3. Era Kalabendhu: Dikenal juga sebagai era kehancuran, ditandai dengan kekacauan sosial, "zaman edan" atau gila, dan simbol perubahan yang membawa ke arah kemunduran atau kehancuran.
Why  : Mengapa Ranggawarsita menulis karya ini?
Ranggawarsita menulis mengenai tiga era ini sebagai bentuk kritik dan peringatan bagi masyarakat agar tetap waspada dan menjaga moralitas mereka di tengah perubahan zaman. Melalui karyanya, dia ingin memberikan panduan kepada generasi masa depan agar tidak terseret dalam arus kebobrokan dan tetap menjaga integritas diri. Relevansi dengan fenomena korupsi di Indonesia menuniukkan bahwa keburukan moral dan kekuasaan yang disalahgunakan adalah masalah yang telah ada sejak dahulu dan menjadi tantangan bagi masyarakat untuk bangkit dari keterpurukan.
Tulisan Ranggawarsita ini mengajarkan kita untuk selalu sadar, eling, dan waspada di setiap era. Beberapa langkah atau sikap yang dapat diambil dari ajaran Ranggawarsita terkait fenomena korupsi di Indonesia adalah:
1. Kesadaran Diri (Eling), Ranggawarsita menekankan pentingnya kesadaran akan moralitas, sehingga masyarakat tidak mudah terbawa arus negatif dalam situasi yang kacau.
2. Menolak Terlibat dalam Korupsi:
Melalui kritik sosialnya, Ranggawarsita mengingatkan untuk tidak ikut serta dalam perilaku tidak bermoral meskipun masyarakat di sekitar mungkin terlibat dalam praktik korupsi.
3. Menjadi Pribadi Waspada dan
Bijaksana, dalam menghadapi era Kalabendhu, masyarakat dimbau untuk tetap bijaksana dan berhati-hati dalam bertindak, terutama terutama dalam hal yang menyangkut kekuasaan dan pengaruh.