Mohon tunggu...
widifa iqbal
widifa iqbal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang sedang mencari ilmu dan pengalaman baru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengamalan Nilai Pancasila Melalui Kulineran di Alkid Yogyakarta

29 Desember 2022   07:06 Diperbarui: 29 Desember 2022   07:11 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuai dengan Namanya Provinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta), sering kali memang dicap sebagian orang dengan kota istimewa, karena memang di Jogja banyak sekali menyimpan sejarah dan peninggalan-peninggalan sejarahnya kebanyakan masih terawat dan masih ada sampai sekarang. Bahkan saking istimewanya Kota Jogja, ketika seseorang baru saja memasuki wilayah Jogja pun dapat langsung merasakan suatu atmosfer tersendiri dari Kota Jogja, seperti ada rasa dan sensasi tersendiri yang muncul ketika mengujungi suatu daerah yang mempunyai adat istiadat atau tradisi yang masih kental. 

Namun Jogja bukan hanya tentang sebuah tempat, namun Jogja merupakan penjaga pusaka budaya Jawa hingga sampai ke akarnya, walau telah berdiri selama ratusan tahun, pesona Kota Jogja tidak pernah mati mulai dari pelipur lara di angkringan pinggir jalan sampai-sampai ketika orang mendengar kata Jogja, pasti kata yang langsung terlintas dalam pikiranya tak lepas dari kata Istimewa, Gudek, Malioboro, Angkringan, dan yang tidak ketinggalan adalah tentang Kuliner yang murah meriah, dan memang Jogja merupakan salah satu kota yang memiliki seni tersendiri baik dari segi wisata mapusun dari segi kuliner, dan salah satu destinasi wisata sekaligus destinasi kuliner yang sedang hits dan ramai dikunjungi para kawula muda adalah di Alun-alun Kidul Yogyakarta.

Ternyata belakangan ini yang popular dari Alun-alun Kidul Yogyarta bukan cuma tentang tradisi Masangin dan mitos melewati pohon beringin kembar saja, namun ternyata para pedagang yang berjualan di sekitar Alun-alun Kidul Yogyakarta bisa menghadirkan sebuah invonasi dan kreativitas yang sekarang menjadi bahan perbincangan di media sosial dan banyak orang yang penasaran ingin mengungjungi Alun-alun Kidul Yogyakarta, secara tidak langsung viralnya para pedagang makanan di sekita Alun-alun Kidul Yogyakarta ternyata dapat mendatangkan pangsa pasar dari kalangan baru, yaitu terutama para kawula muda.

Dengan berdatanganya para kawula muda untuk berburu kuliner ke salah satu warisan yang bersejarah di Jogja, menurut opini dari penulis ternyata dibalik itu semua ada nilai-nilai yang berkaitan dengan implementasi terhadap pancasila antara lain :

  • Nilai kepercayaan terhadap Tuhan seperti yang tertuang pada sila ke-1 "Ketuhanan Yang Maha Esa", salah satunya dari penjual jajanan aneka frozen food yang berjualan di sekitar Alun-alun Kidul Yogyakarta, penulis pernah mencoba jajanan tersebut dan penulis mereview jajanan tersebut, dimana cara berjualanya adalah pembeli dibebaskan oleh penjual untuk mengambil sendiri jajanan yang akan diinginkan lalu baru dibayar setelah selesai memakanya. Lalu penulis tersadar bahwa ada nilai dari kejujuran yang dilatih dari review jajanan ini.

  • Nilai mengakui persamaan derajat dan persamaan hak tanpa membeda-bedakan seperti yang tertuang pada sila ke-2 "Kemanusiaan yang adil dan beradab", masih pada pedagang yang sama yaitu pada jajanan aneka frozen food yang penulis review, dari para pengunjung yang antri ingin mencoba jajanan ini, baik itu anak-anak, remaja dan orang dewasa semua dilayani penjual dengan sama dan dilayani berdasaarkan siapa yang datang duluan tanpa membedakan kelamin, suku, agama, ras bahkan jabatan sekalipun.
  •  
  • Nilai persatuan yang tertuang pada sila ke-3 "Persatuan Indonesia", masih pada pedagang yang sama yaitu pada jajanan aneka frozen food yang penulis review, ternyata penjual dari jajanan aneka frozen food bukan merupakan warga asli lokal Jogja, melainkan penjual berasal dari lampung yang kemudian ikut kakaknya di Yogyakarta, dan juga para pengunjung yang tertarik menjajal jajanana ini ternyata juga banyak yang berasal dari luar Jogja termasuk penulis sendiri.

Dari opini penulis diatas tentang pariwisata dan kuliner yang tidak bisa dipisahkan dapat disimpulkan bahwa, walaupun dengan seiring berjalanya waktu banyak perubahan fungsi dari Alun-alun Kidul, Ternyata Alun-alun Kidul masih sangat ramai dikunjungi para wisatawan domestik, salah satu penyebabnya adalah banyak penjual jajanan yang pandai dalam melirik suatu peluang usaha sebagai daya tarik tersendiri yang menyasar pangsa pasar kawula muda,. Sehingga secara tidak langsung juga membuat kawula muda yang menjadi pangsa pasaranya menjadi ikut serta melestarikan salah satu pariwisata dan kebudayaan yang ada di Yogyakarta, dimana itu juga ikut mengamalkan nilai-nilai dari Pancasila dan kewarganegaraan.

Namun yang patut dipahami adalah dengan kondisi sekarang dimana arus globalisasi begitu derasnya dimana itu membuka batasan-batasan dan bebasnya kebudayaan yang masuk dari luar, kita harus tetap menyaring segala sesuatu hal yang masuk dari luar agar wisata dan kebudayaan yang original dan otentik tetap lestari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun