Mohon tunggu...
Widian Rienanda Ali
Widian Rienanda Ali Mohon Tunggu... Administrasi - Kuli Proyek

Andai mengangkasa tidak semudah berkhianat, pasti akan lebih banyak kisah kebaikan yang dapat ditorehkan dan dilaporkan kepada Tuhan untuk menunda datangnya kiamat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Apa Konsekuensi Etis dari Teknologi Keabadian?

1 Januari 2025   23:06 Diperbarui: 2 Januari 2025   10:38 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teknologi Keabadian (Sumber: Meta AI)

Pelajaran Moral dari Kefanaan

Mungkin pertanyaan etis paling mendalam seputar teknologi keabadian adalah apakah kita kehilangan dimensi moral yang kritis sebagai manusia dengan menghindari kematian. Kefanaan mengajarkan kerendahan hati, belas kasih, dan ketahanan. Ini mengingatkan kita akan berharganya waktu dan mendorong rasa koneksi, karena semua manusia berbagi takdir yang sama. Dengan menghilangkan benang penghubung ini, apakah keabadian akan memecah belah kemanusiaan kita yang bersama?

Jalan ke Depan: Menyeimbangkan Harapan dan Kehati-hatian

Sementara teknologi keabadian memiliki potensi yang mempesona, pengembangannya harus didekati dengan hati-hati, dipandu oleh prinsip-prinsip etis yang memprioritaskan kesetaraan, keberlanjutan, dan pelestarian martabat manusia. Pembuat kebijakan, ilmuwan, dan ahli etika harus bekerja sama untuk memastikan bahwa kemajuan ini tidak menjadi alat eksploitasi atau instrumen kerusakan lingkungan.

Menghadapi dilema etis ini, seseorang mungkin mengingat kata-kata Viktor Frankl: "Hidup tidak pernah menjadi tak tertahankan oleh keadaan, tetapi hanya oleh kurangnya makna dan tujuan." Mungkin tantangan sebenarnya bukanlah mengatasi kematian tetapi memastikan bahwa pencarian keabadian memperkaya, bukan mengurangi, pengalaman manusia bersama kita.

Saat kita berdiri di ambang melampaui keterbatasan biologis kita, pertanyaannya bukan hanya apakah kita bisa, tetapi apakah kita harus---dan dengan biaya apa bagi jiwa kita, masyarakat kita, dan dunia yang kita sebut rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun