Mohon tunggu...
Prasasti Arti Widiastuti-wunder
Prasasti Arti Widiastuti-wunder Mohon Tunggu... -

- TKI di Jerman

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wunderschoen Bayern

11 Agustus 2014   01:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:53 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah puas menikmati pemandangan sekitar dan selesai menyantap sarapan kedua, kami mendaki ke puncak jenner kurang lebih 470 meter dari restaurant. Jalannya sedikit menyempit dan terjal dari puncak Jenner anda dapat menikmati sekali lagi pemandangan Königsee dari atas, pagi itu saya harus berkali-kali mengucap syukur atas kebaikan Tuhan sehingga saya masih sehat dan bisa meyaksikan keindahan ciptaannya. Setelah puas menikmati pesona pemandangan di Puncak jenner, kami jalan turun kembali ke Jenner Bergstation. Ternyata jalan turun lebih mengerikan, karena selain jalannya sempit dan bertangga-tangga, saya merasa sepertinya berada di pinggir puncak gunung dan akan jatuh ke danau Königsee, sambil berpegangan di tali pengaman tangga dan berjalan pelan-pelan, berhasil juga menuruni 400 meter yang mengerikan.

Dari Jenner Bergstation menuju ke Königsee sekitar 3,5 jam berjalan kaki, untuk mempermudah perjalanan naik atau turun gunung ada papan petunjuk arah, dan perkiraan waktu yang dibutuhkan. Rute pertama dari Jenner Bergstation kami berjalan menuju Königbachalm, menurut papan petunjuk arah satu jam, pejalanan tersebut kami lewati dengan menyenagkan menikmati pemandangan khas alpen berada diantara pohon-pohon cemara, bunga-bunga liar dan rerumputan yang tumbuh diatas bongkahan batu besar, sesekali ada sungai kecil atau mata air kecil yang menembus rumput dan bebatuan.

Setelah 45 menit berjalan kami melihat papan petunjuk arah, kami hanya sempat melirik tulisan depannya König tapi tidak membaca keseluruhan, mengikuti papan tersebut kami berbelok kekiri dari jalan utama yang tadi kami lewati, beberapa meter kami berjalan kami bertemu dua kakek-kakek, tapi terlihat fit dan sehat, seperti biasa, kami mengucapkan „Guten Morgen“, dan mereka menjawab dengan salam yang sama, salah satu dari merekamenatap dengan pandangan bertanya, sambil berkata, „Pos diatas sudah ditutup tidak ada apa-apa disana, lebih baik jalan bersama kami ke pos berikutnya disana ada pondok yang menyediakan minuman berkualitas“, katanya sambil tertawa, tapi suami menolak sambil tertawa, „ terimakasih kami mau ke Königsee“. Setelah sedikit ngobrol dengan kedua kakek tadi kami meneruskan perjalanan.

Sambil berjalan suami berkomentar, pagi-pagi si kakek sudah ngajak minum snap, katanya mereka buat snap sendiri. Snap adalah minuman beralkohol 40%. Komentar saya, namanya juga sudah pensiun, jadi menikmati hidup selagi masih sehat. Setelah hampir 20 menit berjalan kami mulai ngos-ngosan jalannya ternyata semakin menanjak, dan menyempit, selain itu kami tidak melihat pengunjung lain, curiga saya bertanya kepada suami, „bukankah harusnya jalannya menurun tidak menanjak, letak Königsee dibawah?“. „Betul juga“, jawabnya. Kami memutuskan untuk istirahat dan menikmati bekal roti. Sementara Suami melihat google map offline, dan ternyata memang kami kesasar.

Setelah selesai istirahat, dengan terpaksa berjalan balik dan mengulang rute yang sama, penasaran ketika kami melalui lagi papan petunjuk arah yang membuat kami berbelok ternyata memang tulisan yang tertera bagian pertama König tapi kemudian talalm bukan bachalm, dan ketika saya membaca lebih teliti, diatas tulisan resmi Königtalalm ada tulisan dengan spidol iseng Königbachalmdengan diberi arah panah berlawanan dengan arah panah königtalalm, mungkin ada juga wisatawan yang sempat kesasar sebelum kami, dan mencoba untuk memberi peringatan kepada wisatan lain untuk tetap berjalan mengikuti jalan utama, dan tidak berbelok kekiri.

Sebelum sampai ke pos Könibachalm, kami melewati papan petunjuk arah ke Jennerbahn Mittelstasiun, disana anda akan menemukan stasiun kereta gantung, dan bisa naik kereta gantung, turun kebawah, fasilitas ini ditujukan untuk mereka kurang fit jadi bisa tetap menikmati pemandangan dengan berjalan kaki selama satu setengah jam. Waktu itu ada seorang perempuan yang juga sudah mulai keletihan sama seperti saya. Mungkin terkesan turun gunung lebih nyatai dan relax, tapi sebenarnya turun gunung juga bukan tanpa tenaga, karena anda harus menahan berat anda, dan dipegunungan Alpen , jalan setapaknya berbatu-batu, tidak rata seperti jalan beraspal atau jalanan tanah empuk yang ditumbuhi rumput, jadi setelah satu setengah jam berjalan anda akan lebih merasakan tusukan intensive batu-batu kecil dan besar yang anda tapaki. Wanita itu sudah berjalan sedikit terpincang-pincang bergumam sendiri: „akhirnya sampai juga di stasiun, duh kaki saya sudah tidak kuat lagi jalan, sakit semua“. Saya yang kebetulan berada disebelahnya menimpali,“iya kaki saya juga sakit.“ kami berdua tersenyum meringis menahan sakit.

Meski kaki sudah merasa sakit, tapi tidak menyerah, maju tak gentar, terus berjalan sambil sesekali selfie dan memotret pemandangan sekitar, akhirnya setengah jam kemudian kami sampai di Königbachalm, disana ada restaurant sederhana yang menyediakan makanan ringan dan susu segar, berhadapan dengan restaurant tersebut ada bentangan bukit dimana sapi-sapi merumput serta sungai kecil berbatu-batu, dimana kami duduk sejenak beristirahat dan menikmati udara sejuk.

Kemudian kami berjalan lagi, semakin lama semakin terasa tusukan bebatuan menyerang telapak kaki kami, saya sempat kagum terhadap banyak wisatan disana, mereka berjalan relax tanpa beban, sambil ngobrol dan bahkan berjalan lebih cepat dari kami, kami sering kali diselip. Padahal kami juga sudah mengenakan sepatu khusus untuk mendaki, saya sempat berkata pada suami, „apa karena sepatu discount, jadi kualitas tidak terlalu bagus“. „Bisa jadi, tapi mungkin kondisi kita juga kurang fit“, jawabnya.

Setelah hampir dua jam berjalan kaki, kami melihat didpan ada tempat di pinggiran gunung, dimana kami bisa duduk dan sambil menikmati pemandangan Königsee yang sudah semakin dekat, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak, ketika berhenti, kaki kami sempat gemetar karena letih. Sulit rasanya setelah beristirahat menemukan motivasi untuk bangkit berdiri dan berjalan lagi, saya berkata pada suami, „ini istirahat terakhir, kita harus jalan sampai Königsee, baru boleh istirahat lagi“.

Berjalan, berjalan dan berjalan, sambil menahan sakit, heran masih juga ada orang-orang yang berjalan cepat dan menyelip kami. Tapi akhirnyamesti kami berjalan tidak terlalu cepat, ada juga sepasang orang tua yang berhasil kami selip, satu-satunya, bukan record, tapi untuk menyemangati perjalanan kami yang masih setengah jam.

Akhirnya setelah empat jam berjalan kaki sampai juga kami distasiun jennerbahn tempat kami naik kereta gantung. Rasanya senang mesti letih, karena kami berhasil menuruni gunung Jenner.Dari situ kami masih harus berjalan kaki 15 menit ke Königsee. Sambil berjalan tertatih-tatih akhirnya sampai juga di Köigsee, dan setelah membeli tiket kapal, kami beristirahat dikapal sampil menikmati pemandangan Königsee yang sungguh luar biasa indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun