Dalam realitanya, kami hanya di depan laptop/gadget, seperti juga orang-orang pada umumnya dengan gadget mereka, akan tetapi mereka tidak tahu apa yang sedang kita hadapi dalam berhadapan dengan realitas sebenarnya kam sebagai mahasiswa yang selalu dikejar dengan deadline tugas, tugas dan tugas, yang setiap hari harus ada dengan centangan dalam LMS.
Awal kami mengikuti PPG dalam bentuk daring ini, kami tidak bisa membayangkan bagaimana kami bisa bekerja dalam dua dunia sekaligus. Bekerja dalam dua dunia (realita keseharian dan realita daring), seperti dalam film Matrix. Fisik kita ada di realita keseharian, tetapi pikiran kita berada di dalam program yang sudah disediakan dalam kelas berupa LMS.
Ketika pikiran kita masih sejalan dengan LMS tidak akan ada permasalahan yang berarti, namun ketika program yang ada di pikiran kita butuh refresh, dan LMS masih menuntut kita untuk berjalan, hal inilah yang kadangkala membuat kita membutuhkan refresh lebih banyak lagi, karena lms tidak memperhitungkan "kepentingan mendadak", "agenda tidak terencana", "kepentingan keluarga", "acara sosial", "situasi psikologis" dan lain-lain. Puji Tuhan, kami selalu diberikan kekuatan dan kesehatan, dengan modal 24 jam/1440 menit/86400 detik per hari, kami bisa membagi dengan baik antara tugas kuliah dengan tugas keseharian kita di sekolah, di rumah maupun di masyarakat.
Pengalaman PPG daring ini adalah sangat berharga, di mana pandemi ini kami dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran. Modul dalam LMS disusun begitu jelas tahap demi tahap untuk mempersiapkan kita sebagai mahasiswa yang harus siap dalam menghadapi tugas profesional sebagai guru. Mulai dari modul pendidikan karakter, pedagogik, pengetahuan, pembuatan perangkat mengajar, new model peer teaching, praktek mengajar dalam bentuk rekaman video, PPL, Laporan Penelitian Tindakan Kelas, Laporan Kegiatan Non Pembelajaran dan ditutup dengan Uji Kinerja dan Uji Pengetahuan. Kami merasakan betapa proses yang kami alami selama tiga bulan adalah begitu berharga, bagaimana proses tidak pernah menipu hasil, kami merasakan apa yang saya alami dalam masa PPG ini diujikan dalam Uji Pengetahuan.
Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Universitas Sanata Dharma, Dosen Pengampu, Guru Pamong, teman-teman kelompok Sejarah, membuat saya merasakan adanya kedekatan, membuat kelas daring menjadikan seperti kelas dalam realitasnya, bukan lagi sebagai kelas virtual. Sehingga kami merasakan motto Universitas Sanata Dharma (kami bekerja dengan hati), sebagai mahasiswa kami merasakannya dari awal sampai akhir PPG.
Dalam UU RI Nomor 14 Pasal 2 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa pengakuan kedudukan seorang guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Kami menyadari bahwa untuk menjadi guru yang profesional adalah dengan menempuh program sertifikasi yang diselenggarakan oleh pemangku kebijakan, apapun bentuk perubahan dari pelaksanaan, tentunya telah melalui evaluasi apa yang telah dilakukan selama kegiatan PPG ini berlangsung, dan karenanya tidak semua LPTK bisa menyelenggarakan PPG, apalagi pada masa pandemi ini.
*) Mahasiswa PPG Daljab III Universitas Sanata Dharma Jurusan Pendidikan Sejarah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H