Mohon tunggu...
Widiana lestari
Widiana lestari Mohon Tunggu... Lainnya - widiananalestari'teacherAaaminnn"
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

mahasiswi pend.sosiologi fis UNJ

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Beragamnya Kendala dari Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Masa Pandemi Covid-19

5 Mei 2020   23:00 Diperbarui: 5 Mei 2020   23:14 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh: Widiana Lestari
Mahasiswa  Pendidikan Sosiologi Fis UNJ 

Negara di berbagai belahan dunia di kejutkan dan  dihebohkan dengan ditemukannya suatu virus yang mematikan serta menjadi sebuah ketakutan yang teramat bagi seluruh umat manusia. Masyarakat Indonesia sendiri mengenal virus ini dengan sebutan virus corona, lebih tepatnya yaitu Covid19. Virus ini disinyalir muncul dan beredar dimasyarakat hingga menjadi sesuatu yang menakutkan di akhir tahun 2019 dan  berasal dari Negara China tepatnya di kota Wuhan. 

Covid-19 menyerang daerah pernapasan manusa sehingga dapat menyebabkan kematian dengan begitu menakutkan. Penyebaran dari satu manusia ke manusia yang lain sangat begitu mudah dan cepat,  hanya dengan cara berinteraksi  layaknya manusia pada umumnya seperti berjabat tangan, berbincang  dan lain sebagainya. Adanya penularan yang cepat dan mudah serta dampak yang amat begitu menakutkan karena berkaitan dengan nyawa manusia, membuat manusia diseluruh dunia melakukan upaya penyelamatan diri agar sebisa mungkin terhindar dari virus ini dikarenakan jika seseorang yang sudah positif terinfeksi maka kemungkinan dia berada diantara hidup atau mati.

Setiap Negara di seluruh dunia bahkan WHO dan para medis, berpikir keras mencari solusi agar pandemik  Covid-19 segera berakhir. Berbagai Negara percaya bahwasannya ada beberapa cara yang dapat ditembuh untuk mengurangi angka penyebaran covid-19. Salah-satunya dalah social distencing, Menurut Center for Disease Control (CDC), social distencing adalah tindakan menjauhi segala bentuk kerumunan, menjaga jarak antar manusia, dan menghindari berbagai pertemuan yang melibatkan orang banyak

Sampai saat ini belum ditemukan secara pasti  jenis obat yang secara ampuh dapat mengobati pasien yang segancara positif terinfeksi namun, pada kenyataanya social distencing atau upaya menjaga jarak antara manusia satu dengan lainnya mampu mengurangi angka persebaran covid19. Social distencing sendiri memiliki dampak yang sangat terasa di semua sektor kehidupan manusia. Kita ketahui bersama bahwasannya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan bergantung pada orang lain, kini dipaksa untuk terus berdiam diri di dalam rumah dan menjauhkan atau bahkan meminimalisir kegiatan dengan manusia lainnya.

Pemerintah Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengurangi angka penularan covid-19. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia tidak jauh berbeda dengan negar-negara di berbagai belahan dunia seperti memberikan  kesempatan untuk garda terdepan Negara untuk mengikuti serangkain tes atau rapid tes covid. 

Social distencing tidak lupa menjadi salah satu kebijakan yang ada atau diterapkan di Negara Indonesia. Berkaitan dengan kebijakan social distencing, memaksa semua untuk harus bisa beradaptasi melakukan berbagai hal dari rumah seperti bekerja, berdiskusi bahkan kegiatan belajar mengajar.

Mentri pendidikan kebudayaan Nadiem Makarim hari selasa tanggal 24 maret 2020, mengeluarkan surat edaran no 4 tahun 2020 tentang pelaksanaaan kebijakan  pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus. Surat edaran ini berisi kebijakan mentri pendidikan dan kebudayaan mengenai penetiadaan Ujian Nasional tahun 2020, proses belajar dari rumah, serta ketentuan lain seperti ketentuan lulus, kenaikan kelas dan penerimaan peserta didik baru pada tahun 2020.

Angkatan 2020 adalah angkatan yang sangat bersejarah sepanjang masa, dimana mereka semua lulus tanpa mencicipi panasnya bangku Ujian Nasional serta tegangnya berpacu dengan waktu di layar komputer. Dari tahun ketahun, Ujian Nasional sudah dilakukan sebagai salah satu  sistem penilian kelulusan sistem pendidikan di Indonesia namun, pada tahun 2020 ini siswa bisa mendapatkan predikat lulus tanpa adanya Ujian Nasional.

Selain ditiadakannya Ujian Nasional, proses belajar juga dilakukakan dari rumah. Keadaan seperti ini merupakan keadaan yang teramat baru sepanjang sejarah. Semua guru dan siswa harus bisa dan terbiasa menerima kebijakan pemerintah mengenai sistem pendidikan Indonesia yang sejatinya dilakukan di dalam ruangan kelas dan bertatap muka setiap jam pelajaran, kini harus dipisahkan oleh jarak dan hanya bisa berkomunikasi via aplikasi smartphone atau online.

Sistem pendidikan via online menuai banyak kendala dalam pelaksanaannya. Mulai dari guru yang belum siap sistem pembelajaran online seperti apa, aplikasi, serta  mekanisme seperti apa yang akan mereka lakukan untuk mengisi pembelajaran online untuk para siswanya.  Belum lagi siswa yang tidak memiliki smartphone, siwa yang daerah rumahnya tidak terjangkau oleh sinyal serta orang tua yang gagal teknologi atau bisa dikatan buta teknologi yang tidak bisa membimbing anaknya untuk menaplikasikan smartphone agar dapat tergabung dalam kelas online yang dilakukan masing-masing guru di daerah yang berbeda.

Keterbatasan lain juga banyak dikeluhkan siswa di seluruh Indonesia seperti keterbatasan mereka untuk dapat membeli paket internet agar dapat terkoneksi internet. Sistem pendidikan Indonesia sendiri berada pada kegalauan para siswa mengenai sistem pembelajaran guru yang hanya banyak memberikan tugas tugas dan tugas kepada siswanya. Biasanya guru memantau keaktifan  siswanya satu persatu setiap hari pada jam pelajaran namun, sekarang para guru tidak lagi mengetahui apakah siswa mereka sudah mengerti atau belum bahkan merasa kesulitan atau tidak dalam proses penerimaan materi.

Sistem pembelajaran dari rumah juga mengurangi interaksi antara siswa yang satu dengan siwa lainnya. Sebenenarnya interaksi inilah yang dibutuhkan siswa sebagai bekal pembelajaran sosial agar mereka dapat berinterasi dengan baik kelak jika terjun kedua kerja. Sistem pendidikan Indonesia sendiri sebelum masa pandemic covid-19 dilakukan seperti biasanya yaitu dengan cara tatap muka dan berinteraksi langsung antar sesma guru dan murid namun cara ini saja dirasa belum cukup sebagai bekal siswa untuk terjun didunia kerja. 

Jika kita mengibaratkan sistem pendidikan Indonesia, di ibaratkan dengan berenang di dalam kolam renang dengan satu gaya renang. Sedangkan untuk dapat berenang di lautan lepas yang diibaratkan dunia kerja, kita membutuhkan berbagai gaya renang dan adaptasi yang luarbisa hebat yang tidak bisa didapatkan ketika seorang siswa hanya belajar didalam rumah tanpa berinteraksi antar sesama  untuk dapat membangun hubungan relasi yang baik.

Ketidaksiapan orang tua dalam membimbing anak-anaknya untuk  melaksanakan proses pembelajaran tidak luput dari permasalahan yang timbul pada sitem pendidikan Indonesia masa pandemik covid-19. Tidak sedikit orangtua yang gagal teknologi bahkan sama sekali tidak terbiasa memegang dan mengoprasikan smartphone dan akhirnya untuk dapat menunjang pendidikan anaknya agar dapat terus dilakukan, mereka sampai rela pergi ketetangga atau masyarakat terdekat untuk dapat membantu mereka dalam mengoprasikan smartphone. 

Faktor keterjangkauan sinyal dan tidak semua siswa yang mempunyai ponsel  juga tidak luput dari perhatian sebagai salah satu permasalahan pembelajaran yang dilakukan dari rumah. Tidak menutup kemungkinan bahwa ada saja siswa yang hidup di pelosok pedesaan dan tidak terjangkau oleh sinyal yang baik sehingga secara terpaksa mereka tidak mendapatkan pendidikan yang secara maksimal.sebagai contoh guru yang berda di pelosok  Ciamis harus rela berjalan kaki menyusuri perbukitan untuk sampai kerumah muridnya dan memberikan pembelajaran di rumah atau home visit.

Semua itu mereka lakukan dengan ikhlas dan sebagai rasa tanggung jawab menjadi seorang guru agar siswa-siswa mereka tetap bisa mendapatkan pendidikan secara merata dan tidak tertinggal oleh faktor keadaan. Dengan demikian, tenaga pendidik yang suka rela pergi dari satu tempat ketempat lain dengan tujuan mengajar atau home visit tidak menutup kemungkinan akan lebih besar beresiko tertular covid-19 dan  beresiko pula untuk dapat menularkan virus tersebut keberbagai siswa dan kelurga siswa yang mereka kunjungi yang dapat nimbulkan permasalahan baru.

Sistem penilaian yang dirasa tidak efektif sepanjang pembelajaran dari rumah pada masa pandemic covid-19 ini. Guru memberikan soal sebagai salah satu penilaian  untuk para muridnya, namun pada sitem penilaian ini bisa saja murid mengerjakan soal dengan cara copy paste atau bisa pula yang mengerjakan adalah orang lain karena guru tidak dapat melihat dan memantau secara efektif selama proses pembelajaran dan penilain online. 

Sistem pembelajaran dari rumah tidak selancar yang diharapkan, pada saat pembelajaran bersifat online kadang sering terjadi pengunduran waktu belajar dikarenakan bebrapa faktor seperti kurangnya komunikasi antar guru dan siswa dan kadang terjadi gangguan lain seperti rusaknya laptop atau batrai ponsel yang kehabisan daya. Tidak jarang jika terjadi pengunduran waktu belajar sehingga terasa lebih lambat.

Borosnya kuota internet  terkadang banyak dikeluhkan oleh para siswa, dalam satu minggu mereka menghabiskan waktu sekitar 5 hari efektif belajar dan selama lima hari tersebut mereka semua harus siaga terhubung dalam  jaringan internet. Terdapat beberapa siswa yang kadang masih merasa sulit untuk membeli paket internet sehingga mereka merasa susah untuk mengikuti pembelajaran online.

Banyak hal yang ada di rumah yang dapat menarik perhatian siswa seperti musik, suara adik atau kakak yang sedang berada dalam satu rumah yang sama, hewan peliharaan bahkan mainan  sehingga mereka tidak fokus dalam menerima materi pada pembelajaran online.  Tidak jarang ketika sedang berlangsung kegiatan belajar online, orang tua memanggil sehingga fokus siswa kembali terbagi. Sebenarnya ini bisa saja diantisifasi oleh siswa sehingga dapat tetap fokus meski sistem pembelajaran dilakukan dirumah dan online. 

Semua masalah tentu memiliki solusinya, sama sperti permasalahan yang timbul pada  sistem pembelajaran online guna mengantisifasi penularan virus covid-19 yang sedang melanda dunia. Sistem pembelajaran online diadakan sebagai salah satu kebijakan pemerintah namun, dalam penerapannya menimbulkan permasalahan tersendiri. Semoga pendidikan ditengah pandemik virus covid-19 ini dapat terus terlaksanakan sesuai kurikulum dan standar pendidikan nasional yang ada di Indonesia, dan tujuan pendidikan yang sesungguhnya dapat terus berjalan serta, pandemik covid-19 segera berakhir dan semua aktivitas termasuk sistem pendidikan Indonesia dapat kembali seperti semula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun