Mohon tunggu...
Widyo Nugroho
Widyo Nugroho Mohon Tunggu... dosen -

Bekerja di dunia pendidikan, tertarik dengan pengembangan media pendidikan, sosial dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

".... Ayah...! Ayah Jangan Cinta-cinta sama Aku...Nanti Ayah Cium-cium Bibirku lagi, kan nggak boleh Ayah...."

31 Oktober 2013   21:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:45 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Judul yang saya buat adalah kata-kata yang tidak pernah saya lupakan. itu adalah celoteh anakku no 2 gadis kecil  yang saat itu masih berusia 3 tahun,  saat saya mengatakan sayang kepada anak saya dengan kalimat seperti ini   "......nak.... ayah mencintaimu..."

jawaban polos yang diberikan sungguh membuat saya terkejut dengan bahasa kekanakan sambil lompat sana-sini dia menjawab. " ayah..... ayah jangan cinta-cinta sama aku.... nanti ayah cium-cium bibirku lagi. kan nggak boleh ayah "

Anak perempuan usia dibawah 3 tahun, belajar kata cinta identik dengan ciuman bibir ? selidik  punya selidik ternyata sumber informasi di dapat dari siaran  TV, saat saya dan istri sibuk bekerja, anak  dibawah asuhan pembantu. Mungkin sambil mengerjakan pekerjaan rumah dan menjaga anak-anak. TV dipasang dan saya cermati ternyata tayangan film yang ditonton ada bagian yang tertanggap mata anak-anak. begitu mengucapkan kata cinta di sertai dengan adegan cium bibir. Segera saya merubah strategi dan memberikan perhatian kepada anak-anak saaat menonton TV.

Mungkin bukan anak saya saja yang salah mempersepsikan dan memaknai kata cinta. Diluar sana begitu banyak juga anak-anak lain yang salah memperssepsikan makna cinta. penelitian yang dilakukan oleh BKKBN  ( http://health.okezone.com/read/2013/02/13/482/760944/20-9-remaja-indonesia-hamil-di-luar-nikah) mengungkapkan 20,9 % remaja Indonesia hamil di luar nikah

Syukur Alhamdulilah.... pendampingan terhadap anak-anak yang dilakukan sejak dini membawa hikmah tersendiri. suatu ketika anak saya yang sekarang sudah tumbuh dewasa. ketika seorang tamu laki-laki datang dan kebetulan saya masih tanggung mengerjakna pekerjaan, saya minta tolong anak saya yang saat ini sudah menduduki bangku SMA.  kata saya...." nak...tolong temui tamu ayah sebentara saja.. ayah masih tanggung.  anak saya yang juga masih mengerjakan PR di ruang belajar menjawab, "... ayah.... aku lagi nggak pake kerudung, kerudungku di kamar..." saya terus mendesak untuk menemui sebentar saja karena sudah beberapa kali memberikan salam"  ...... temui tamu ayah sebentar...saja nak, persilahkan masuk." jawab anak saya dengan tegas : " Ayah.... ayah mau bertanggungjawab atas sehelai rambutku yang dilihat orang yang bukan mhrim ? "

Saya tertegun mendengar jawaban tegas nya, dan bergegas menemui tamu yang sudah semenjak tadi berdiri di luar rumah.

Pendampingan, Komunikasi yang baik antara anggota keluarga, penanaman nilai agama sejak dini dan contoh keseharian dirumah  InsyaAllah akan menjadi tameng terbaik masuknya pengaruh buruk dari media massa dan juga untuk menumbuh kembangkan nilai-nilai karakter , nilai-nilai pandangan hidup di lingkungan keluarga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun