Mohon tunggu...
Prasasti Arti Widiastuti-wunder
Prasasti Arti Widiastuti-wunder Mohon Tunggu... -

- TKI di Jerman

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wunderschoen Bayern

11 Agustus 2014   01:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:53 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14076708441460428888
14076708441460428888
14076708731035259727
14076708731035259727
14076709251942399516
14076709251942399516
1407670966945699177
1407670966945699177
1407671012579905161
1407671012579905161
1407671031317975204
1407671031317975204
1407671079427470284
1407671079427470284
14076711171836042857
14076711171836042857
1407671141680011048
1407671141680011048
140767116285334191
140767116285334191
14076711951417759946
14076711951417759946
1407671229753700516
1407671229753700516

12 Jam dari Aachen menuju Munich.

Akhirnya waktu yang ditunggu tiba juga liburan, setelah enam bulan tanpa mengambil cuti, tiba saatnya menikmati summer di Chiemgau, daerah yang terletak dinegara bagian bayern di Jerman, tepatnya oberbayern bagian tenggara, yang terletak dilembah pegunungan Alpen, yang berbatasan dengan Austria. Kabarnya sangat indah, penasaran karena ingin mengenal tempat tersebut maka kami memutuskan untuk berlibur disana selama seminggu.

Berangkat dari Aachen jam 6.50 untuk menghemat pengeluaran kami membeli Wochende Tiket seharga 44€ , bisa bepergian dengan maksimum 5 orang, dan kemana saja anda ingin pergi keseluruh Jerman tetapi tiket hanya berlaku sehari. Judulnya murah meriah pasti juga hanya bisa menaiki kereta regional yang berhenti di setiap statiun kecil, dan harus berganti kereta dibeberapa stasiun. Lamanya perjalanan 12 jam, 6 jam lebih lama dibandingkan kereta api cepat yang harga tiketnya untuk satu orang dua kali lipat dari wochenende Tiket. Ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kenyamanan.

Karena naik kereta super murah, jadi kami tidak bisa langsung menuju inzell, kota dimana kami menginap selama liburan. Kereta terakhir dari München menuju desa tersebut berangkat jam 18:30 dan kereta tersebut hanya sampai stasiun Traunstein yang dari situ kami harus naik bis lagi menuju inzell, dan bis terakhir dari traunstein menuju Inzell berankat jam 17:30. Alternatif lain tentu saja tersedia Taksi, perkiraan kami harus membayar 35€.

Dari pada dana tersebut dipakai untuk membayar taksi lebih baik digunakan untuk menginap di Munich, kalau anda beruntung anda bisa menemukan pilihan hotel murah lewat beberapa online hotel provider. Tipp untuk yang bepergian dengan publik transport, pastikan bahwa hotel anda tidak terlalu jauh diluar kota München. Karena München adalah ibu kota negara bagian Bayern yang relatif besar, ada beberapa hotel meng-claim berada di München tetapi sudah berada di perbatasan atau diluar kota . Jadi check dari Munchen Hauptbahnhof (central station) berapa lama anda harus naik S-bahn atau U-Bahn atau bis untuk menuju hotel pilihan anda.

Rencananya kami sepakat jam 5 pagi berangkat sehingga kami bisa lebih awal tiba di Munich dan bermalam sehari di Munich.Rencana berangkat jam 5 pagi ternyata sulit terealisasi, meskipun jam 4 pagi kami sudah bangun, tapimempersiapkan perbekalan makan selama perjalanan ternyata butuh lebih dari satu jam. Seperti biasa suami sempat protes, mengapa bukan dari semalam dipersiapkan. Dengan sedikit ribut kecil, akhirnya kami baru berangkat jam 6:30 pagi.

Naik ke bis yang akan membawa kami ke Aachen, saya baru saja mengucapkan Guten Morgen, tiba tiba si supir langsung bilang:„nein - nein- nein“, dengan muka super bete dan mau langsung tancap gas, ketika dia melihat lembaran uang 50€. Saya sedikit melotot dengan ekspresi tanda tanya, saya bilang, saya mau beli wochenende tiket yang harganya 44€. Suami yang naik lewat pintu kedua, langsung berjalanmenuju kearah si supir, rupanya dia tidak suka istrinya diperlakukan tidak ramah. Dan langsung suami bicara dengan tidak ramah, katanya: „saya bisa melaporkan ke atasan anda, anda sangat tidak ramah“.

si supir yang memang dodol itu rupanya tidak terima dengan perkataan tersebut, langsung menjawab: „lihat ini di daftar monitor saya, tidak ada Wochenende tiket“. Suami jadi semakin sewot: „Tiket Wochenende sudah ada lebih dari 20 tahun“. Alhasil suami yang harus menemukan sendiri tiket Wochenende di monitor mini di samping supir, dan setelah mendapatkan kembalian 4€ kami mencari tempat duduk.

Setelah agak sedikit mereda emosinya, suami berkata: „Entah supir itu rasis atau agak gila katanya“. Saya hanya menimpali, mungkin dia tidak niat kerja, supir cadangan yang harus kerja di hari sabtu pagi menggantikan rekan kerjanya yang kebetulan tidak masuk. Tapi yang jelas dia sangat tidak service oriented, masa memperlakukan customer seperti itu, tidak ramah sama sekali.

Di Jerman membayar tiket bis yang hanya 2 atau 3€ dengan lembaran 50€ memang tabu, tetapi kalau jumlah yang anda bayarkan mendekati angka tersebut, tentunya bukan tabu, kecuali anda sial seperti kami yang bertemu supir dodol tadi.

Dari rumah kami naik bis menuju central station Aachen hanya 30 menit, dari Aachen kami naik kereta ke Cologne, kemudian dari Cologne kami harus ganti kereta menuju Koblenz, dari Koblenz kami harus berganti kereta lagi menuju Frankfurt.

