Mohon tunggu...
Widia Wahyuni
Widia Wahyuni Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 005 Samarinda Ilir Kalimantan Timur

Penulis cerpen, dongeng dan puisi, Calon Guru Penggerak Angkatan 7

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Materi Coaching Modul 2.3

20 Maret 2023   13:11 Diperbarui: 20 Maret 2023   13:17 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KONEKSI MATERI COACHING MODUL 2.3

A. Pengertian Coaching dan Relevansinya dengan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

            Coaching adalah berlatih membangun komunikasi yang empatik dan memberdayakan sebagai pemimpin pembelajar dan kepala sekolah yang mampu menggerakkan komunitas sekolah pada ekosistem belajar.

            Melalui coaching dapat meningkatkan kualitas kurikulum seperti standar isi, standar proses dan standar penilaian yang bermakna dan kualitas SDM guru dan tenaga kependidikan dalam mewujudkan Pendidikan yang berpihak pada murid. Karena melalui coaching ini, coach ( Pemberi manfaat ) dan coachee( Penerima kegiatan ) saling berkolaborasi untuk menggali potensi baik coach maupun coachee.

            Untuk itu coaching juga dapat didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari coachee.

            Paradigma berpikir coaching yaitu

1. Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan

2.  Bersikap terbuka dan ingin tahu

3. Memiliki kesadaran diri yang kuat

4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan.

            Prinsip coaching dikembangkan dari 3 kata/frase yaitu kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi.

            Semua hal di atas sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dimana menurut beliau Pendidikan adalah proses menuntun yang dilakukan guru untuk mengubah prilaku murid sehingga dapat hidup seusai kodratnya baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat.

B. Peran Guru dalam Coaching

            Peran guru sebagai coaching adalah bagaimana coach berperan untuk menggali potensi coachee bukan segera memberi solusi atau memberi saran agar coachee segera mengeksekusi saran dan solusi dari coach. Peran coach adalah menuntun coachee agar berkembang dan bertumbuh. Untuk memunculkan potensi tersebut maka seorang coach harus memantik dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang memancing coachee menyelesaikan masalahnya sendiri. Dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut memicu kesadaran diri dan memprovokasi tindakan kreatif dari coachee.

C. Konektivitas Coaching Dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional

            Sistem Among yang diajarkan Ki Hajar Dewantara menjadikan guru dalam perannya bukan satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra murid untuk memunculkan kodrat alam dan zaman yang mereka miliki, yaitu salah satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran berdifrensiasi kedalam pembelajaran, dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar.

Sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu murid, dalam hal ini "KHD mengibaratkan bahwa guru adalah petani, dan peserta didik adalah tanaman dan setiap individu peserta didik adalah tanaman yang berbeda, jika tanaman padi membutuhkan banyak air, tentu akan berbeda perlakuan terhadap tanaman jagung yang justeru membutuhkan tempat yang kering untuk tumbuh dengan baik".

Disamping itu pendekatan serta pembelajaran Sosial dan Emosional dalam praktik coaching juga sangat diperlukan, Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif serta membangun  yang diberikan guru, murid akan menemukan kedewasaan dalam proses berfikir melalui kesadaran dan pengelolaan diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya, mengambil prespektif dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi keputusannya telah didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan.

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun