"Emang temen aku yang satu ini kalo urusan informasi prodi paling up to date, program ini gratis kan?" tanya Jenara kembali.
"Ada uang saku, tapi buat biaya sewa kosan disana pake uang kita sendiri" jawab temannya
"Oh gitu ya, makasih banget infonya" timpal Jenara.
Lima hari kemudian Jenara dengan teman-temanya memberikan berkas ke prodi. Semua mahasiswa diprodinya hampir mengikuti program tersebut. Jenara pulang ke rumah dengan senang hati. Sebelum masuk ke kamar, Jenara mendengar percakapan kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya terdengar serius membahas keuangannya yang sedang sangat tidak stabil. Mendengar percakapan kedua orang tuanya, membuat Jenara ragu untuk membicarakan keinginannya untuk bisa ikut dalam program pertukaran pelajar.
Seperti dihadapkan dalam sebuah jurang yang tinggi, jika melangkah mungkin akan terjatuh, jika mundur mungkin akan selamat. Tapi mungkin saja ditepi jurang sana ada jembatan yang bisa mengantarkan kakinya menuju pulau lain. Dilema dan takut kini menjadi teman setiap malamnya.
Akhirnya hari yang dinantikan pun tiba, hasil pengunguman mahasiswa yang diterima untuk mengikuti program pertukaran pelajar. Jenara berharap jika namanya tidak akan tertera dipengunguman tersebut. Tapi, takdir berkata lain nama Jenara tertera dengan lengkap dipengunguman tersebut. Ada rasa senang dan sedih yang kini terasa dalam hatinya.
Jenara tidak ingin menambah beban orang tuanya untuk saat ini, apalagi baru bulan kemarin orang tuanya membayar uang kuliahnya yang kebetulan meminjam kepada saudaranya. Jika membicarakan ini kepada orang tuanya, mereka akan senang. Karena orang tuanya tahu bahwa Negara Korea menjadi salah satu tempat yang ingin Jenara singgahi, apalagi untuk menuntut ilmu. Pasti orang tua akan memberikan segalanya untuk dapat mewujudkan harapan anaknya.
Seminggu setelahnya Jenara dan teman-temannya berangkat menuju bandara yang hendak mengantarkan mereka berangkat ke Korea. Jenara pergi ke bandara untuk mengantarkan temannya yang mengikuti program pertukaran pelajar. Jenara memilih untuk mengundurkan diri dan memberikan tempatnya kepada temannya. Keputusan yang berat bagi Jenara, tetapi rasa takutnya untuk mengambil kesempatan itu membuat dirinya harus mengambil keputusan tersebut.
Sebulan setelah itu, tanpa disangka keluarga Jenara mendapat bantuan sehingga keuangan keluarganya mulai membaik. Ada rasa kesal dalam dirinya, coba saja waktu itu Jenara membicarakan kepada orang tuanya mungkin Jenara bisa mewujudkan keinginannya dan tidak akan menjadi seseorang yang menyia-nyiakan kesempatan terbaik dalam hidupnya.
Karena sang pencipta akan memberikan rezeki dari hal yang tidak pernah disangka oleh hambanya, sudah sepatutnya sebagai manusia harus bisa memaksimalkan segala kesempatan yang sudah diberikan kepada dirinya. Dan karena rasa takut Jenara yang terlalu besar, ia dengan berat hati harus menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Kesempatan yang mungkin datangnya hanya sekali.
Takut