Hobi bersepeda masih terbilang baru bagiku. Sekitar awal 2015 ini, aku mulai menggeluti hobi menggowes sepeda. Jadi, yang lumrah saja bila catatan pengalamanku masih sangat sedikit. Sebagai pemula aku memulainya dengan rute-rute pendek di sekitar tempat tinggalku (Perum Binong Permai, Kec.Curug, Kab. Tangerang), lalu mulai menjajal trek-trek khusus sepeda MTB seperti Cihuni Bike Park, Jalur Pipa Gas (Serpong), Jalur Perigi Baru (Pondok Jagung), Taman Kota 2 (BSD City).
Dalam dua bulan belakangan aku mulai menjajal rute-rute beraroma petualangan seperti ke Gunung Dago (Parung Panjang), Curug Rahong (Cigudeg, Bogor), pemandian air panas di Cipanas, Lebak (Banten), lalu ke kebun teh Cianten (Leuwiliang, Bogor), kemudian Pantai Sawarna (Lebak, Banten), hingga ke Rumah Hutan (Cidampit, Serang). Catatan ini memang masih seujung kuku, karena masih puluhan bahkan mungkin ratusan jalur bersepeda yang tersebar di seantero Pulau Jawa saja.
Catatan bersepeda terakhirku agak berbeda dari yang sudah aku lakoni sebelumnya. Tak hanya berbeda dalam hal tujuan, pun gowes kali ini aku lakukan sendirian dengan rute lebih jauh. Sedangkan sebelumnya, aku selalu bersepeda dengan beberapa teman. Selama ini aku memang sudah mendengar cerita dari beberapa teman bahwa bersepeda sendirian berbeda, jika dibandingkan beramai-ramai atau dengan beberapa teman. Cerita inilah yang mengundang keinginanku untuk merasakan bedanya secara nyata, antara gowes sendirian dan ramean.
Secara kebetulan akhir pekan lalu aku menerima kabar buruk dari adikku yang tinggal di Vila Mutiara Gading 2, Bekasi, bahwa anaknya (keponakanku) yang biasa disapa Osa terjatuh dari tangga di gereja hingga mengakibatkan keningnya sobek dan harus mendapatkan tiga jahitan. Setelah mendapat kabar itu, muncul niat untuk segera menjenguknya dan di saat berbarengan datanglah pemikiran menempuh perjalanan ke Bekasi dengan sepeda. Nantinya, pengalaman pertamaku ini akan kutulis untuk cerita bersepeda dalam Thrill Blog Competition di Kompasiana.
Yup! semangat sudah kunyalakan dan go... gowes 'solo' ke Bekasi aku lakukan pada Selasa, 9 Juni 2015. Aku berangkat dari rumah sekitar pukul 07.30 WIB dengan rute Cileduk (Banten) - Kebayoran Lama - Jln. DI. Panjaitan - Jl. MT. Haryono - Kali Malang (Jakarta) - Jln. Jend. Ahmad Yani - Jl. H. Agus Salim - Vila Mutiara Gading, Bekasi (Jawa Barat). Istirahat hanya sekali di Jl. Otista, sambil makan. Sampai di tujuan (rumah adikku) pukul 12.50 WIB dengan jarak tempuh 71,6 km.
Cuaca hari itu kebetulan berbeda dengan beberapa hari sebelumnya yang cenderung panas terik. Hari itu matahari bersembunyi dibalik awan tebal, sehingga cuaca mendung yang menaungiku sepanjang perjalanan membuat energi tidak banyak terkuras. Sementara geliat pembangunan insfrakstruktur jalan di Jakarta, menjadi pemandangan tersendiri yang cukup bisa mengusir rasa kesendirian. Lalu, satu hal yang tak kalah penting adalah perhatian kita pada hal apa saja yang dilihat sepanjang perjalanan membuat suasana hati dan pikiran lebih rileks, sehingga irama gowes jadi lebih santai.
Gowes jarak jauh secara 'solo' ini memberikan beberapa catatan penting yang akan bermanfaat pada gowes selanjutnya, yakni pertama berikan perhatian pada apapun yang menarik sepanjang perjalanan untuk mengusir rasa kesendirian, buang jauh-jauh pikiran masih berapa jauh jarak yang harus ditempuh, goweslah sepeda dengan irama yang konstan. Pasalnya, jika kita melakukan sebaliknya dari semua itu, maka tenaga akan cepat terkuras lantaran ingin cepat sampai ke tujuan, irama gowes jadi tidak konstan dan pikiran kita sendiri yang bisa meluluhkan seluruh stamina dan daya tahan kita.
Dari beberapa catatan ini, sekarang aku tahu apa bedanya gowes sendirian dengan bareng teman-teman. Ya, memang berbeda. Dan, tidak semua perbedaan itu bisa dikatakan secara verbal dan disampaikan secara tektual, kecuali jika kita merasakannya secara langsung. Nah, bagi yang masih pemula seperti saya atau belum pernah merasakannya, bolehlah mencoba. Kesimpulannya, gowes sendiri dan bareng teman beda rasanya, tapi sama asyiknya dengan kekhasannya masing-masing.
Selain mendapat pengalaman baru, gowes kali ini juga berbeda dari sisi ending. Jika biasanya aku mendapatkan kepuasan bathin tersendiri kita mencapai tujuan (finish), berbeda dengan kai ini dimana aku bisa menghadirkan keceriaan pada kedua keponakanku, Kakak Sera dan Mas Osa, yang sudah lama memendam rindu bertemu Pak De-nya karena kami sudah cukup lama tak berjumpa. Wajah Osa dengan 'hiasan' perban di keningnya menyambutku kedatanganku dengan wajah terkejut, begitu pula selanjutnya Kakak Sera.
"Pak De dari Tangerang sampai ke sini naik sepeda?" tanya Kakak Sera, yang duduk di bangkut kelas 3 SD.
"Iya... kan ini bawa sepeda." sahutku.
"Ah, gak mungkin," timpalnya.
"Apa sih di dunia ini yang tidak mungkin, Kak," sambungku lagi.
"Gak mungkin ya Kak... naik sepeda dari Tangerang sampai ke sini," tambah Osa.
Percakapan itu segera aku akhiri dengan melepaskan rasa rinduku. Aku peluk keduanya dengan erat penuh kasih sayang. Namun, Kakak Sera segera meronta sambila berucap,"Pak De bau keringat."
Hahaha... hahaha... (kami semua tertawa).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H