Tetapi kereta ini terlambat 30 menit. Jadi kami harus menunggu selama satu jam kereta yang akan menbawa kami ke Wuerzburg.Dari Wuerzburg kami harus berganti Kereta menuju ke Nuenberg. Dari Nuenberg kami menuju Munich. Sampai di Munich central station sudah jam 19:30 malam, kami naik U-Bahn(underground) selama 10 menit, ke halte bis yang akan membawa kami ke hotel. Sampai di Hotel jam 20:00. Rencananya malam itu kami akan ke Biergarten kalau diterjemahkan secara harfiah artinya kebun bir tapi maksudnya adalah restaurant khas bayern dengan teras atau kebun, dimana orang bisa makan dan minum bir. Tetapi perjalan hari ini yang cukup stress dan memlelahkan, dan kami memutuskan untuk menutup hari itu secepatnya, segera mandi dan pergi tidur.. zzzzzz.....

Empat jam menikmati Munich.

Rencannya hari ini kami mau bangun pagi. Tetapi rasanya badan kami masih sakit-sakit, karena kemarin harus memanggul rasel dan berganti-ganti kereta. Wekker sudah berkring-kring berkali-kali kami matikan, dan masih enggan keluar dari selimut kami.

Jam 9:00 pagi kami akhirnya bisa bangun, persiapan , packing dan makan pagi memerlukan waktu selama satu setengah jam dan baru selesai sekitar jam 10:30, setelah itu langsung check out dan menitipkan barang kami di front office.

Perhitungan Kami hanya ada waktu sekitar empat jam untuk sejenak berkeliling kota munich, karena sebelum melanjutkan perjalanan ke Inzell, kami harus mengambil barang kami dihotel.

Setelah kami tiba di pusat kota Munich, meski sudah sarapan Broetchen, tapi perut tetap merasa lapar, jadilah kami mampir sejenak disebuah Biergarten. makanan traditional bayern, termasuk makanan kelas berat, bahkan menu makan pagi di Bayern sosis rebus, disertai bir. Kalau anda memesan bir di Munich, anda juga hanya bisa memesan size jumbo, ukuran gelas 0,5 liter atau satu liter, sementara ditempat lain kecuali di Bayern anda bisa memesan ukuran kecil 0,3 liter. Bir yang cukup menyegarkan dan khas Bayern „Radler“, campuran bir dengan lemon, rasanya sangat menyegarkan,ada rasa segar asam lemonyang mendominasi rasa manis, rasa getir serta sedikit pahit disertai sentilan riak soda cita rasa khas bir tetap terasa diakhir tegukan.

Kuliner khas lainnya di Munich adalah Schweinehaxe, kaki babi yang renyahdipanggang di oven, disantap dengan saus berwarna coklat dilengkapi dengan Klose (Bakso kentang ala Bayern) dan Sauerkraut, sejenis salat yang terbuat dari kol putih yang diasamkan rasanya manis dan asam, cocok . Kalau berbicara kuliner tidak akan pernah puas dan akan selalu ada yang menarik untuk dicoba.

Setelah merasa kenyang Kami berjalan – jalan mengelilingi Muenchener Residenz atau komplek istana yang ada di pusat kota munich, yang terdiri dari beberapa bangunan megah, dulu merupakan tempat tinggal raja – raja dan bangsawan di Bayern. Kompleks ini sekarang di pakai sebagai museum decorative art, yang terdiri dari 130 show rooms. Mungkin dibutuhkan waktu seharian untuk melihat mengeliligi komplek tersebut secara detail, dan kalau anda berniat untuk mengunjungi museum, dan melihat secara intensive koleksi-koleksinya, tentu butuh beberapa hari. Setelah itu kami mengunjungi Frauen Kirche, sebuah gereja di Munich, tepat di samping gereja itu ada sebuah miniatur mini pusat kota munich yang terbuat dari batu dan dilengkapi dengan huruf braille, tujuannya agar tuna netra juga dapat meraba dan menikmati kota munich.

Meski saat itu hari minggu tetapi cukup ramai karena ada pesta rakyat, jadi pusat kota saat itu dipenuhi dengan stand - stand kerajinan khas Bayern, para penjajanya berpakain traditional khas bayern, dirndl untuk para perempuan dan tracht untuk para pria. Di bandingkan dengan negara bagian lain di Jerman, orang-orang di Bayern termasuk masih sangat menjaga tradisi mereka.

Karena hari itu udara relatif cerah dan agak sedikit panas, sebelum kami kembali kehotel untuk mengambil rasel kami, enak juga makan ice cream pikir kami, tapi setelah melihat daftar harga, saya cukup terkejut, harga 1 scope ice cream 1,30€. Sementara di wilayah Aachen dan sekitarnya paling mahal hanya 0,90€ per scope. Jadilah kami menunda rencana makan ice cream. Munich memang terkenal mahal dibandingkan dengan kota-kota lain di Jerman, mungkin karena banyak selebritis dan orang penting Jerman yang tinggal disana.

Hari ini seperti hari kemarin, kami akhiri dengan mengejar bis dan u-bahn untuk secepat mungkin bisa tiba dihotel dan segera kembali ke central station Munich dan melanjutkan perjalanan. Ide awalnya untuk menghemat waktu kami mencoba rute baru, naik trem, menurut info offline map, stasiun trem lebih dekat dengan hotel kami, dan kami tidak harus naik U-Bahn. Ternyata ketika sampai distasiun itu kami salah mengambil jalan, harusnya kami naik tangga keatas menuju jalan utama dan menyebrang jalan, tapi kami malah memilih jalan memutar setelah lebih dari duapuluh menit berjalan, baru sadar kalau nyasar, maklum processsor mulai lemot karena kecapean. Akhirnya terlambat 30 menit dari waktu yang direncanakan.

Jadilah berlari-lari lagi mengejar Bis dan U-Bahn menuju central station Munich, dari Munich kami naik kereta ke Traunstein lamanya perjalanan satu jam, setelah itu disambung dengan bis selama 30 menit menuju Inzell, desa dimana kami menyewa appartement, dari halte bis ke tempat kami menginap selama liburan hanya berjarak lima menit dengan berjalan kaki.

Inzell

Meski sudah tidur selama delapan jamsesuai dengan kebutuhan normal tubuh manusia, pagi itu masih malas rasanya membuka mata, tapi sayang jika hari ini hanya dihabiskan di kamar dan bermalas-malasan. Semangat empat lima, keluar dari selimut, rebus air, seduh teh dan makan roti dan segera mandi, jam 8:30 selesai sudah perjuangan mengalahkan kemalasan dan siap bertualang menjelejahi Inzell. Inzell desa kecil , imut, indah dan asri, terletak salah satu lembah pegunungan Alpen, dikelilingi gunung-gunung dan dialiri oleh sungai-sungai kecil, panorama alam yang indah.

Program kami hari itu jam 9:30 menghadiri welcome program, program ini disponsori oleh lembaga pariwisata lokal, tujuan menyambut wisatawan yang baru datang mengunjugi Inzell, presentasi selama 45 menit memperkenalkan obyek wisata apa saja yang bisa di kunjungi disekitar inzell, program wisata berkelompok serta program untuk anak-anak yang ditawarkan oleh lembaga pariwisata lokal tersebut, ada beberapa program menarik misalnya mendaki gunung bersama di salah satu gunung di pegunungan Alpen, Kräuterwandern juga acara hiking tapi plus mengenali herbal yang tumbuh dipegunungan Alpen, yang bisa digunakan untuk obat-obatan atau bumbu-bumbuan dan masih banyak program lainnya. Kebanyakan program tersebut gratis kecuali program barbecue. Selama presentasi kami disuguhi minuman gratis standard seperti proseco dan orange juice, hal kecil yang membuktikan keramahan terhadap para wisatawan.

Sedikit informasi, di Jerman atau hampir diseluruh negara-negara di Eropa terutama di daerah wisata, ada pajak extra yang dikenakan terhadap para wisatawan Kurtaxe namanya, di Inzell kami juga harus membayar pajak tersebut, untuk satu orang dewasa 2,10€ per hari. Tidak murah, tetapi kami mendapatkan Inzell Card,dengan kartu ini kami bisa kemana saja didaerah Oberbayern dengan naik bis gratis, dapat menyewa sepeda gratis, selain itu anda dapat bersauna dan berenang gratis di Inzell.

Setelah mendapatkan informasi yang cukup, kami ingin bersepeda hari itu dan mengelilingi Inzell dengan sepeda, tempat penyewaan sepeda buka dari jam 9:30 sampai jam 18:00, kalau anda ingin menggunakan paket gratis, anda hanya bisa menyewa sepeda selama sehari, artinya anda dapat menggunakan sepeda dari jam 9:30, tetapi sebelum jam 18:00 harus sudah dikembalikan.

Tujuan pertama berbelanja kebutuhan sehari-hari, air dan persediaan makanan selama seminggu kami disini. Meskipun termasuk desa yang kecil tetapi ada banyak pilihan supermarket, jadi jangan kuatir semua tersedia. Setelah puas berbelanja, akhirnya kami bisa keliling Inzell dengan sepeda. Menyenangkan menikmati hawa sejuk dan fresh didaerah pegunungan. Sebenarnya saya terbiasa kemana-mana naik sepeda, ke kantor, belanja atau bahkan saat weekend, sering kami tour bersepeda dari Aachen ke Belanda. Tapi di Inzell meskipun desa ini letaknya masih di lembah Alpen tetapi dibebarapa spot tetap ada tanjakan-tanjakan yang lumayan membuat pompa jantung anda lebih cepat bekerja, ditambah terpaan angin yang hari itu lumayan kencang cukup membuat saya ngos-ngosan. Tetapi keindahan dan keasrian Inzell mengobati rasa letih saya.

Setelah puas dan letih bersepeda selama dua setengah jam, kami memutuskan kembali ke appartment, makan siang dan beristirahat sejenak. Hawa pegunungan cukup membuat kami cepat merasa lapar dan ngantuk.

Sore itu setelah cape kami sedikit reda, kami memutuskan untuk mencoba kolam renang & sauna gratis. Keduanya terletak bersebelahan, dan dari tempat kami menginap hanya perlu berjalan kaki selama lima menit. Selain kolam renang indoor, tepat disebelahnya ada danau alam yang juga gunakan sebagai tempat berenang, tetapi sayang waktu itu suhu air masih terlalu dingin untuk berenang didanau, jadi kami hanya berenang dikolam renang indoor. Setelah itu kami mencoba Sauna, ada tiga ruangan berbeda, satu ruangan dengan suhu 70 derajat, satu lagi dengan suhu 90 derajat, dan satu ruangan uap, diruangan itu anda akan diuapi dengan uap air.

Ketika di dalam ruang sauna bersuhu 90 derajat kami sempat di tegur oleh salah seorang disana karena kami tidak memberi alas kaki kami dengan handuk. Waktu itu kami duduk di bangku deretan paling atas diruangan tersebut jadi kaki kami menapak pada bangku urutan kedua diruangan tersebut. Karena alasan kesehatan & Kebersihan memang diharuskan untuk mengalasi dengan handuk bagian tubuh yang langsung kontak dengan bangku sauna. Di Bayern memang terkenal orang-orangnya sangat menjaga aturan, dan tidak segan-segan menegur anda, kalau anda memang melanggar aturan, jadi jangan merasa terdiskriminasi jika anda mendapat teguran, itu adalah upaya aktif masyarakat dalam ikut menegakkan hukum dan aturan.

Setelah selama tiga jam bersauna dan berenang, kembali ke tempat penginapan, makan malam sambil menonton berita, penting untuk mengetahui ramalan cuaca besok hari, untuk bisa menentukan program kegiatan esok hari. Sebenarnya kami berencana untuk mendaki gunung tetapi karena ramalan cuaca besok hari 50% hujan dan disertai petir, tidak nyaman dan bahaya mendaki gunung saat hujan dan petir maka rencana tersebut kami tunda dan kami memutuskan untuk pergi ke Danau Chiemsee.

Chiemsee

Dari Inzell ke Chiemsee, jika anda menggunakan kendaraan pribadi tidak terlalu jauh hanya membutuhkan waktu selama 30 menit. Tetapi karena kami menggunakan publik transport, jadi kami harus memperhitungkan jadwal keberangkatan bis dan kereta, dan memperhitungkan kapan kami harus berangkat, pulang dan berapa lama kami bisa berjalan-jalan di Chiemsee.

Dari Inzell kami naik bis ke Traunstein dari situ kami naik kereta menuju Ãœbersee. Dari stasiun Uebersee kami memilih berjalan kaki menuju ke danau sekitar 45 menit dengan jalan kaki, ada juga bis menuju ke danau tapi kami harus menunggu selama satu jam di stasiun, lebihsehat berjalan kaki dari pada melamun nunggu bis. Lucu juga lebih cepat jalan kaki dari pada naik bis.Kali ini sebelum kami kesasar, kami mendowload google map offline jadi kami bisa menemukan danau tersebut tanpa kesasar.

Chiemsee merupakan danau yang relatif besar, dan dikelilingi oleh pegunugan alpen, tapi gunung-gunung tersebut terlihat masih cukup jauh, jika cuaca mendung dan berkabut kadang kala tidak terlihat. Di danau ini terdapat beberapa pulau, tetapi yang cukup besar adalah Fraueninsel dan Herreninsel.

Petualangan kami dimulai dengan naik kapal mengelilingi Chiemsee, bisa juga mengeliligi danau dengan berjalan kaki tapi membutuhkan waktu selama 8 jam, dan tidak bisa mengunjugi pulau-pulau yang ada di Chiemsee. Jadi kami membeli tiket untuk ke Fraueninsel, Herreninsel dan kembali lagi ke pelabuhan Uebersee tempat kami berangkat. Harga tiketnya €12 untuk satu orang relatif mahal.

Fraueninsel sebuah pulau mungil, yang didalamnya terdapat banyak penginapan dan vila untuk menginap, penginapan tersebut dilengkapi dengan beranda imutyang langsungberada di pesisir danau, jadi anda bisa duduk santai menikmati pemandangan danau, tapi sayang hanya boleh dipakai oleh tamu yang menginap disana. Ada juga tamanyang disediakan untuk umum tapi tidak seindah dan secantik beranda imut yang dimiliki beberapa penginapan disini. Selain taman umum tersebut dipenuhi oleh bebek-bebek dan dibeberapa tempat bahkan kelihatan rerumputan yang diselai dengan banyak rontokan bulu bebek.

Sebenernya taman umum tersebut juga relatif terawat, rumputnya terpotong rapi dan ada bangku-bangku di bawah pohon yang rindang yang menghadap ke danau, tetapi menjadi tidak terlalu nyaman karena akan ada bebek-bebek yang mendekati anda dan meminta makanan, mungkin karena kebanyakan orang yang duduk disitu beristirahat sambil makan, dan memberikan sisa roti ke bebek-bebek tersebut, dan menjadikannya bebek yang manja dan terbiasa minta makanan.

Meski kami berangkat dari rumah jam 8:00 pagi , tetapi ketika kami sampai di Fraueninsel sudah jam 11 Siang, setelah mengelilingi pulau sekitar satu jam, kami memutuskan untuk juga beristirahat dan menikmati bekal roti makan siang kami,walau awalnya bete, tetapi karena kasihan melihat si bebek yang memelas, akhir kami berbagi makan siang juga dengan para bebek. Beberapa restaurant di pesisir danau selain nampak asri dan nyaman juga menawarkan kuliner khas seperti ikan asap dan salat kentang, tapi sayang jika harus menghabiskan €30 untuk sekali makan.Selain itu dipulau ini juga ada Kloster, tempat dimana para biarawan tinggal. Setelah selesai berjalan kaki mengengelili pulau, kami berjalan kembali ke pelabuhan dan menunggu kapal dan berangkat menuju Herreninsel.

Herreninsel jika dibandingkan dengan Fraueninsel lebih luas, sekedar informasi Herreninsel memiliki arti pulau laki-laki, sedangkan Fraueninsel artinya Pulau perempuan, seperti juga tercermin dalam bahasa Jerman, semua benda diklasifikasikan dalam tiga kategori maskulin, feminin dan neutral, walau tidak ada rumusan pasti mana yang tergolong feminin atau maskulin, tetapi sepertinya laki-laki selalu dianggap lebih besar dari perempuan, meskipun banyak juga perempuan yang lebih raksasa dari laki-laki di Jerman.

Ketika sampai di depan pelabuhan, anda dapat merasakan sejuknya pulau ini, di pulau ini ada penginapan, melainkan dipenuhi oleh berbagai jenis pohon dan satwa liar, ada dua bangunan dipulau ini, satu restaurant didekat pelabuhan dengan teras yang mempesona berada diatas bukit yang menhadap pesisir danau, dan satu lagi adalah istana megah dilengkapi dengantaman yang indah dan pada bagian depan dilengkapi oleh beberapa air mancur dan patung-patung yang dibangun oleh König Ludwig II tahun 1878. Raja ini memiliki julukan „Schlossbauherr“, atau raja yang hobby membangun istana, tiga istana yang berhasil dibangun, salah satunya disini. Neues Schloss Herrenchiemsee dibangun berkiblat pada istana Versailles (Château de Versailles) di Perancis.

L'etat c'est moi, I am the state adalah semangat yang dianut raja Ludwig XVI dari perancis yang diidolakan oleh raja ludwig II dari Bayern, tak heran jika proritas penggunaan uang negara didasarkan oleh selera pribadi raja Ludwig II yang sangat menyukai seni dan arsitektur. Sayangnya raja Ludwig II hanya sempat tinggal beberapa hari di istana itu, dan pembangunan istana itu terhenti sebelumterselesaikan, ketika Raja Ludwig menutup usia ditahun 1886. Sayap istana bagian selatan sejak tahun 1987 digunakan sebagai museum raja Ludwig II, istana initerbuka untuk umum tapi tentu saja tidak gratis.

Dari pelabuhan anda bisa berjalan kaki menuju ke istana itu, atau anda bisa naik delman mengelilingi Herreninsel dan berhenti sejenak di istana, dan menikmati air mancur dan bunga – bunga ditaman istana yang diatur rapi.

Kami memilih berjalan kaki dan berhenti sejenak di istana, kemudian melanjutkan berkeliling pulau. Di pulau tersebut dikelilingi oleh hutan, ada juga binatang-binatang liar yang hidup dipulau tersebut, seperti berbagai burung, kijang, babi hutan dan kelinci.

Menurut ramalan cuaca hari itu 50% akan hujan, tetapi kami beruntung, karena di Chiemsee hanya sedikit berkabut dan siang itu bahkan matahari bersinar sangatterang dan menyengat. Sebelum kami kembali lagi ke pelabuhanÃœebersee, segelas Radler menutup penjelajahan kami di Herreninsel. Tiba di Inzell sekitar jam 6:30, masih bisa menikmati mahatari summer sambil menyantap ice creamdan duduk di balkon tempat kami menginap, mendengar anak-anak kecil bercanda ceria sambil berkejaran di halaman.

Berchtesgaden

Ramalan cuaca semalam melegakan kemungkinan 30% hujan, ada dua pilihan kegiatan hari ini bersepeda dari Inzell ke Salzburg (Austria) atau ke Berchtesgaden. Kami memilih pilihan kedua, karena kemungkinanramalan cuaca lusa 80% Hujan, dan naik gunung saat hujanbukan pilihan yang bijak, lagi pula kami memutuskan untuk kembali ke Aachen dari Salzburg, jadi pasti kami akan mengunjungi Salzburg dihari terakhir sebelum kembali ke Aachen.

Kami berangkat dari Inzell jam tujuh pagi naik Bis tujuan Bad Reichenhall turun di halte bus sekaligus sebelahnya stasiun kereta,dari situ kami naik kereta tujuan Berchtesgaden, kalau ingin menghemat alias gratis anda bisa juga naik bis ke Berchtesgaden, tapi anda harus menuggu satu jam di halte tersebut, untuk menghemat waktu kami naik kereta dan setiap orang harus membayar €3,50. Sampai di stasiun kami masih harus naik bis tujuan Jennerbahn. Total waktu perjalanan dari Inzell sampai ke halte Jennerbahn sekitar satu setengah jam dengan extra pengeluaran €3,50 untuk naik kereta. Kalau Anda keseluruhan perjalanan naik bis gratis, tapi dijamin lebih lama.

Berchtesgaden adalah taman national yang ada di negara bagian Bayern, ada dua tempat yang ingin kami kunjungi Königsee dan Jennerberg. Königsee adalah danau yang bentuknya memanjang yang dikelilingi oleh pegunungan Alpen, Jennerberg adalah salah satu gunung yang mengelilingi Königsee. Anda bisa juga dari Inzell langsung menuju ke Königsee, tanpa harus ke Jennerberg, tetapi rencana kami hari itu adalah naik kereta gantung dari Jennerbahn ke puncak Jenner dari situ kami akan berjalan menuruni gunung yang memiliki ketinggian 1.870 meter menuju Königsee, dan kemudian naik kapal mengelilingi danau tersebut.

Kalau anda fit dan hobby naik gunung anda dapat mendaki Jennerberg, tanpa harus naik kereta gantung , gratis dan sehat. Tapi untuk memenuhi rasa penasaran saya dan karena juga merasa tidak fit maka kami memilih untuk naik keatas dengan kereta gantung dan berjalan kaki turun, alternatif lain bisa juga anda menikmati pemandangan Jennerberg naik dan turun dengan kereta gantung, tapi tentu anda harus merogoh kantong lebih dalam.

Pemandangan yang menakjubkan, awalnya jika anda memiliki phobia ketinggian sedikit menakutkan, tetapi ketika anda sudah berada diketinggian tertentu anda seperti berada di puncak beberapa gunung, menjulang tinggi begitu indah dan anggun dengan semiran putih tipis salju abadi meski dimusim panas tetap menghiasi puncak gunung – gunung tersebut, dan saat melihat kebawah kami dapat menikmati keindahan Königsee, airnya yang berwarna hijau muda diapit oleh pegunungan Alpen yang berwarna keabu-abuan dan hijau tua, sangat menawan hati.

Diwaktu summer para peternak sapi melepas sapi-sapinya di perbukitan (Alm) Alpen, sapi-sapi itu dikalungi lonceng, sehingga dari atas ketika kami melewati kumpulan sapi tersebut, terdengar dentangan lonceng, musik khas di pegunungan alpen.

Perjalanan dengan kereta gantung berlalu tanpa terasa, ketika sampai di atas di stasiun Jenner Bergstation, kami diharuskan otomatis memasuki restaurant, tapi tdak ada keharusan untuk makan, waktu itu kami memutuskan untuk minum teh hangat dan membeli sepotong roti tart, kami menaiki tangga keluar menuju teras untuk sejenak beristirahat dan menikamti teh dan roti, teras tersebut sederhana hanya ada meja dan bangku panjang, tetapi pemandangan di sekelilingnya unbelievable, kami berada di ketinggian 1.400 meter, di puncak gunung dan disekitar anda puncak-puncak gunung yang menjulang, begitu kokoh indah, begitu dekat tapi tangan anda tidak bisa menggapainya hanya mata anda yang dapat menikmati kemegahan dan keagungannya. Saat itu saya merasa betapa kecil dan sederhananya saya diantara bentangan pegunungan Alpen, How great is our God, He is the God who call stars by name, kadang manusia lupa dan terlalu angkuh untuk mengakui ke agungan sang pencipta semesta.

Setelah puas menikmati pemandangan sekitar dan selesai menyantap sarapan kedua, kami mendaki ke puncak jenner kurang lebih 470 meter dari restaurant. Jalannya sedikit menyempit dan terjal dari puncak Jenner anda dapat menikmati sekali lagi pemandangan Königsee dari atas, pagi itu saya harus berkali-kali mengucap syukur atas kebaikan Tuhan sehingga saya masih sehat dan bisa meyaksikan keindahan ciptaannya. Setelah puas menikmati pesona pemandangan di Puncak jenner, kami jalan turun kembali ke Jenner Bergstation. Ternyata jalan turun lebih mengerikan, karena selain jalannya sempit dan bertangga-tangga, saya merasa sepertinya berada di pinggir puncak gunung dan akan jatuh ke danau Königsee, sambil berpegangan di tali pengaman tangga dan berjalan pelan-pelan, berhasil juga menuruni 400 meter yang mengerikan.

Dari Jenner Bergstation menuju ke Königsee sekitar 3,5 jam berjalan kaki, untuk mempermudah perjalanan naik atau turun gunung ada papan petunjuk arah, dan perkiraan waktu yang dibutuhkan. Rute pertama dari Jenner Bergstation kami berjalan menuju Königbachalm, menurut papan petunjuk arah satu jam, pejalanan tersebut kami lewati dengan menyenagkan menikmati pemandangan khas alpen berada diantara pohon-pohon cemara, bunga-bunga liar dan rerumputan yang tumbuh diatas bongkahan batu besar, sesekali ada sungai kecil atau mata air kecil yang menembus rumput dan bebatuan.

Setelah 45 menit berjalan kami melihat papan petunjuk arah, kami hanya sempat melirik tulisan depannya König tapi tidak membaca keseluruhan, mengikuti papan tersebut kami berbelok kekiri dari jalan utama yang tadi kami lewati, beberapa meter kami berjalan kami bertemu dua kakek-kakek, tapi terlihat fit dan sehat, seperti biasa, kami mengucapkan „Guten Morgen“, dan mereka menjawab dengan salam yang sama, salah satu dari merekamenatap dengan pandangan bertanya, sambil berkata, „Pos diatas sudah ditutup tidak ada apa-apa disana, lebih baik jalan bersama kami ke pos berikutnya disana ada pondok yang menyediakan minuman berkualitas“, katanya sambil tertawa, tapi suami menolak sambil tertawa, „ terimakasih kami mau ke Königsee“. Setelah sedikit ngobrol dengan kedua kakek tadi kami meneruskan perjalanan.

Sambil berjalan suami berkomentar, pagi-pagi si kakek sudah ngajak minum snap, katanya mereka buat snap sendiri. Snap adalah minuman beralkohol 40%. Komentar saya, namanya juga sudah pensiun, jadi menikmati hidup selagi masih sehat. Setelah hampir 20 menit berjalan kami mulai ngos-ngosan jalannya ternyata semakin menanjak, dan menyempit, selain itu kami tidak melihat pengunjung lain, curiga saya bertanya kepada suami, „bukankah harusnya jalannya menurun tidak menanjak, letak Königsee dibawah?“. „Betul juga“, jawabnya. Kami memutuskan untuk istirahat dan menikmati bekal roti. Sementara Suami melihat google map offline, dan ternyata memang kami kesasar.

Setelah selesai istirahat, dengan terpaksa berjalan balik dan mengulang rute yang sama, penasaran ketika kami melalui lagi papan petunjuk arah yang membuat kami berbelok ternyata memang tulisan yang tertera bagian pertama König tapi kemudian talalm bukan bachalm, dan ketika saya membaca lebih teliti, diatas tulisan resmi Königtalalm ada tulisan dengan spidol iseng Königbachalmdengan diberi arah panah berlawanan dengan arah panah königtalalm, mungkin ada juga wisatawan yang sempat kesasar sebelum kami, dan mencoba untuk memberi peringatan kepada wisatan lain untuk tetap berjalan mengikuti jalan utama, dan tidak berbelok kekiri.

Sebelum sampai ke pos Könibachalm, kami melewati papan petunjuk arah ke Jennerbahn Mittelstasiun, disana anda akan menemukan stasiun kereta gantung, dan bisa naik kereta gantung, turun kebawah, fasilitas ini ditujukan untuk mereka kurang fit jadi bisa tetap menikmati pemandangan dengan berjalan kaki selama satu setengah jam. Waktu itu ada seorang perempuan yang juga sudah mulai keletihan sama seperti saya. Mungkin terkesan turun gunung lebih nyatai dan relax, tapi sebenarnya turun gunung juga bukan tanpa tenaga, karena anda harus menahan berat anda, dan dipegunungan Alpen , jalan setapaknya berbatu-batu, tidak rata seperti jalan beraspal atau jalanan tanah empuk yang ditumbuhi rumput, jadi setelah satu setengah jam berjalan anda akan lebih merasakan tusukan intensive batu-batu kecil dan besar yang anda tapaki. Wanita itu sudah berjalan sedikit terpincang-pincang bergumam sendiri: „akhirnya sampai juga di stasiun, duh kaki saya sudah tidak kuat lagi jalan, sakit semua“. Saya yang kebetulan berada disebelahnya menimpali,“iya kaki saya juga sakit.“ kami berdua tersenyum meringis menahan sakit.

Meski kaki sudah merasa sakit, tapi tidak menyerah, maju tak gentar, terus berjalan sambil sesekali selfie dan memotret pemandangan sekitar, akhirnya setengah jam kemudian kami sampai di Königbachalm, disana ada restaurant sederhana yang menyediakan makanan ringan dan susu segar, berhadapan dengan restaurant tersebut ada bentangan bukit dimana sapi-sapi merumput serta sungai kecil berbatu-batu, dimana kami duduk sejenak beristirahat dan menikmati udara sejuk.

Kemudian kami berjalan lagi, semakin lama semakin terasa tusukan bebatuan menyerang telapak kaki kami, saya sempat kagum terhadap banyak wisatan disana, mereka berjalan relax tanpa beban, sambil ngobrol dan bahkan berjalan lebih cepat dari kami, kami sering kali diselip. Padahal kami juga sudah mengenakan sepatu khusus untuk mendaki, saya sempat berkata pada suami, „apa karena sepatu discount, jadi kualitas tidak terlalu bagus“. „Bisa jadi, tapi mungkin kondisi kita juga kurang fit“, jawabnya.

Setelah hampir dua jam berjalan kaki, kami melihat didpan ada tempat di pinggiran gunung, dimana kami bisa duduk dan sambil menikmati pemandangan Königsee yang sudah semakin dekat, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak, ketika berhenti, kaki kami sempat gemetar karena letih. Sulit rasanya setelah beristirahat menemukan motivasi untuk bangkit berdiri dan berjalan lagi, saya berkata pada suami, „ini istirahat terakhir, kita harus jalan sampai Königsee, baru boleh istirahat lagi“.

Berjalan, berjalan dan berjalan, sambil menahan sakit, heran masih juga ada orang-orang yang berjalan cepat dan menyelip kami. Tapi akhirnyamesti kami berjalan tidak terlalu cepat, ada juga sepasang orang tua yang berhasil kami selip, satu-satunya, bukan record, tapi untuk menyemangati perjalanan kami yang masih setengah jam.

Akhirnya setelah empat jam berjalan kaki sampai juga kami distasiun jennerbahn tempat kami naik kereta gantung. Rasanya senang mesti letih, karena kami berhasil menuruni gunung Jenner.Dari situ kami masih harus berjalan kaki 15 menit ke Königsee. Sambil berjalan tertatih-tatih akhirnya sampai juga di Köigsee, dan setelah membeli tiket kapal, kami beristirahat dikapal sampil menikmati pemandangan Königsee yang sungguh luar biasa indah.

Danau yang diapit oleh gunung-gunung itu begitu indah dan romantis, ada beberapa pelabuhan disekitar danau, dan dari pelabuhan-pelabuhan tersebut anda dapat mendaki gunung atau sebaliknya dari puncak gunung berjalan turun menuju pelabuhan tersebut. Ada satu pelabuhan yang bentuknya terlihat seperti setengah pulau dan disana ada gereja Saint Bartholomae, dibelakang gereja itu berdiri gunung-gunung tandas yang diselimuti salju abadi,tinggi pegunungan itu lebih dari 2700 meter, Gunung König dan tujuh orang anak begitu diceritakan oleh guide yang ada di kapal ini, Gunung-gunung tersebut telah menelan 100 korban jiwa, mereka yang berusaha menaklukan gunung-gunung tersebut, jadi disaran jika ingin ke saint Bartholomae lebih nyaman naik kapal.

Untuk mencegah polusi dan mengurangi emisi, kapal-kapal yang beroperasi di danau tersebut bertenaga listrik, dan menurut guide itu boleh juga berenang di danau ini, tapi suhunya meski summer hanya 14 derajat. Ada sebuah anekdot, seorang raja yang berenag di danau ini, setelah keluar dia mengkeret, mengecil dan berubah menjadi pangeran, karena terlalu dingin. Diakhir ceritanya, si guide memaikan saxaphone, untuk mendemonstrasikan, bagaimana gunung-gunung tersebut memantulkan musik yang dia mainkan, seolah gunung-gunung tersebut juga memainkankan saxaphone. Setelah selesai mengamen, dan para pendengar di kapal ini bertepuk tangan,guide itu mengedarkan topinya meminta sumbangan sama seperti di Indonesia.

Perjalanan mengelilingi danau ini sekitar satu setengah jam, tapi tanpa berhenti di pelabuhan- Pelabuhan yang ada. Kami harus menghemat waktu, seperti biasa bus umum hanya sampai jam tujuh malam, sementara saat ini sudah jam lima sore, jadi kami harus segera mengejar bus dan kembali ke Inzell.

Salzburg

Kemarin seharian beristirahat setelah mengunjungi Berchtesgaden, masih ada 2 hari lagi sebelum kami kembali ke Aachen. Hari ini kami berkemas dan akan berangkat ke Salzburg kota imut di Austria yang berada didekat perbatasan Jerman, kota terakhir tujuan kami. Dari Inzell kami berangkat jam 7 pagi, kami naik bis tujuan Bad Reichenhall dari stasiun ini kami naik kereta ke stasiun Freilassig dan dari sini kami naik kereta ke Salzburg, Sekitar satu setengah jam lamanya perjalanan.

Hotel tempat kami menginap ada didekat Schloss Mirabell atau istana Mirabell, dari central stasiun Salzburg, kami harus naik bis sekitar 20 menit. Salzburg termasuk kota yang mungil, dapat berjalan kaki mengelilingi kota dengan nyaman. Ketika kami sampai dihotel, belum waktunya check in, tapi petugas hotel yang ramah memperbolehkan kami check in dan menaruh barang bawaan kami.

Hari ini mendung dan benar saja seperti diramalkan hujan gerimis, tapi mengingat waktu kami yang sangat terbatas, jadi sambil berhujan-hujan menikmati kota salzburg.

Tujuan pertama adalah Schloss Mirabell, Istana yang cantik ini dulu dibuat untuk simpanan pemuka greja katolik di abad 16, saat ini istana ini dipakai untuk kantor administrasi publik, istana ini sangat romantis dan memiliki taman bunga yang indah, dengan dekorasi air mancur yang membuatnya semakin cantik , bagi yang hoby selfie, lokasi yang tepat buat berpose.

Setelah puas menikmati Schloss Mirabell, kami berjalan menuju ke old town Salzburg. Meskipun petualangan kami hari itu diiringi hujan rintik-rintik, tapi kami tetap berusaha menikmati kota Salzburg. Kota Salzburg sangat unik, ada gang-gang kecil yang tersembunyi yang akan membawa anda ke bagian lain, atau jalan lain dan di gang-gang tesebut terdapat toko-toko imut, jika anda pernah ke Venedig, gang-gang di kota tua salzburg mirip dengan gang-gang di Venedig tapi tentu venedig lebih rumit dan lebih banyak jumlahnya, di salzburg anda tidak akan kesasar.

Salzburg adalah tempat kelahiran pemusik klasikMozart yang telah meninggal dunia sebelum sempat menikmati ketenarannya, bahkan karena sangat melarat,Mozart dimakamkan diluar kota Salzburg di pemakaman umum, tanpa batu nisan. Tapi karyanya sampai saat ini dipuja dan disanjung.Rumah tempat Mozart dilahirkan dan dibesarkan ada di old town Salzburg, sekarang rumah itu dijadikan Museum Mozart. Meskipun saat itu hujan rintik, tapi kota Salzburg tetap dipenuhi wisatawan yang tetap semangat berpose dengan payung dan jas hujan didepan museum Morzart.

Celana jeans kami sudah mulai basah, dan kami juga sudah mulai menggigil kedinginan, kami putuskan untuk istirahat dan mampir di salah satu cafe di Salzburg menikmati teh hangat dan kue tart, hari ini masih panjang kami memutuskan untuk segera kembali ke hotel dan meneruskan petualangan kami di Salzburg esok hari.Tapi sebelumnya kami sempat mampir membeli oleh-oleh ke chocolatier, Mozartkugeln adalah kuliner unik khas Salzburg, coklat berbentuk bola-bola kecil dengan beberapa lapisan, lapisan pertama coklat kemudian nougat dan ditengahnya marzipan, makan satu bola pasti ketagihan.

Kami beruntung karena hari ini matahari bersinar terang, langit cerah tanpa awan, setelah selesai sarapan, kami mengawali hari itu dengan kembali berjalan-jalan di Schloss Mirabell, meski kali kedua kami disini, tapi matahari yang besinar terang, tanpa iringan hujan rintik, tempat ini semakin terlihat menawan, dan kami bisa menikmati kebun bunga yang tertata rapi dan berwarna-warni.

Kami berjalan menuju ke old city dan mengunjungi beberapa gereja dan kapel. Tujuan kami berikutnya adalah Festung Hohensalzburg, belum ada definisi yang tepat untuk Festung dalam bahasa Indonesia, dalam bahasa jerman dimaknai sebuah benteng tetapi juga tempat tinggal bangsawan,bangunan tua yang berusia lebih dari 800 tahun ini letaknya di salah satu bukit yang ada di Salzburg, karena letaknya diatas bukit, jadi dapat dilihat dari berbagai sudut dikota Salzburg, salah satunya juga dari Mirabell, sebaliknya jika anda berada Festung anda juga dapat menikmati kota Sazburg yang romantis yang dilalui oleh sungai Salzbach dari atas.Ada dua alternatif untuk bisa sampai diatas, dengan naik tangga atau naik kereta gantung, atau sebagian perjalan naik tangga dan sebagian lagi naik kereta gatung, kami memilih naik kereta gantung, hari terakhir liburan , malas dikit bolehlah.

Benteng tersebut saat ini dipakai sebagai Museum Kota Salzburg, anda dapat melihat lukisan kota Salzburg dibeberapa abad yang lalu, juga barang-barang yang dipakai abad yang lalu seperti dipan, lemari dan perabotan yang digunakan di beberapa abad yang lalu, jadi teringat perabotan si mbah yang jadul, yang unik ada adalah kamar putri yang terletak di lantai paling atasyang disudutnya ada ruangan mini dilengkapi dengan jendela dan pintu, saya pikir tempat tuan putri untuk merenung atau membaca, ternyata setelah kami dekati adalah toilet khusus untuk tuan putri. Selain itu juga ada sedikit lukisan dan barang-barang peninggalan perang dunia pertama dan ke dua. Disini ada juga cafe dan restaurant untuk dinikmati setelah letih mengelilingi museum yang lumayan besar.

Hari itu kami akhiri dengan minum Radler di Biergarten dan menikmati ikan bakar khas Salzburg. Besok kami harus kembali ke Aachen, kembali menjalani rutinitas, menghadapi pekerjaan yang super duper chaos - bye-bye holiday see you again next summer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun