Mohon tunggu...
KURNIAWAN WIDIAJI
KURNIAWAN WIDIAJI Mohon Tunggu... Guru - Guru

Le coeur a ses raisons que la raison ne connait point

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar: Dekonstruksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara di Era Milenial

31 Mei 2022   10:46 Diperbarui: 31 Mei 2022   11:15 1957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Melihat tantangan diatas ,maka di abad 21 ini kemampuan memecahkan masalah, kemampuan kognitif yang kompleks  serta kemampuan sosial emosional menjadi begitu sangat penting. Salah satu kompetensi mendasar yang menunjang penguasaan penguasaan tersebut adalah kompetensi literasi, baik untuk bahasa, matematika financial, sains dan digital. Guru  sebaiknya menjadikan kompetensi dasar ini sebagai prasyarat wajib yg dikuasai murid pada abad 21. Penting pula untuk menumbuhkan pola pemikiran "growth mindset"(pola pikir pembelajar) baik bagi guru maupun murid.  Artinya murid memiliki keyakinan untuk dapat terus berkembang dan berprestasi dengan berusaha secara maskimal .Pola pikir ini juga perlu dimilki oleh guru sebagai fasilitator untuk mendorong proses belajar murid yang menumbuhkan pola pikir pembelajar.

 Kihajar Dewantara juga mengingatkan bahwa Pendidikan yang sesuai dengan bangsa kita adalah pendidikan yang humanis, kerakyatan (berbasis kearifan lokal sosial dan budaya) dan kebangsaan. Dalam konsep Merdeka Belajar, asas kosentris warisan Kihajar dewantara dibangkitkan kembali "ruh"nya-yaitu Pendidik yang menuntun  murid dengan berdasarkan kepribadian, karakter dan budaya kita sendiri sebagai pusatnya. Selain itu, Beliau juga berpesan ,pendidikan yang memerdekakan muridlah yang menjadi pegangan para pendidik. "Manusia" merdeka perlu memilki modal ketrampilan berfikir atau bernalar yang baik. 

Dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki murid yaitu kecerdasan rasa, karsa,cipta dan karya, maka  murid akan " menjadi manusia seutuhnya.' Manusia abad 21 saat ini merupakan generasi homo sapiens pasca Einstein, yang telah memasuki tahap evolusinya sebagai mahluk yang memilki peradaban tinggi dan kemampuan berfikir serba multidimensi. 

Nenek moyang kita, homo erectus- tidak akan pernah menyangka anak cucu mereka bisa akan secanggih seperti generasi kita saat ini. Disatu sisi manusia abad 21 dituntut untuk mampu mengembangkan kemampuan berfikir komputasional. Namun disisi lain harus tetap tidak kehilangan nilai nilai humanismenya. Humanisasi di era digital akan mengarahkan manusia sebagai tuan atas teknologi. 

Pendidikan yang humanistik akan membantu agar manusia menjadi lebih manusiawi, sehingga akhirnya terbentuk manusia yang utuh, yang memilki kematangan emosional,kematangan moral dan kematangan spiritual. Dengan keseimbangan tersebut, "generasi Z" yang akan mengisi peradaban abad 21 tidak hanya memilki kecanggihan komputational  namun juga memliki kecerdasan sosial emosional dan spiritual. Teknologi menjadi sarana untuk membangun peradaban yang mulia, bukan untuk exploitation de l'homme par l'homme atau  mengeksplotasi manusia atas manusia lainnya. Sehingga peradaban yang dibangun homo sapiens melalui proses evolusi yang sangat panjang ini  pada akhirnya memang untuk  meningkatkan martabat dan kedudukan manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang mulia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun