Mohon tunggu...
Widhi Setyo Putro
Widhi Setyo Putro Mohon Tunggu... Sejarawan - Arsiparis di Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan ANRI

Menyukai sejarah khususnya yang berhubungan dengan Sukarno “Let us dare to read, think, speak, and write” -John Adams

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Presiden Sukarno 'Menegur' Pegawai Pajak dan Bea Cukai

2 Maret 2023   21:12 Diperbarui: 8 Maret 2023   12:01 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ini sebagai Presiden Republik Indonesia, sering didatangi orang yang asing yang mengeluh. Klagen, mengadu kepada saya. Aduh Paduka Yang Mulia, itu bagaimana pegawai-pegawai bea cukai itu, kadang-kadang kok begitu. Begitu bagaimana? Ininya itu lho, bukan main. 

Ada juga orang asing yang masuk itu bukan dia dibegitukan, tetapi dia belum apa-apa dia sudah datang dengan.... Arloji tangannya. Sambil lewat itu, arloji tangan diserahkan. Saban-saban dia datang di Jakarta, sakunya itu penuh dengan jam tangan, yaitu untuk... diterima oleh karyawan-karyawan kita dengan ngglenggem. Ada juga yang membawa pesawat portret, camera, phototostel. Juga begitu, belum apa-apa sudah dikasih phototostel kepada pegawai kita.

Kemudian, Presiden Sukarno mengingatkan dengan keras untuk tidak melakukan tindakan yang membuat malu bangsa Indonesia

Saya berkata, jangan! Jangan saudara-saudara jangan! Saya sudah kasih perintah supaya mendisiplinkan sekuat-kuatnya kita punya karyawan-karyawan ini. Malu kita saudara-saudara, orang-orang asing yang mau masuk Indonesia itu.

Nah ini saudara-saudara saya minta saudara-saudara jangan terjadi lagi. Ini merugikan kepada negara kita, merugikan kepada nama kita. Dan kecuali itu merugikan kepada moral, moral saudara-saudara sendiri. 

Itu merendahkan kita punya martabat, merendahkan kepada martabat negara, martabat bea cukai, martabat saudara-saudara sendiri.

Demikian beberapa potongan amanat yang antara lain berisi 'teguran' dari Presiden Sukarno kepada pegawai pajak dan bea cukai, 58 tahun yang lalu. Menariknya adalah, teguran tersebut masih sangat relevan dengan kondisi saat ini. Bahkan ada satu kesamaan dengan presiden Jokowi hari ini yaitu arahan kepada para menteri dan pimpinan lembaga untuk mendisiplinkan pegawainya.

Sumber Arsip:

ANRI, Daftar Arsip Pidato Presiden Sukarno 1958-1967, No. 704

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun