Mohon tunggu...
widiasyahna
widiasyahna Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cyber City yang Religius

10 Desember 2024   17:26 Diperbarui: 10 Desember 2024   17:26 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Syamsul Yakin dan WidiaSyahna Haqqia 

(Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Masyarakat digital muncul dari kemajuan teknologi informasi yang menghubungkan dunia nyata dan maya, menggantikan peran guru spiritual dengan figur virtual melalui cyber religion, penyebaran ajaran agama secara daring. Fenomena ini selaras dengan prinsip Al-Qur'an Surat Al-Isra' ayat 36 tentang pentingnya pengetahuan yang jelas, sekaligus mengeksplorasi ontologi digital keagamaan yang mencakup dimensi spiritual di dunia maya. Namun, perkembangan ini sering mengabaikan aspek spiritual masyarakat, memunculkan pertanyaan tentang konsep cyber city religius, implementasinya, dan spiritualisme di era digital?

 Cyber merupakan masyarakat digital yang lahir dari proses perkembangan teknologi informasi yang telah membentuk dunia baru atau komunitas baru yaitu antara dunia nyata dan dunia maya. Kemajuan teknologi informasi membawa manusia pada tatanan kehidupan yang lebih kompleks. Di Era Milenial dewasa ini tantangan dakwah semakin komplek. Oleh karena itu, para dai perlu memanfaatkan internet secara optimal dengan menjadikannya sebagai platform untuk menyebarkan konten-konten Islami yang bersifat edukatif dan tidak provokatif. Konten-konten tersebut dapat disampaikan melalui situs web atau media digital lainnya.

 Konsep kota religius secara ontologis berakar pada keimanan masyarakat terhadap eksistensi Tuhan, sementara secara epistemologis mendorong transformasi masyarakat dari konsumen menjadi produsen ilmu melalui pembelajaran berkelanjutan. Hal ini menjadikan masyarakat lebih kritis dan tidak mudah dipengaruhi untuk menentang kebijakan populis pemerintah.

 Strategi menciptakan budaya religius atau kota religius memerlukan kerja sama antara pemerintah, pendidik, orang tua, dan masyarakat melalui pendidikan agama untuk meningkatkan iman, takwa, dan kesadaran spiritual, seiring kemajuan teknologi. Toleransi antarumat beragama, seperti dicontohkan Rasulullah Saw. melalui Piagam Madinah, menjadi landasan penting, sementara pengembangan tasawuf dan konsep urban sufism di perkotaan membantu memperkuat spiritualitas individu, mengatasi tantangan psikologis, dan menciptakan harmoni sosial.

 Kemunculan teknologi informasi dan ibadah virtual melalui platform digital menghadirkan tantangan spiritual, dengan pandangan yang beragam tentang dampaknya pada sakralitas ritual. Di era globalisasi, modernisasi teknologi tak terelakkan, dan menolaknya dapat mengisolasi negara dari kerja sama internasional. Namun, tantangan utama bagi individu adalah menjaga keseimbangan antara paparan teknologi yang intens dan kebutuhan spiritual agar tetap terhubung dengan nilai-nilai religiusitas di tengah perkembangan zaman.

 Sebagai penutup, konsep cyber city yang religius mencerminkan upaya untuk mengintegrasikan teknologi digital dengan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan masyarakat modern. Dalam dunia yang semakin terkoneksi secara virtual, penting untuk menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan keberlanjutan aspek-aspek religius dan spiritual. Cyber city yang religius tidak hanya menciptakan ruang bagi interaksi antarumat beragama, tetapi juga memperkuat moderasi beragama dan harmoni sosial. Untuk itu, pengelolaan teknologi dalam konteks spiritual harus dilakukan dengan bijak, agar dapat memberi manfaat tanpa mengabaikan nilai-nilai fundamental agama dan moral dalam kehidupan sehari-hari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun