Disisi lain, dunia kerja yang berkembang pesat terutama berbarengan dengan kemajuan teknologi, belum tentu semuanya sesuai atau selaras dengan bangunan tata nilai budaya, akhlak, karakteristik, budi pekerti mulia, yang menjadi tujuan pendidikan nasional. Justru sistem pendidikan nasional harus memiliki kontribusi untuk mengarahkan terciptanya dunia kerja yang bertata nilai, berbudi luhur, bermartabat, sesuai dengan norma dan tata nilai adiluhung Indonesia.
Artinya, pemahaman tentang pendidikan dan dunia kerja harus dibalik. Bukannya pendidikan yang menyelaraskan teknologi, dan  dunia kerja, tetapi pendidikan harus mampu menciptakan teknologi dan dunia kerja yang sesuai dengan tata nilai Indonesia. Sehingga terlalu ingin memaksakan bidang pendidikan agar mampu menjawab kesenjangan dunia kerja dengan meminjam kemajuan teknologi, bisa saja menjadi jebakan hilangnya esensi pembangunan bidang pendidikan seperti yang diamanatkan dalam undang-undang.
Membangun bidang pendidikan bukanlah membangun lembaga kursus. Terlalu fokus pada bagaimana agar pendidikan segera menyesuaikan dengan dunia kerja dan melupakan esensi pembanugnan pendidikan sebagai bagian dari pilar perjuangan mempertahankan tana nilai, budaya, budi pekerti luhur, serta akhlak yang mulia, maka kerusakan tinggal menunggu waktunya saja. Meskipun barangkali secara lahiriah, seolah pendidikan membawa kemajuan. Tetapi kemajuan yang mana dan seperti apa, harusnya menjadi pertanyaan kita bersama. Pak Nadiem selamat bekerja. Bawa bidang pendidikan bukan hanya maju teknologi tetapi maju dalam karakter, tata nilai, budi pekerti luhur sebagai jati diri bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H