Mohon tunggu...
Fajar Widiantoro
Fajar Widiantoro Mohon Tunggu... -

membuka cakrawala pandang lewat dunia maya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Jurnalis Menulis Fiksi, Waw..

9 Agustus 2011   14:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:57 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

entah sudah banyak atau belum tulisan fiksi yang di tulis oleh jurnalis beredar dalam bentuk buku atau blog-blog, yang jelas baru-baru ini saya selesai membaca sebuah buku dari teman yang kontennya sangat berbobot. Judulnya "Black Interview" penulis Andre Syahreza. Bukannya saya promosi, tapi perlu diketahui bahwa ceritanya begitu menarik dan berbeda. Saya juga tidak mengenal sang penulisnya...hehe. Entah itu disebut novel atau apa, yang terkandung di dalamnya itu tentang cerita dari seorang penulis dengan profesi sebagai  jurnalis yang bekerja di majalah Djakarta. Saya begitu terkesan dengan ide cerita yang ia tulis dari setiap halamannya. asik aja mbaca buku ini. setiap chapternya punya keunikan cerita yang patut di cermati sehingga rasanya ingin lanjut terus ke chapter-chapter berikutnya.

Buku ini memiliki tebal sekitar 200 halaman dengan ukuran kira-kira separuh dari ukuran kertas A4, sampul berwarna hitam dengan lubang di tengahnya. lubang tersebut tembus di halaman berikutnnya disambut dengan tulisan blck interviw berwarna warna kuning.  kalau teman-teman pernah membaca novel supernova-nya dewi lestari yang judulnya...emmm..lupa aku hehe, kalau nggak salah yang Akar deh hampir mirip dengan black interview ini.

buku ini saya anggap menarik karena dari keseluruhan chapter yang ada di dalamnya ini bercerita tentang kondisii dari kota jakarta di 100 tahun kemudian. Mungkin apa yang di pikirkan dan ditakutkan oleh warga jakarta betul-betul terealisasi. Apa yang mereka rasakan selama ini mengenai kota jakarta yang sekarang ini mungkin masih bisa untuk bertahan hidup nantinya akan berubah menjadi kota..... 100 tahun dari sekarang, mungkin apa yang di bayangkan orang-orang yang pernah tinggal di jakarta atau hanya sekedar singgah sejenak pasti sudah bisa membayangkan bagaimana nantinya. . Aku merasakan betapa kontrasnya kehidupan di sana jika di bandingkan dengan kota solo. Di jakarta aku tinggal di buaran jakarta timur. hari itu aku mengendarai motor ke kedoya jakarta barat. Haduh, betapa sumpeknya kota ini. Naik motor saja kena macet, panas, polusi yang membahayakan kesehatan, membosankan sekali. Entah apa yang dirasakan orang jakarta atau ketika mereka merasakan hal yang sama. mengapa mereka betah tinggal, padahal kondisi sudah begitu tidak nyaman untuk di tinggali. kalau kata temenku, "urip ne jakarta uripe entek ne ndalan" artinnya hidup di jakarta itu cuma habis di jalan aja. itu kata salah satu temenku yang pernah tinggal di jakarta dan dia sudah tidak menginginkan hidup di jakarta lagi walaupun dapan pekerjaan dengan gaji yang cukup bahkan lebih. kira-kira kaya gitu lah salah pemikiran orang tentang jakarta.

Andre syahreza begitu cerdas melihat kondisi jakarta yang seperti itu. sebagai seorang jurnalis yang sudah di gelutinya, tentu akan lebih bisa membayangkan bagaimana kondisi jakarta sebenarnya, detail carut-marutnya kota ini sudah ada dalam imajinasinya. dia mencoba mengemamas sebuah tulisan dengan gayanya sendiri. berbagai pengalaman yang pernah ia dapatkan sebagai seorang reporter kemudian membuat menyusunya dengan imajinasi sehingga menjadi tulisan yang bernilai dan patut untuk di resapi bagaimana kota jakarta ini 100 tahun kemudian. dan ternyata kalau saya baca apa yang ditakutkan masyarakat selama ini tentang kota jakarta bakal terjadi kalau dari sekarang tidak di benahi. pengalaman sebagai jurnalis ditulisnya kembali dengan dibubuhi fantasi bagaimana jika kondisi seperti sekarang ini terus berjalan hingga seratus tahun kemudian. inilah yang patut sadari bagi mereka yang ada di sana khususnya dan masyarakat indonesia pada umumnya, terutama juga para pemangku kepentingan di pemerintahan yang harusnya prihatin melihat kondisi jakarta yang sudah terlanjur demikian. ulasan jurnalistk  terkadang membosankan untuk di baca bagi kalangan umum, namun bagi seorang Andre Syahreza mengemasnya dengan gaya cerita feature yang cerdas. Liputan jurnalistik yang ia peroleh dibubuhi dengan guyonan-guyonan yang mudah di tangkap dan dicerna pembaca awan. sehingga orang yang membacanya pun tertarik untuk terus mengikuti kelanjutan dari setiap chapternya. Ada cerita tentang penggusuran yang dilakukan oleh oknum yang salah satu warganya benar-benar tidak mau di bayar berapapun untuk merelakan tempat tinggalnya di gusur, cerita terbaliknya emansipasi kaum wanita terhadap pria, kasus korupsi, dan lain sebagainya yang lucu dan konyol...

seorang jurnalis tulis tentu memiliki pengalaman sendiri ketika menjalankan tugasnya di lapangan. cerita-cerita tersebut di muat di media tempat ia bekerja dengan bahasa hard, soft, straigh, feature, dll. Saya rasa tentu akan lebih menarik jika pengalaman yang mereka dapatkan dikemas dengan warna yang berbeda, seperti novel. Menulis fiksi tanpa meninggalkan fakta yang ada tentu akan menjadi cerita yang baik dan tentu berguna bagi masyarakat. Para jurnalis yang selama ini hanya di beri kesempatan menulis di media dengan mengedepankan etika jurnalistik tentu membatasi imanjinasi yang dimilikinya. bagaimana jadinya ketika diberi kesempatan lain untuk berkreasi dari apa yang pernah di lakoninya, ditulis kembali dengan fantasinya tanoa harus meninggalakan fakta-fakta yang ada dilapangan. Tentu di toko buku sekarang ini banyak cerita-cerita yang lebih bervariatif apalagi pengemar novel atau cerita fiksi banyak disukai oleh remaja. novel yang ada sekarang ini banyak bercerita percintaan, persahabatan yang ceritanya mungkin sudah klise, itu-itu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun