Mohon tunggu...
Widia Franata Turnip SE
Widia Franata Turnip SE Mohon Tunggu... Akuntan - Enterpreneur

Freelancer writer / Enterpreneur / postgraduate

Selanjutnya

Tutup

Politik

Suara Milenial Memilih Golput

7 Februari 2019   13:16 Diperbarui: 7 Februari 2019   13:48 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meninjau sulitnya para millenials memahami tujuan dan arti dari politik di era baru ini sungguh sangat disayangkan, dimana mereka tidak lagi ada ambisi untuk ikut merayakan "pesta demokrasi" seperti istilah pemilu ciptaan Soeharto.

 Hal tersebut dikarenakan sangat rendahnya tingkat kepercayaan para millenials terhadap pelaku-pelaku politik yang sangat ramai di pemberitaan terkait kasus-kasus yang menjerat para pelaku politik. Sikap kritis dan apatis lah yang membuat para millenials menujukkan ketidakpercayaan akibat merosotnya citra partai dan politisi.

Beberapa mahasiswa yang ditemui di Universita Maranatha Bandung sebagai millenials memberikan pendapat mengapa mereka lebih memilih untuk "golput" dan dengan sadar merelakan hak pilihnya untuk Pemilu April 2019 nanti adalah karena kurangnya pengenalan  terhadap sosok calon pemimpin serta mereka beranggapan pemilu tidak ada gunanya dan menganggap sosok pemimpin yang terpilih belum tentu memberikan hasil yang linier dengan kesejahteraan yang mereka idam-idamkan

Jika ditinjau kembali dari konteks sejarah golput muncul dari sekelompok gerakan pemuda yang merasa aspirasi politiknya tidak terwakilkan oleh kandidat-kandidat dalam pemilu 1971. Namun bedanya pada saat itu adalah para pemuda tetap mengikuti proses pemilihan namun mencoblos di bagian kertas suara yang kosong.

Fenomena golput sudah ada sejak pemilu pada orde baru, menurut sebagian orang hal itu bukan lah menjadi masalah karena beberapa pemilih justru memilih hanya karena ketakutan apriori, dimana mereka memilih Jokowi karena tidak mau memilih Prabowo. Banyak orang memilih Hillary, karena tidak ingin memilih Trump. Mereka memilih tidak lagi atas kesadaran akan kemampuan kandidatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun