Sekitar 2 tahun yang lalu saat liburan semester, saya diminta oleh salah satu kakak saya di Bali untuk berlibur di sana, karena dekat juga akhirnya saya mengiyakan tawaran dari kakak saya ini sekalian jalan-jalan.Â
Kakak saya ini sudah sekitar 8 tahunan bekerja dan menetap di Bali, dia mempunyai dua orang anak dan semuanya perempuan. 2 orang anaknya sama-sama sudah Sekolah, kakaknya kelas 3 Sekolah Dasar dan adiknya masih TK, untuk berbicara saja masih terbata-bata apalagi membaca dan menulis.Â
Setiap mereka pulang Sekolah selalu disuguhkan dengan hp masing-masing satu bahkan sebelum mereka makan, Alasannya agar mereka tidak rewel dan tidak bermain diluar, mungkin itu salah satu alasan kenapa mereka terlihat malu-malu ketika bertemu orang baru, mungkin karena jarangnya mereka berkomunikasi dengan orang luar. Jam tidur mereka juga tidak teratur, saat malam mereka bisa tidur sampai jam 10 bahkan sampai jam 12, yang seharusnya itu bukan jam tidur normal untuk anak seusia mereka.
 Saya sudah pernah memberi masukan tentang hal itu agar waktu mereka untuk bermain hp bisa dibatasin, tetapi saya malah dibilang masih kecil dan tidak tau apa-apa tentang masalah itu akhirnya saya memilih untuk diam saja. Selama saya disana saya harus bangun pagi untuk memandikan dan menyiapkan peralatan Sekolah dua keponakan saya ini. Setiap pulang mereka Sekolah saya selalu menyempatkan waktu untuk melatih mereka membaca dan menulis. Karena selalu belum bisa menulis atau membedakan beberapa huruf yang terlihat sama seperti d dan b , m dan n dan lainnya.Â
 Yang menarik perhatian saya selama disana adalah cara mereka belajar. Ketika mereka diberikan tugas oleh guru di Sekolah, tidak ada satu pun tugas yang mereka kerjakan sendiri, semua tugas mereka akan dikerjakan oleh mamanya. Setiap pulang Sekolah yang mereka lakukan adalah bermain hp, makan dan tidur tidak ada waktu untuk mereka belajar. Sehingga anaknya yang sudah kelas 3 saja belum bisa membaca dengan baik. Â
Melihat itu saya akhirnya memutuskan untuk membantu mereka belajar membaca dan menulis, minimal 2 kalimat per hari, tergantung kemauan dan mood mereka. Biasanya saya akan memberikan mereka hadiah kalau mereka bisa menyesuaikan tugas yang saya berikan. Karena mereka sudah terbiasa bermain hp, salah satu hadiah yang saya maksud yaitu memberi waktu untuk mereka bermain hp bagi yang sudah menyelesaikan tugasnya.Â
Biasanya saya mengambil waktu belajar untuk mereka di saat orang tua mereka sedang bekerja, karena pada saat itu hp dibawa sama orang tua mereka, jadi mereka hanya bisa memainkan hp saya saja, sehingga ada alasan untuk saya menjadikan hp sebagai alat agar mereka mau belajar bersama saya.Â
 Saya lakukan cara itu selama kurang lebih 2 mingguan, dari hari senin sampai sabtu, karena hari minggu orang tuanya libur jadi mereka tidak meminjam hp saya, sehingga saya sendiri juga tidak ada alasan untuk minta mereka belajar. Selama 2 minggu belajar membaca dan menulis akhirnya sedikit demi sedikit perkembangan mereka sudah lumayan terlihat. Adiknya yang awalnya tidak bisa membedakan huruf d dan b, karena terbiasa mengulangnya setiap hari akhirnya sudah bisa mengingat dan menulis semua abjad dari a sampi z, dengan sangat baik.Â
Sedangkan kakaknya yang awalnya membaca masih dengan terbata-bata, akhirnya bisa membaca satu kalimat dengan baik walaupun masih ada jeda disetiap kata, tetapi dia sudah bisa membaca tanpa harus mengeja.Itu kemajuan yang sangat baik bagi mereka bila dibandingkan saat pertama kali saya datang.Â
Suatu ketika saya mendengar kalau di Sekolah mereka akan diadakan lomba membaca cerpen untuk anak SD dari setiap kelas, kebetulan mereka berdua ber Sekolah di Yayasan yang sama. Saya berniat mengajak Siska (nama samaran) yang kelas 3 SD saat itu untuk mengikuti lomba, melihat perkembangan membacanya yang sudah semakin membaik. Awalnya orang tuanya menolak karean yang mereka tahu Siska masih terbata-bata saat membaca, tapi saya tetap meminta untuk mendaftarkan Sika karena saya tahu Siska bisa, dan akhirnya di setujuin.Â
Berhubung waktu persiapannya hanya 5 hari, jadi dalam satu hari yang biasanya belajar waktu siang saja, jadi bertambah. Karena Siska sendiri juga sepertinya mau mengikuti lomba itu, dia sama sekali tidak keberatan saat jam belajarnya di tambah, malah dia yang mengingatkan saya setiap hari.Â
Waktu lomba pun tiba, karena hari itu meruypakan hari kerja jadi saya yang menemani dia saat lomba. Beberapa kali beberapa kali saya mendengar dia berkata kalau dia gugup, mungkin saat dia mendapatkan nomor undian ke 6 dari 12 peserta. Saat tiba gilirannya, saya sedikit terhareu karena dia membaca cerpen tersebut sampai selesai dengan sangat baik, padahal dia belum pernah membaca cerita itu sebelumnya.Â
Berhubung peserta yang ikut lomba hanya 12 orang, jadi pengumuman langsung dilakukan hari itu juga,. Walaupun bukan saya yang mengikuti lomba, tapi saya bisa merasakan bagaimana gugupnya Siska saat mendengar pengumuman. Berkat usahnya Siska berhasil mendapatkan juara 3, saya pikir dia akan merasa sedih karena tidak bisa mendapkan juara satu, ternyata dai tetap merasa senang yang penting juara katanya.Â
Siska jadi semakin semangat membaca setelah mengikuti lomba itu, tanpa diminta pun dia akan langsung membaca buku apa pun yang ada. Saya merasa senang karena perkembangannya sangat bagus , baik saat membaca ataupun saat menulis.Â
Saya akhirnya pulang ke Lombok setelah satu bulan liburan, sedih sebenarnya karena saya juga sudah sangat dekat sama mereka. Sekarang mereka tumbuh menjadi anak yang pintar semoga kedepannya akan selalu seperti itu. Pelajaran yang dapat kita ambil, teruslah mencoba dan belajar karean sesuatu yang sulit akan menjadi gampang ketika kita terbiasa melakukannya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H