Mohon tunggu...
widi hari mulyono
widi hari mulyono Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

buat ngerjain tugas aja

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Analisis Perbandingan Kesehatan Dan Produktivitas Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Status Negara

12 Januari 2025   10:07 Diperbarui: 12 Januari 2025   18:31 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : World Development Indicators

Sumber : World Development Indicators
Sumber : World Development Indicators

Indeks kesehatan Indonesia meningkat dari 0,349 pada 2010 menjadi 0,469 pada 2019, tetapi masih tergolong rendah dibandingkan negara maju. Tantangan utama meliputi harapan hidup yang hanya 71 tahun, angka kematian anak sebesar 23 per 1.000 kelahiran, dan tingginya prevalensi penyakit menular seperti TBC dan malaria. Kondisi ini berdampak pada produktivitas tenaga kerja yang hanya mencapai 4.107 output pada 2019, menunjukkan bahwa kesehatan masyarakat yang belum optimal membatasi efisiensi kerja.

Pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, salah satunya adalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dimulai pada 2014. Program ini berhasil meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan hingga lebih dari 80%, khususnya di pedesaan dan wilayah terpencil. Selain itu, pemerintah juga memperkuat program pencegahan penyakit melalui vaksinasi dan pengendalian penyakit menular. Investasi dalam infrastruktur kesehatan, seperti pembangunan rumah sakit dan puskesmas, menjadi prioritas untuk memperluas cakupan layanan medis.

Hubungan antara indeks kesehatan, produktivitas, dan GDP di Indonesia mencerminkan saling keterkaitan yang erat. Peningkatan indeks kesehatan melalui program kesehatan masyarakat berkontribusi pada peningkatan produktivitas tenaga kerja, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi. Meskipun produktivitas Indonesia meningkat dari 3.288 output pada 2015 menjadi 4.107 output pada 2019, kontribusi ini belum optimal dibandingkan dengan negara maju seperti Korea Selatan. Hal ini tercermin pada GDP Indonesia, yang mencapai 1.119,099 triliun USD pada 2019, menjadikannya salah satu ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Namun, ketergantungan pada sektor informal dan rendahnya kualitas pendidikan tenaga kerja membatasi kontribusi produktivitas terhadap GDP. Oleh karena itu, kebijakan yang berfokus pada peningkatan kesehatan dan pendidikan masyarakat harus diprioritaskan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

  • Analisis Hubungan Kesehatan Terhadap Produktivitas Iraq
  • Sumber : World Development Indicators
    Sumber : World Development Indicators

    Hubungan antara indeks kesehatan dan produktivitas di Irak menunjukkan pola yang tidak stabil selama periode 2010–2019. Berdasarkan grafik, indeks kesehatan Irak meningkat secara bertahap dari 0,323 pada tahun 2010 menjadi 0,457 pada tahun 2019. Sementara itu, produktivitas menunjukkan fluktuasi yang signifikan, dimulai dari 4.462 output pada tahun 2010, mencapai puncaknya sebesar 6.650 output pada tahun 2013, tetapi mengalami penurunan drastis pada tahun-tahun berikutnya, sebelum kembali naik menjadi 5.672 output pada tahun 2019. Pola ini menunjukkan bahwa meskipun ada sedikit peningkatan pada indeks kesehatan, dampaknya terhadap produktivitas tidak konsisten, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal di negara tersebut.

    Ketidakstabilan politik dan konflik bersenjata di Irak menyebabkan kerusakan infrastruktur kesehatan dan ekonomi, sehingga peningkatan indeks kesehatan tidak berdampak signifikan pada produktivitas tenaga kerja. Meskipun indeks kesehatan membaik berkat bantuan internasional dan program kemanusiaan, seperti akses layanan kesehatan dasar dan penurunan angka kematian bayi, kondisi ini belum memadai untuk mendukung produktivitas tinggi. Ketergantungan pada sektor minyak, yang menyumbang lebih dari 90% PDB tetapi mempekerjakan sedikit tenaga kerja, menghambat diversifikasi ekonomi dan peningkatan produktivitas di sektor lain. Selain itu, rendahnya kualitas pendidikan dan pelatihan tenaga kerja membatasi potensi produktivitas, meskipun indeks kesehatan mengalami perbaikan.

    Secara keseluruhan, hubungan antara indeks kesehatan dan produktivitas di Irak menunjukkan bahwa peningkatan kesehatan masyarakat saja tidak cukup untuk mendorong produktivitas jika tidak diiringi dengan stabilitas politik, diversifikasi ekonomi, dan peningkatan keterampilan tenaga kerja. Hal ini menjadikan Irak sebagai contoh negara di mana dampak kesehatan terhadap produktivitas terhambat oleh kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang kompleks. Untuk menciptakan hubungan yang lebih kuat antara indeks kesehatan dan produktivitas, diperlukan reformasi menyeluruh di berbagai sektor, termasuk pendidikan, infrastruktur, dan stabilitas keamanan.

    V. KESIMPULAN

    Berdasarkan analisis hubungan indeks kesehatan dan produktivitas terhadap pertumbuhan ekonomi di tiga kategori negara Korea Selatan (negara maju), Indonesia (negara berkembang), dan Irak (negara miskin) terdapat perbedaan signifikan dalam pola dan faktor yang memengaruhi produktivitas masing-masing negara. Korea Selatan menunjukkan hubungan yang sangat erat antara indeks kesehatan yang tinggi dan produktivitas yang stabil serta terus meningkat. Hal ini didukung oleh sistem kesehatan yang maju, investasi besar pada teknologi, dan pendidikan yang berkualitas, yang secara konsisten mendorong efisiensi tenaga kerja. Sebaliknya, Indonesia, meskipun mengalami peningkatan indeks kesehatan, memiliki hubungan yang lebih moderat dengan produktivitas karena tantangan seperti pendidikan tenaga kerja yang masih rendah dan keterbatasan adopsi teknologi. Sementara itu, Irak menunjukkan hubungan yang lemah antara indeks kesehatan dan produktivitas, di mana konflik politik, ketergantungan pada sektor minyak, dan kurangnya diversifikasi ekonomi menjadi penghalang utama meskipun indeks kesehatan perlahan meningkat.

    Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa kesehatan merupakan faktor penting dalam mendukung produktivitas dan pertumbuhan ekonomi, tetapi pengaruhnya sangat bergantung pada konteks sosial, politik, dan ekonomi masing-masing negara. Di negara maju seperti Korea Selatan, investasi pada sektor kesehatan, pendidikan, dan teknologi terbukti menciptakan hubungan yang positif antara kesehatan dan produktivitas. Namun, di negara berkembang seperti Indonesia dan negara miskin seperti Irak, hubungan ini cenderung dipengaruhi oleh keterbatasan infrastruktur, kualitas pendidikan, stabilitas politik, serta struktur ekonomi yang tidak merata. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal, setiap negara perlu menerapkan kebijakan yang terintegrasi antara peningkatan kesehatan masyarakat, pengembangan pendidikan, dan diversifikasi ekonomi, sehingga manfaat dari peningkatan indeks kesehatan dapat terealisasi secara maksimal dalam bentuk produktivitas yang lebih tinggi.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Analisis Selengkapnya
    Lihat Analisis Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
  • LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun