Mohon tunggu...
Widhi Wedhaswara
Widhi Wedhaswara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wakil Ketua DPP Hanura bid Seni Budaya

Ketika Budaya dan Teknologi Bersinergi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bunuh Diri, Mata Najwa dan Michat

13 Oktober 2023   09:43 Diperbarui: 13 Oktober 2023   09:47 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 10 kemarin, diperingati sebagai hari kesehatan mental dunia tepat pada hari itu dan sehari setelahnya media dihebohkan dengan kasus kematian bunuh diri mahasiswi Unnes di Mal Paragon serta kemudian seorang mahasiswi Udinus ditemukan bunuh diri di kosan.  Kedua kejadian berlokasi di Semarang dan sampai saat ini  kepolisian masih menyelidiki kedua kasus tersebut.

Dalam survei yang dilakukan oleh McKinsey Health Institute yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Hasilnya menunjukkan, lebih banyak responden Gen Z yang melaporkan kesehatan mental, sosial, dan spiritual yang lebih buruk dibandingkan generasi lain. Gen Z adalah mereka yang lahir antara 1997-2012. Sementara, generasi sebelum gen Z, antara lain, milenial (1981-1996), gen X (1965-1980), dan baby boomers (1946-1964). Kolom komentar tentang kasus bunuh diri tersebutpun terlihat beberapa tanggapan yang menyatakan bahwa mereka ingin menyusul kedua mahasiswi tersebut dalam melakukan tindakan bunuh diri seolah menjadi tren di kalangan millenial dan gen z, bahkan isu kesehatan mental di kalangan mereka termasuk tinggi.

Bagi seseorang yang terkena masalah depresi, anxiety ataupun kesehatan mental, biasanya mereka sudah lelah bercerita ataupun tidak ada tempat bercerita. Saya mengambil contoh diri saya sendiri ketika mengalami masalah ekonomi, rumah tangga dan beragam hal lain bersamaan ketika covid yang menyebabkan sempat terkena kesehatan mental, tanggapan di lingkungan sekitar tidak jauh dari kurang ibadah, kurang iman atau dianggap masalah sepele. Fase ketika malam hari mengalami perang dengan pikiran sendiri membuat banyak penderita kesehatan mental akhirnya memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidup dan tidak semua orang bisa beruntung mempunyai teman untuk bercerita dan bahkan kuat untuk tetap melanjutkan hidup.

Saya jadi teringat ketika dalam suatu episode di Mata Najwa, ketika narasumbernya salah seorang capres dan ditanyakan oleh MC tentang isu kesehatan mental di kalangan millenial karena 60% pemilih saat ini berasal dari gen Z dan millenial dan entah karena tidak menguasai isu tentang hal tersebut sang capres mengatakan bahwa para penderita kesehatan mental haruslah diberi makanan bergizi agar mereka sehat.  Dari jawaban tersebut bisa mencerminkan bagaimana generasi dengan usia 40 keatas tidak bisa memahami pola pikir dan dunia Gen Z dan millenial. Saya menyebutkan bahwa mereka adalah para kolotnial yang coba menyasar ke millenial. Isu kesehatan mental adalah salah satu yang ramai dan seperti tertutupi dan dengan keadaan yang ada menjadi PR ketika bonus demografi terjadi namun ketidaksiapan siapapun karena menganggap remeh tentang kesehatan mental.  

Peluk hangat dari jauh untuk siapapun yang sedang berjuang ketika dunianya sedang tidak baik-baik saja.

Widhi W Madjadisastra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun