Mohon tunggu...
Widi Admojo
Widi Admojo Mohon Tunggu... Guru - Widiadmojo adalah seorang guru, tinggal di Kebumen

sedikit berbagi semoga berarti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengurus Pendidikan Tidak Sama dengan Mengurus Biro Kursus

24 Oktober 2019   22:52 Diperbarui: 24 Oktober 2019   23:31 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada tiga kata yang dimunculkan Presiden Joko  Widodo saat mengemukakan alasan mengapa memilih Nadiem Makarim menjadi menteri pendidikan, 24 Oktober 2019 dihadapan pemimpin awak media di Istana Presiden. Pertama aplikasi, kedua pemerataan, ketiga kesenjangan dengan dunia kerja.

Berkaca dari keberhasilan menerapkan aplikasi jasa transportasi, agaknya Presiden Joko Widodo berharap besar agar Menteri Pendidikan yang baru ini mampu mengelola, berinovasi memanfaatkan peluang teknologi untuk mengurus sekolah, siswa, guru yang jumlahnya  cukup besar. Managemen pengelolaan pendidikan diharapkan lebih inovatip kreatif meninggalkan pola-pola lama.

Namun demikian bila merujuk pada tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, pasal 3 menyebutkan bahwa "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".

Cukup signifikankah korelasi antara talenta luar biasa Bapak Nadiem Makarim dalam bisnis online,  bila dikaitkan dengan pencapaian tujuan nasional pendidikan seperti diamanatkan dalam undang-undang.

Memanfaatkan modernitas teknologi dalam hal ini diterjemahkan dengan menghadirkan aplikasi-aplikasi digital untuk mengurus pengelolaan pendidikan, tentu mutlak diperlukan. Harapannya adalah terciptanya pengelolaan pendidikan yang efisien, cepat, rapi, aplikabel, akurat, transparan, dan tentu berkualitas.

Teknologi digital dapat diintegrasikan dengan sistem managemen pengelolaan peserta didik yang jutaan jumlahnya. Serta dapat pula diaplikasikan dalam pengelolaan sumber daya manusianya, baik guru dan tenaga kependidikan lainya. 

Sukses aplikasi transportasi online barangkali sangat mungkin menjadi referensi pengelolaan digitalisasi bidang pendidikan dalam soal perbaikan managemen sistem informasi bidang pendidikan.

Bagaimana mengurus pendidikan yang sebaran heteroginitasnya sangat kompleks antara daerah satu dengan yang lain, baik dari sisi kualitas mutu peserta didiknya, kualitas gurunya, kualitas sarana prasarananya. Sistem aplikasi yang mampu mengelola kompleksitas bidang pendidikan seperti ini tentu memang menjadi kebutuhan yang sangat mendasar.

Selanjutnya bila membaca harapan Presiden Joko Widodo tentang kesenjangan antara out put bidang pendidikan yang kurang "matching" dengan lapangan kerja, kemudian dikomparasikan dengan kesuksesan inovasi aplikasi yang terbukti sukses di bidang transportasi, bisa jadi cukup beralasan bila inovasi kreasi bidang teknologi ini kemudian menjadi referensi besar untuk menselaraskan antara bidang pendidikan dengan dunia kerja. Pengalaman empirik Nadiem Makarim barangkali menjadi solusi jitu untuk menciptakan sinkronisasi bidang pendidikan dengan realita dunia kerja.

Hanya saja bila kembali kepada esensi tujuan pendidikan nasional  seperti  diamanatkan dalam undang-undang, bidang pendidikan tentu tidaklah semata berorientasi pada lapangan kerja. Pendidikan adalah sebuah proses pembudayaan tata nilai yang tidak sekadar berorientasi pada dunia kerja.

Pendidikan yang melulu berkonsentrasi pada pemaksaan penyelarasan terhadap dunia kerja, bisa saja memunculkan  pendidikan yang pragmatis terjebak pada konsentrasi bagaimana agar output pendidikan semua sinkron dengan dunia kerja atau dunia usaha. Sementara penajaman pembudayaan tata nilai, budi pekerti, akhlak mulia, serta penciptaan karakter yang tangguh dan berintegritas menjadi terlupakan atau terkesampingkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun