Mohon tunggu...
Widia Winata Putri
Widia Winata Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI SI AKUNTANSI | NIM 43223010201

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kebatinan Mangkunegaran IV pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

22 November 2024   04:12 Diperbarui: 22 November 2024   04:12 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 7 TB-2 Anti Korupsi dan Etik UMB/dokpri

3. Angrasa Kleru (Ksatria Mengakui Kesalahan, Bodoh, dan Lain-lain)

  • Mengajarkan pentingnya kejujuran dan kemampuan mengakui kesalahan. Dalam konsep ini, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berani mengakui kekurangan dan kesalahan mereka. Mengakui kesalahan bukanlah tanda kelemahan, tetapi merupakan bentuk tanggung jawab dan kesadaran diri yang mendalam. Pemimpin yang memiliki kualitas angrasa kleru tidak akan menyalahkan orang lain untuk kegagalan, tetapi akan menerima tanggung jawab penuh dan mencari cara untuk memperbaiki keadaan. Mereka juga tidak merasa malu atau takut untuk mengakui bahwa mereka tidak tahu atau tidak memiliki semua jawaban, yang justru akan membuka ruang untuk kolaborasi dan pembelajaran bersama.

4. Bener Tur Pener (Beda Benar dengan Pener pada RW)

  • Mengandung perbedaan antara "benar" yang bersifat normatif dan "pener" yang lebih bersifat moral dan spiritual. "Benar" sering kali merujuk pada sesuatu yang sesuai dengan aturan, hukum, atau norma yang ada, sedangkan "pener" merujuk pada kebenaran yang lebih mendalam, yang datang dari hati nurani dan prinsip moral yang lebih universal. Mangkunegaran IV mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus bisa membedakan antara apa yang benar menurut aturan dan apa yang benar menurut hati nurani. Kebenaran ini mengarah pada tindakan yang tidak hanya benar secara hukum atau norma, tetapi juga sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kebaikan yang lebih mendalam. "Pener" berarti keberanian untuk memilih tindakan yang lebih adil dan berpihak pada kebaikan bersama, meskipun itu mungkin tidak selalu sesuai dengan hukum atau norma yang ada.

Gambar 4 TB-2 Anti Korupsi dan Etik UMB/dokpri
Gambar 4 TB-2 Anti Korupsi dan Etik UMB/dokpri

1. Aja Gumunan (Jangan Mudah Kagum)

  • Prinsip aja gumunan mengajarkan kepada seorang pemimpin untuk tidak mudah terpesona atau kagum terhadap hal-hal yang bersifat sementara atau yang tampak megah di permukaan. Pemimpin yang bijaksana harus mampu menjaga objektivitas dan kewaspadaan dalam melihat segala sesuatu di sekitarnya.
  • Pemimpin yang mengikuti prinsip aja gumunan tidak akan mudah terpengaruh oleh popularitas atau kemegahan, tetapi lebih fokus pada apa yang sesungguhnya penting dan benar. Mereka akan selalu mencari inti dari suatu masalah dan tidak terburu-buru menilai berdasarkan hal-hal yang terlihat di luar.

2. Aja Kagetan (Jangan Mudah Kaget dengan Realitas)

  • Prinsip aja kagetan mengajarkan agar seorang pemimpin tetap tenang dan bijak dalam menghadapi segala situasi atau kenyataan yang ada, termasuk situasi yang tidak terduga. Realitas kehidupan dan dunia kerja sering kali membawa kejutan, baik yang menyenangkan maupun yang mengejutkan. Oleh karena itu, pemimpin harus bisa mengendalikan diri, tidak mudah panik, dan selalu siap mencari solusi untuk mengatasi masalah yang muncul.
  • Pemimpin yang aja kagetan tidak akan terkejut atau terkejut dalam menghadapi tantangan, kesulitan, atau masalah besar. Mereka akan menghadapi segala sesuatu dengan kepala dingin, mencari solusi secara rasional, dan menjaga kestabilan emosi serta fokus pada tujuan jangka panjang.

3. Aja Dumeh (Jangan Mentang-mentang/Sombong)

  • Aja dumeh mengajarkan agar seorang pemimpin tidak bersikap sombong atau merasa lebih dari orang lain karena posisi atau kekuasaan yang dimilikinya. Prinsip ini menekankan pentingnya kerendahan hati, meskipun seorang pemimpin memiliki kekuatan atau pengaruh yang besar. Pemimpin yang menerapkan prinsip aja dumeh akan senantiasa menjaga sikap rendah hati, tidak merendahkan orang lain, dan selalu mengakui kontribusi dari setiap pihak.
  • Pemimpin yang sombong atau merasa lebih dari orang lain sering kali gagal melihat potensi yang ada pada bawahannya dan menghalangi keberhasilan tim atau organisasi. Sebaliknya, pemimpin yang rendah hati akan menginspirasi dan mendorong orang lain untuk bekerja lebih baik dan lebih produktif.

4. Prasaja (Sederhana, Secukupnya)

  • Prasaja berarti seorang pemimpin harus mengutamakan kesederhanaan dalam gaya hidup dan tindakannya. Kepemimpinan yang sederhana bukan berarti kurang ambisius atau tidak memiliki visi besar, tetapi lebih pada kesederhanaan dalam pengambilan keputusan dan gaya hidup yang tidak berlebihan. Pemimpin yang bersikap prasaja akan lebih mudah diterima oleh banyak orang karena mereka tidak menciptakan jarak sosial yang besar antara diri mereka dan orang-orang yang dipimpinnya.
  • Misalnya, seorang pemimpin yang lebih memilih tempat yang sederhana untuk pertemuan dengan tim atau masyarakat, tetapi memberikan perhatian yang lebih pada substansi diskusi daripada penampilan atau kemewahan.

5. Manjing Ajur-Ajer (Cair, Mlebur dengan Semua Kalangan dan Melayani Publik)

  • Prinsip manjing ajur-ajer mengajarkan pemimpin untuk dapat mlebur (bergabung) dengan semua kalangan, baik kalangan bawah maupun atas, dan melayani publik dengan sepenuh hati. Pemimpin yang menerapkan prinsip ini akan selalu terbuka, merendahkan diri, dan tidak membedakan status sosial dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
  • Pemimpin yang manjing ajur-ajer tidak merasa lebih tinggi daripada orang lain hanya karena jabatan atau kekuasaan. Mereka berusaha untuk melayani publik, mendengarkan kebutuhan masyarakat, dan memahami bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang memberikan perintah, tetapi tentang berkontribusi dan melayani orang lain demi kebaikan bersama.

Gambar 5 TB-2 Anti Korupsi dan Etik UMB/dokpri
Gambar 5 TB-2 Anti Korupsi dan Etik UMB/dokpri

Asta Brata, yang diambil dari Serat Ramajarwa karya R.Ng. Yasadipura, merupakan ajaran yang mengaitkan sifat-sifat pemimpin dengan elemen-elemen alam semesta yang sakral dan bermakna. Setiap elemen atau sifat yang dijelaskan dalam Asta Brata menggambarkan karakteristik yang diharapkan dimiliki oleh seorang pemimpin agar bisa memimpin dengan bijaksana, adil, dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai masing-masing prinsip dalam Asta Brata:

1. Ambeging Lintang (Bintang/Petunjuk/Contoh)

  • "Ambeging lintang" berarti pemimpin harus menjadi petunjuk atau contoh yang baik bagi orang lain. Seperti halnya bintang yang memancarkan cahaya dan memberikan petunjuk arah kepada mereka yang berada dalam kegelapan, seorang pemimpin harus bisa memberikan arah, pedoman, dan inspirasi bagi masyarakat atau orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin harus memiliki kejelasan visi dan mampu mengarahkan orang-orang di sekitarnya ke tujuan yang lebih baik.
  • Pemimpin yang mengikuti prinsip ambeging lintang akan selalu menunjukkan integritas dalam tindakannya dan menjadi contoh bagi bawahannya dalam hal etika, moral, dan pengambilan keputusan. Pemimpin ini juga harus memiliki kemampuan untuk mengarahkan masyarakat atau timnya menuju tujuan yang lebih tinggi dengan memberikan contoh perilaku yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun