Mohon tunggu...
Widia prihastuti
Widia prihastuti Mohon Tunggu... Freelancer - S1 Biologi UPI

meninggalkan jejak lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Sering ke Luar Negeri? Hati-hati Penyakit Chagas

16 Desember 2020   10:11 Diperbarui: 16 Desember 2020   11:17 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis : Putu Chandra S., Widia Prihastuti, Yasri Ariyanti M.

Penyakit Chagas atau juga dikenal dengan sebutan American trypanosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit protozoa Trypanosoma cruzi. Protozoa Trypanosoma cruzi akan masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan serangga bernama kissing bug atau Triatomine yang seringkali menggigit manusia pada malam hari.

Gejala dari penyakit ini dapat berujung pada gagal jantung. Gejala umum yang seringkali terjadi yakni:

  • Gejala seperti flu, yaitu demam, lemas, tidak nafsu makan, sakit kepala, dan nyeri otot.
  • Timbul ruam pada kulit
  • Pembengkakan pada kelopak mata
  • Mual, muntah, dan diare

Penyakit ini telah menjangkit sekitar 6-10 juta pasien, dengan sebagian besar berada di Amerika Latin. Penyakit ini sekarang tersebar di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan Australia seiring dengan meningkatnya migrasi dan perdagangan yang berperan dalam penularannya. Para peneliti mengembangkan vaksin rekombinan untuk melawan penyakit ini. 

Vaksin rekombinan merupakan vaksin yang diproduksi melalui teknik rekayasa genetika. DNA dari mikroorganisme seperti virus diambil untuk memproduksi molekul tertentu, molekul tersebut merupakan antigen yang digunakan sebagai vaksin untuk melatih sistem imun agar dapat mengenali dan melawan pathogen yang menyerang tubuh kita. Vaksin rekombinan untuk melawan penyakit chagas menggunakan antigen Tc24-24 dan TSA1-C4 yang diperoleh dari flagel parasit.

Penelitian ini menggunakan tiga monyet rhesus jantan (Macaca mulatta) yang berusia empat hingga lima tahun. Hewan ini ditempatkan di Tulane National Primate Research Center (TNPRC). Penelitian ini mengikuti pedoman Animal in Research: Reporting In Vivo Experiments (ARRIVE). Protein rekombinan Tc24-C4 dan TSA1-C4 yang akan digunakan dalam vaksin, diproduksi dengan bantuan bakteri Escherichia coli. Setelah melalui berbagai tahapan pemurnian, protein yang telah dimurnikan disimpan dalam PBS pada suhu -20C. 

Tentu pada saat pembuatan vaksin rekombinan ini, perlu adanya evaluasi antara vaksin dengan respon humoral tertentu. Respon antibody spesifik antigen ini diukur dalam sampel plasma melalui western blot dan ELISA. Selain itu, evaluasi vaksin dengan respon imun seluler spesifik pun dilakukan dimana sel mononuclear darah perifer terstimulasi dimurnikan dari sampel darah melalui sentrifugasi dan teknik kriopreservasi.

Pemberian vaksin diberikan secara berkala sebanyak tiga dosis. Antibodi Tc24-C4 lebih homogen dibandingkan TSA1-C4 yang lebih bervariasi, terutama setelah dosis vaksin ketiga. Kesehatan pada monyet jantan rhesus (Macaca mulatta) yang divaksinasi tidak terpengaruh oleh vaksin karena setelah dilakukan percobaan selama tiga bulan, suhu tubuh normal, kimia darah dan jumlah sel darah yang stabil. 

Sehingga, menunjukkan profil keamanan yang sangat baik secara keseluruhan.  Keamanan vaksin menunjukkan tidak adanya bukti toksisitas, dilihat dari kondisi semua hewan yang divaksinasi tetap sehat, tidak ada perubahan pada enzim hati atau fungsi ginjal yang terdeteksi setelah tiga dosis vaksin, dan jumlah sel darah tidak menunjukkan adanya perubahan, semakin menegaskan bahwa vaksin itu ditoleransi dengan sangat baik.

Sebagai kesimpulan, pengujian keamanan dan imunogenisitas dari dua vaksin rekombinan yang diberikan bersama terhadap T. cruzi pada kera rhesus jantan. Vaksin tersebut aman karena tidak menyebabkan perubahan kimiawi darah dan jumlah sel, yang menunjukkan fungsi hati dan ginjal normal. Penelitian ini mendukung penilaian lebih lanjut tentang luasnya respons imun seluler yang diinduksi oleh vaksin dan evaluasi kemanjurannya sebagai vaksin untuk melawan penyakit chagas pada manusia. 

Referensi:

Biter, A. B., Weltje, S., Hudspeth, E. M., Seid, C. A., McAtee, C. P., Chen, W. H., Pollet, J. B., Strych, U., Hotez, P. J., & Bottazzi, M. E. (2018). Characterization and Stability of Trypanosoma cruzi 24-C4 (Tc24-C4), a Candidate Antigen for a Therapeutic Vaccine Against Chagas Disease. Journal of Pharmaceutical Sciences, 107(5), 1468--1473.

Dumonteil, E., Herrera, C., Tu, W., Goff, K., Fahlberg, M., Haupt, E., Kaur, A., Marx, P. A., Ortega-Lopez, J., Hotez, P. J., & Bottazzi, M. E. (2020). Safety and immunogenicity of a recombinant vaccine against Trypanosoma cruzi in Rhesus macaques. Vaccine, 38(29), 4584--4591.

WHO. (11 Maret 2020). Chagas disease (also known as American trypanosomiasis). diakses dari:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun