Mohon tunggu...
Widi Admojo
Widi Admojo Mohon Tunggu... Guru - Widiadmojo adalah seorang guru, tinggal di Kebumen

sedikit berbagi semoga berarti

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ketika Orang Kampung Nangkring di Kompasiana

9 Oktober 2019   09:31 Diperbarui: 9 Oktober 2019   09:58 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada apa dengan orang kampung.  Ya.  Saya lebih nyaman menyebut diri saya orang kampung.  Mengapa?  Ya, selain memang domisili,  keterbatasan akses disana - sini lebih terasa cocok bila kusebut saja diri saya orang kampung.  Bukan orang metropolis. 

Lah lalu apa hubungannya dengan kompasiana?  Ya inilah yang pingin saya ceritakan.  Dunia yang sudah terbalik,  menjadikan tidak ada lagi sekat antara jagat metropolis dan jagat non metropolis.  

Saat media hanya milik segelintir orang,  karena "tempoe doeloe" orang hanya bisa eksis di beberapa media saja, orang kampung seperti saya benar - benar jadi kampungan.  Tidak dikenal,  tenggelam,  dan tentu kehilangan akses. 

Beruntunglah, saya menemukan kompasiana.  Walau masih nebeng - nebeng alias nempel - nempel karena masih pemula,  sangat terhibur dan menikmati benar manakala tulisan artikel (mungkin)  masih kualitas kampungan juga,  bisa tayang menembus dunia lain yang semula Jauh dari habitat keseharian. 

Bisa tayang lalu terbaca orang lain,  itulah barangkali  yang membangkitkan motivasi  untuk menulis. Setidak - tidaknya apa yang  saya tulis tidak mangkrak  di dokumen pribadi belaka,  tetapi menjadi penuh peluang dibaca orang lain.  Bukan tidak mungkin bila nasib mujur dibaca juga presiden Joko Widodo,  hehehe. . 

Mendengungungkan sesuatu walau sebait untuk sebuah ide atau apapun namanya,  di Kompasiana menjadi serba mungkin.  Termasuk kadang dengan sedikit kenakalan,  jujur saja menjadi kebanggaan dan sedikit sensasi emosi manakala foto dan bait tulisan saya dibaca mantan pacar yang dulu meninggalkan begitu saja tanpa kejelasan  masalah yang menyebabkannya. 

Bahkan di Kompasiana ini bisalah sedikit menyindir dan mencolek mantan pacar dengan "pasemon  kata" yang halus tanpa orang lain tahu motivasi tersembunyi dibalik tulisan artikelnya.  

Dalam hal ini Kompasiana menjadi ruang yang terbuka untuk siapapun menorehkan suasana hati dan jiwa,  tentu dengan tata etika dan kesadaran sepenuhnya bahwa tanggung jawab akibat publikasi hasil torehannya  melekat pada dirinya. 

Dari kacamata demokratisasi, terbukanya ruang untuk munculnya ide - ide dari berbagai sumber termasuk dari kampung seperti saya ini menjadi lebih luas dan yang paling penting bisa menjadi katarsis yang  efektif untuk menampung banyak informasi dan aspirasi. 

Bahwa kemudian ada semacam tantangan untuk mengejar reward,  tentu itu sah - sah saja.  Sebuah hukum permintaan dan penawaran yang biasa dalam sistem  trans komunikasi yang satu sama lain bisa memanfaatkan dan dimanfaatkan.  

Hanya saja,  kalau saya biarlah itu mengalir begitu saja.  Dibaca orang artikelnya, alhahamdulilah.  Diberi hadiah, ya bersyukurlah.  Tidak terlalu fokus pada  bagaimana agar artikel yang ditulis menghasilkan upah. 

Saya lebih merasa yakin tulisan yang "genuin", murni dan orisinil menjadi daya tarik tersendiri.  Tidak perlu bermimpi terlalu jauh.  Tetapi terus menulis dan belajar memperbaiki mutu tulisan terus menerus  menjadi lebih penting dari pada terjebak pada bagaimana mengejar reward atau hal lain yang membuat seni melontarkan ide di ruang publik ini menjadi terpola pada bingkai sempit yang kita buat sendiri. 

Memang jujur saja manakala tulisan kita masuk pada kategori - kategori  bergengsi tentu membanggakan dan sangat memotivasi.  Apalagi yang belum pernah masuk seperti saya ini.  

Namun demikian memaksakan mimpi agar tulisan kita masuk pada kategori tertentu  jangan - jangan nanti menjadi pemicu patah semangat kita dalam bereksplorasi melalui tulisan.  

Menulis di Kompasiana adalah keunikan tersendiri bagi saya.  Semoga terus terjaga semabgatnya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun