Pelajaran Moral dari Kefanaan
Mungkin pertanyaan etis paling mendalam seputar teknologi keabadian adalah apakah kita kehilangan dimensi moral yang kritis sebagai manusia dengan menghindari kematian. Kefanaan mengajarkan kerendahan hati, belas kasih, dan ketahanan. Ini mengingatkan kita akan berharganya waktu dan mendorong rasa koneksi, karena semua manusia berbagi takdir yang sama. Dengan menghilangkan benang penghubung ini, apakah keabadian akan memecah belah kemanusiaan kita yang bersama?
Jalan ke Depan: Menyeimbangkan Harapan dan Kehati-hatian
Sementara teknologi keabadian memiliki potensi yang mempesona, pengembangannya harus didekati dengan hati-hati, dipandu oleh prinsip-prinsip etis yang memprioritaskan kesetaraan, keberlanjutan, dan pelestarian martabat manusia. Pembuat kebijakan, ilmuwan, dan ahli etika harus bekerja sama untuk memastikan bahwa kemajuan ini tidak menjadi alat eksploitasi atau instrumen kerusakan lingkungan.
Menghadapi dilema etis ini, seseorang mungkin mengingat kata-kata Viktor Frankl: "Hidup tidak pernah menjadi tak tertahankan oleh keadaan, tetapi hanya oleh kurangnya makna dan tujuan." Mungkin tantangan sebenarnya bukanlah mengatasi kematian tetapi memastikan bahwa pencarian keabadian memperkaya, bukan mengurangi, pengalaman manusia bersama kita.
Saat kita berdiri di ambang melampaui keterbatasan biologis kita, pertanyaannya bukan hanya apakah kita bisa, tetapi apakah kita harus---dan dengan biaya apa bagi jiwa kita, masyarakat kita, dan dunia yang kita sebut rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H