana. Asamoah Gyan terlihat terisak dirangkul rekan-rekannya. Hasil akhir berpihak pada Uruguay lewat kemenangan adu penalti 4-2, dan nama Suarez saat itu mulai muncul mendunia dengan bumbu kontroversi. Pahlawan bagi Uruguay, tetapi dicaci oleh publik Ghana dan penggemar sepak bola dari berbagai penjuru dunia. Nama Luis Suarez kemudian lekat dengan kehebatan yang bersanding dengan kontroversi. Saat ditransfer Liverpool dari Ajax pada Januari 2011, Suarez usai menjalani skorsing di Liga Belanda karena menggigit pemain PSV Eindhoven, Otman Bakkal. Aksi aneh yang ironisnya dilakukan Suarez dua kali lagi di kemudian hari. Pemain Chelsea, Branislav Ivanovic menjadi korban kedua keganasan gigi Suarez yang membuat sang penyerang ini mendapat larangan bermain selama 10 laga di Liga Primer. Banyak yang beranggapan karier Suarez akan tamat di Anfield, seiring dengan derasnya kabar yang mengaitkan kepindahan Suarez ke klub yang berlaga di Liga Champions. Namun, Liverpool yang memiliki manajer muda bertangan dingin pada diri Brendan Rodgers, seolah mampu ‘menjinakkan’ Suarez dan membuatnya bertahan di Anfield dengan durasi kontrak baru. Musim 2013-2014 menjadi pembuktian seorang Luis Suarez. Performa ciamiknya di atas lapangan, serta gelontoran gol-golnya mampu membawa Liverpool berada pada persaingan gelar juara hingga akhir musim. Ia seolah telah berubah menjadi sosok lembut dan manusiawi yang hanya berpikir bagaimana memenangkan pertandingan. Dunia pun menyanjungnya, dan mulai membandingkan kehebatannya berada satu kelas bersama Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Mengemas 31 gol dalam satu musim di Liga Inggris tentu bukan raihan yang mudah. Fans Liverpool tentu berharap ia akan terus bermain mengenakan kostum merah dan kelak akan menjadi legenda klub bergabung dengan nama-nama tenar pendahulunya. Ya, Liverpool dikenal memiliki deretan legenda dengan loyalitas yang bisa dibanggakan. Namun, undian Piala Dunia yang mempertemukan Inggris dan Uruguay, serta juga Italia, dalam satu grup, seolah menjadi rangkaian titik balik perjalanan hidup seorang Luis Suarez. Gagal main di pertandingan pertama melawan Kosta Rika karena masih belum fit usai operasi cederanya, Suarez menjadi lakon utama saat Uruguay memaksa Inggris menyiapkan koper pulang. Dua golnya ke gawang Joe Hart dirayakan penuh suka cita seolah Piala Dunia sudah dalam genggaman. Suarez tak menghiraukan bagaimana kesedihan Steven Gerrard, Glen Johnson, Raheem Sterling, Jordan Henderson dan Daniel Sturridge yang saat itu berada di lapangan yang sama tetapi berbeda kostum. Padahal nama-nama tersebut sebelumnya selalu bahu-membahu membantu Suarez menemukan performa terbaik di Liverpool. Suarez terlihat begitu antusias dan lepas bebas seolah menuntaskan dendamnya pada Inggris. Ia mengakuinya bahwa momen itu adalah balasan terhadap segala kritik dan cemoohan orang Inggris selama ini. Aksi yang tentu saja makin membuat publik Inggris makin marah padanya. Maka rumor kepindahan Suarez ke Barcelona atau Real Madrid pun kembali mengemuka. Rabu (25/6/2014) dinihari WIB, jutaan pasang mata di seluruh dunia menjadi saksi bagaimana kemenangan Uruguay atas Italia 1-0 diwarnai aksi paling mengejutkan sekaligus paling aneh yang pernah terjadi dalam gelaran Piala Dunia. Luis Suarez kembali dengan gigitannya terhadap Giorgio Chielinni. Ah, lagi-lagi Suarez. Usai laga sudah barang tentu makin banyak kecaman yang diterimanya. Suarez menjelma menjadi ‘drakula’ lapangan hijau yang kini dibenci orang. Skillnya boleh lengkap, kaki dan kepala bisa membuahkan gol. Tapi Suarez seolah terlahir menjadi pemain sepakbola paling lengkap, ketika tangannya pernah berjasa bagi Uruguay, bahkan giginya pun telah memakan tiga korban. Suarez digadang-gadang menjadi pemain terbaik dunia tahun ini karena performa bersama Liverpool dan peluang membawa Uruguay melangkah jauh di Piala Dunia 2014. Tapi gara-gara ulahnya, kini ia terancam lagi. Liverpool diprediksi akan menjualnya karena tuntutan publik Inggris. Jika itu terjadi maka pupus sudahlah harapan pendukung The Reds menemukan namanya di antara para legenda Anfield. FIFA sudah mengetuk palu hukuman bagi Luis Suarez, larangan tampil di sembilan laga internasional dan larangan empat bulan berkecimpung di dunia sepakbola ditambah denda 66.000 poundsterling (dilansir dari Kompas.com). Hukuman yang pastinya tidak diharapkan oleh sang kontroversi. Peluang Uruguay untuk terus melaju akan semakin berkurang tanpa kehadiran Suarez. Luis Suarez telah membuang-buang kesempatan untuk menjadi pemain yang layak dikenang karena kehebatannya mengantarkan timnya meraih prestasi tinggi. Sepertinya ia adalah calon legenda yang gagal, baik di level klub maupun tim nasional. Jika ia tidak mampu mengubah dirinya menjadi pribadi yang disegani di dalam maupun luar lapangan, maka kelak orang akan mengingatnya tak lebih sebagai pemain sepakbola dengan kelakuan paling aneh, suka menggigit pemain lawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun