Menjadi sarjana bukan semata-mata untuk mencari pekerjaan saja, tetapi seorang sarjana memiliki tanggung jawab yang lebih luas dalam pengembangan diri, ilmu pengetahuan, dan kontribusi di lingkungan sekitar. Gelar akademis ini merupakan sebuah perjalanan intelektual yang memungkinkan seseorang untuk mengembangkan cara berpikir yang kritis, diharapkan memiliki sikap yang etis dan moral yang baik dalam berbagai tindakan, kreativitas dan pemahaman yang mendalam tentang berbagai aspek kehidupan.
Dalam pengembangan diri menjadi sarjana tidak terlepas dari kebahagiaan karena kebahagiaan merupakan salah satu hal terpenting dalam mendorong kesuksesan. Setiap aspek kehidupan baik itu fisik, emosional, sosial dan spiritual kebahagiaan juga tujuan utama manusia yang kita kejar secara sadar maupun tidak sadar. Namun kebahagiaan juga bukan sekadar kesenangan material, tetapi tentang perasaan yang Sejahtera.
Berbagai teori tentang kebahagiaan telah diutarakan oleh para filsuf sepanjang sejarah, namun terdapat satu konsep yang paling mendasar dalam pembahasan mengenai kebahagiaan dan tetap relevan hingga saat ini yaitu Aristoteles, dengan konsepnya yang disebut "Eudaimonia" atau kebahagiaan yang sempurna. Dalam pendapatnya, kebahagiaan bukan hanya soal perasaan senang yang sesaat, melainkan hidup yang dijalani dengan baik dan sesuai dengan keutamaan (virtue). Artikel ini akan membahas tentang apa konsep Etika kebahagiaan Menurut Aristoteles, Mengapa Etika Kebahagiaan Aristoteles Penting bagi sarjana? dan bagaimana kita dapat menerapkan dan memperdalam pemahaman mengenai kebahagiaan Aristoteles.
What : Apa konsep Etika Kebahagiaan Menurut Aristoteles?
Sebelum lebih lanjut kita harus tahu apa itu Bahagia dan Etika? Kenapa Bahagia dan Etika itu penting bagi manusia?. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahagia adalah keadaan pikiran atau perasaan senang dan tenteram secara lahir dan batin. Bahagia juga dapat diartikan sebagai rasa bersyukur dan ikhlas atas segala yang dimiliki. Ada beberapa alas an kenapa Bahagia sangat penting bagi manusia :
- Kebahagiaan membantu mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Dengan perasaan yang senang (positif) maka dapat meningkatkan kesejahteraan mental secara keseluruhan.
- Dalam kebahagiaan kita dapat memperkuat ikatan sosial. Menusia  yang bahagia lebih cenderung berinteraksi positif dengan orang lain dengan saling mendukung dan bekerjasama. Mereka lebih mungkin menikmati hidup dan menemukan makna dalam pengalaman sehari-hari
- Manusia yang merasa Bahagia dapat semakin termotivasi dan produktif dalam menjalankan kegiatan. Kebahagiaan juga dapat memicu kreativitas, membantu dalam pemecahan masalah, inovasi dan lebih mampu bangkit dari kegagalan dan menghadapi masalah dengan sikap yang tenang.
Menurut James J Spillane (Labolo,2016:19) bahwa etika atau ethics mempertimbangkan dan memperhatikan tingkah laku manusia dalam pengambilan moral. Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia bahwa etika merupakan ilmu tentang baik buruk serta tentang hak dan kewajiban moral. Etika sangat penting bagi manusia karena beberapa alasan berikut:
- Etika memberikan pedoman tentang apa yang dianggap benar atau salah, membantu individu mengambil keputusan yang baik dalam berbagai situasi dan membentuk norma dan nilai dalam masyarakat, yang memungkinkan orang berinteraksi dengan cara yang saling menghormati dan adil.
- Etika mengajarkan pentingnya tanggung jawab pribadi dan sosial, memotivasi manusia untuk mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain dan lingkungan. Etika juga dapat membantu membentuk karakter dan moralitas individu, mempromosikan kebajikan seperti kejujuran, empati, dan keadilan
Menurut Aristoteles, kebahagiaan (eudaimonia) adalah tujuan tertinggi kehidupan manusia. Ia percaya bahwa kebahagiaan bukanlah sekadar perasaan atau keadaan emosional yang sementara, melainkan keadaan hidup yang utuh dan bermakna. Kebahagiaan, menurutnya, dicapai melalui aktualisasi potensi terbaik manusia---dengan menjalani kehidupan yang berbudi luhur (arete) dan berlandaskan rasio. Dalam Nicomachean Ethics, Aristoteles menekankan bahwa kebahagiaan tidak hanya bergantung pada kesenangan atau materi, melainkan pada pengembangan kebajikan (virtue) melalui tindakan yang baik dan konsisten. Kebajikan, menurutnya, berada di tengah-tengah antara dua ekstrem (prinsip golden mean), seperti keberanian yang merupakan titik tengah antara pengecut dan nekat.
Etika Aristoteles terutama dibahas dalam karyanya Nicomachean Ethics. Dalam pandangan ini, Aristoteles percaya bahwa kebahagiaan, atau eudaimonia, adalah tujuan akhir (telos) dari semua tindakan manusia. Tidak seperti pandangan hedonistik yang menyamakan kebahagiaan dengan kesenangan fisik atau kenikmatan, Aristoteles mendefinisikan kebahagiaan sebagai aktivitas jiwa yang selaras dengan kebajikan dalam jangka panjang. Ini berarti kebahagiaan sejati didapat melalui tindakan-tindakan yang baik, yang konsisten dengan keutamaan atau kebajikan moral dan intelektual.
Terdapat tiga konsep utama dalam etika kebahagiaan Aristoteles:
- Keutamaan (Virtue) : Kebajikan moral seperti keadilan, keberanian, moderasi, dan kebijaksanaan praktis adalah syarat penting untuk mencapai kebahagiaan. Aristoteles berpendapat bahwa seseorang mencapai kebahagiaan dengan cara menjalani hidup yang dijiwai kebajikan, dan hal ini membutuhkan latihan terus-menerus.
- Akal (Reason) : Bagi Aristoteles, kemampuan berpikir rasional adalah esensi dari manusia. Manusia berbeda dari makhluk lain karena memiliki akal budi, dan menggunakan akal ini untuk mencapai kehidupan yang penuh makna. Kebahagiaan akan datang ketika kita bertindak sesuai dengan rasio ini.
- Keseimbangan (The Doctrine of the Mean) : Aristoteles menyatakan bahwa kebajikan terletak di antara dua ekstrem -- kekurangan dan kelebihan. Misalnya, keberanian adalah kebajikan yang berada di antara pengecut dan keberanian yang sembrono. Untuk mencapai kebahagiaan, seseorang harus menemukan keseimbangan dalam tindakan dan perasaan mereka.