Mohon tunggu...
Widia Desma
Widia Desma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi universitas Negeri Padang

Perkenalkan saya Widia Desma, saya berasal dari kota Pariaman. Saya mempunyai hobi yang beragam kadang saya bingung milih hobi yang paling saya sukai soalnya hobi ini semuanya saya sukai. Dan saya dulu mempunyai cita-cita jadi seorang kowad TNI AD tapi ga tau aja saya udah jadi mahasiswi aja sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) di Indonesia

25 Desember 2023   13:08 Diperbarui: 25 Desember 2023   13:08 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                                    oleh: Widia Desma 

Awal mula kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia dapat ditelusuri hingga abad ke-16. Pada tahun 1596, Cornelis de Houtman memimpin ekspedisi Belanda pertama ke Indonesia dengan tujuan memperoleh rempah-rempah, terutama cengkeh dan lada. Ekspedisi ini membuka jalur perdagangan langsung antara Belanda dan kepulauan Nusantara.  Pada awal abad ke-16, Portugis adalah kekuatan Eropa pertama yang mencoba menguasai perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Namun, mereka segera diikuti oleh Belanda. Belanda mulai aktif di kepulauan Indonesia pada pertengahan abad ke-16 melalui perusahaan dagang yang kemudian dikenal sebagai Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda. VOC didirikan pada tahun 1602 dengan mandat eksklusif dari pemerintah Belanda untuk melakukan perdagangan di wilayah Hindia Timur.

 VOC menjadi lembaga yang sangat berpengaruh dalam sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia, menggantikan bentuk perdagangan sebelumnya dengan sistem pemerintahan kolonial yang lebih terorganisir. Seiring berjalannya waktu, Belanda secara bertahap menguasai wilayah-wilayah penting di Indonesia, membentuk koloni Hindia Belanda yang berlangsung hingga abad ke-20.  

Salah satu tujuan utama VOC adalah untuk mengamankan monopoli perdagangan rempah-rempah, terutama cengkih dan lada, di kepulauan Indonesia. VOC berusaha untuk mengendalikan produksi, distribusi, dan harga rempah-rempah untuk memastikan keuntungan maksimal bagi perusahaan dan pemegang sahamnya.  VOC mendirikan benteng-benteng dan pos perdagangan di berbagai pulau di Indonesia, termasuk Jawa, Maluku, Sumatra, dan Kalimantan. Benteng-benteng ini digunakan untuk mengendalikan perdagangan, memastikan keamanan pos-pos perdagangan VOC, dan memperkuat kehadiran Belanda di wilayah tersebut. 

Untuk memaksimalkan keuntungan, VOC menerapkan sistem tanam paksa di Jawa yang dikenal sebagai Cultuurstelsel pada awal abad ke-19. Di bawah sistem ini, penduduk Jawa diwajibkan menanam tanaman komoditas tertentu seperti kopi, indigo, dan nila untuk dijual kepada VOC. Sistem ini sering kali menyebabkan penderitaan dan eksploitasi terhadap petani. VOC  juga menciptakan mata uang sendiri untuk digunakan dalam perdagangan di wilayahnya. Ini mencakup koin-koin VOC yang digunakan sebagai alat tukar di pos perdagangan dan benteng-benteng mereka.  VOC tidak hanya berfokus pada perdagangan, tetapi juga memiliki kekuasaan politik di wilayah-wilayah yang dikuasainya. VOC memiliki otoritas administratif dan militer yang signifikan, mengenakan hukum Belanda di wilayah jajahannya, dan mengatur hubungan dengan kepala-kepala lokal yang tunduk padanya.

Berikut ini beberapa konflik yang pernah dihadapi oleh VOC di Indonesia: 

Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) terlibat dalam berbagai konflik di wilayah Hindia Timur, yang mencakup kepulauan Indonesia modern. Berikut adalah beberapa contoh konflik yang dihadapi oleh VOC selama masa keberadaannya:

1.  Perang Banda (1621-1629):
   - Konflik ini terjadi di Kepulauan Banda, terutama di Pulau Run, yang dikenal sebagai produsen cengkih yang sangat bernilai.
   - VOC bersaing dengan Inggris untuk menguasai perdagangan cengkih di wilayah ini, dan konflik ini menyebabkan perang berkepanjangan yang berakhir dengan Perjanjian Breda pada tahun 1667 yang menetapkan kepemilikan Pulau Run kepada Belanda.

2.  Perang Jawa (1677-1681):
   - Konflik ini terjadi di Jawa antara VOC dan Kesultanan Mataram.
   - VOC berusaha memperkuat kendali atas wilayah Jawa dan mendapatkan hak monopoli perdagangan di sana. Perang ini mencakup pertempuran dan perjanjian damai yang mengatur hubungan antara VOC dan Mataram.

3.  Perang Aceh (1873-1904):
   - Konflik ini terjadi di Aceh, Sumatra, dan melibatkan perang berkepanjangan antara VOC dan Kesultanan Aceh.
   - VOC berusaha menguasai wilayah ini untuk mengamankan jalur perdagangan ke utara dan memperkuat posisinya di Sumatra.

4.  Perang Banjar (1624-1625):
   - VOC terlibat dalam konflik dengan Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan.
   - Perang ini terjadi karena persaingan antara VOC dan pedagang-pedagang lokal dalam hal kontrol atas perdagangan di wilayah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun