Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gas 3 Kilogram Langka, Lapor ke Mana Euy?

23 Februari 2015   02:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:41 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

“Maaf Bang, siomay-nya kurang anget, maklum lagi susah nyari gas,” tutur abang tukang siomay yang biasa keliling di lingkungan tempat tinggal saya di Bojonggede, Kabupaten Bogor, Minggu, 22/02/2015 sore.

Si abang siomay mengaku telah berkeliling hingga lintas kecamatan, tetapi dia tidak menemukan penjual gas tabung ukuran 3 kilogram yang masih memiliki stok. Padahal gas yang dia bawa untuk jualan tak lama lagi bakal habis, dan terpaksa siomay-nya pun jadi dingin, tidak selalu hangat seperti biasanya.

Keluhan serupa juga dilontarkan oleh beberapa tetangga saya yang mengaku tidak mendapatkan stok gas 3 kilogram yang biasa dijual dengan harga Rp 19.000 per tabung.

“Biasanya begini ini ada permainan dah,” cetus seorang tetangga saya.

Permainan apa ya? Entahlah, saya lagi malas terlibat pembicaraan lebih jauh kalau sudah nyangkut-nyangkut kata "permainan".

Kondisi serupa juga dirasakan oleh warga Kota Depok. Kelangkaan gas 3 kilogram di tingkat pengecer membuat warga was-was tidak bisa masak.

Padahal daerah seperti Depok dan Bogor ibaratnya hanya selemparan batu saja dari pusat pemerintahan negeri ini. Nyatanya kebutuhan pokok masyarakatnya masih saja tersendat. Lalu bagaimana nasib di daerah-daerah lain?

Kelangkaan gas ukuran 3 kilogram akan berdampak paling besar bagi masyarakat menengah ke bawah dan tentu saja termasuk pedagang-pedagang makanan skala kecil. Jika gas ukuran 3 kilogram benar-benar tak beredar di pasaran, bisa dipastikan tukang siomay, tukang bakso, tukang nasi goreng, tukang gorengan dan tukang-tukang lainnya favorit saya bakalan berhenti berjualan.

Hmm, trus enaknya lapor ke mana ya?

Lapor polisi? Nggak nyambung.

Lapor KPK? Nggak mungkin.

Lapor Pak Camat? Nggak kenal.

Lapor media? Haha, media mainstream rupanya sedang asyik dengan berita lain, soal politik tingkat atas hingga heboh goyang drible. Soal gas langka? Ah, sedari sore saya ngubek-ubek media online terkemuka juga belum nemu. Huh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun