Jika diperhatikan, pasti mengherankan ketika Kopaja dan Metromini yang ongkosnya 4 ribu rupiah selalu penuh sesak penumpang pada pagi hari saat pekerja kantoran di kawasan Sudirman berangkat kerja. Sedangkan bus gratis Transjakarta ini di waktu yang sama terlihat kosong dengan beberapa gelintir penumpang saja.
Halte adalah sesuatu yang bikin ‘malas’. Limpahan penumpang dari Stasiun Sudirman lebih memilih naik langsung Kopaja di depan stasiun daripada mesti jalan puluhan hingga ratusan meter ke halte terdekat. Begitu pun saat mau turun, penumpang tidak bisa turun langsung di depan kantornya apabila letak halte kebetulan cukup jauh dari kantor.
Naik dan turun sembarangan adalah kelebihan dari angkutan seperti Kopaja dan Metromini (dan juga sepeda motor).
4. Belum banyak yang tahu keberadaan bus gratis ini
Meski sudah berjalan dua bulan, nyatanya masih saja ada penumpang baru di bus gratis yang terbengong dan berdecak kagum karena baru pertama kali naik.
“Wah, kok saya baru tahu,” pasti begini komentarnya.
Ternyata meski orang-orang kantoran ini punya smartphone dengan harga mahal, tidak semua sudi membuka-buka berita tentang fasilitas umum di Jakarta. Paling banter sih buka Facebook, BBM-an, baca berita hoax lalu di-forward lagi, melototin meme dan sejenisnya.
Nah, jika selama ini cenderung sepi, apakah Ahok perlu menarik keberadaan bus gratis ini? Eit, tunggu dulu, jangan gegabah dong Pak Ahok.
Desember silam, Ahok pernah mengeluarkan pernyataan begini:
"Makanya dulu ditanya busnya cukup apa nggak? Aku bilang pasti cukup. Nggak ada yang mau naik deh. Makanya jalan aja, lama-lama nanti mulut ke mulut," ucap dia. Sumber
Ternyata Ahok sudah meramal bus bakalan sepi tapi lama-kelamaan bakal ramai. Dan kenyataannya prediksi ini sudah mulai terlihat. Setidaknya seminggu terakhir saya mulai melihat banyak penumpang sudah tahu jadwal kedatangan bus di halte dan memanfaatkan fasilitas gratisan ini menuju ke tempat kerjanya.