Mohon tunggu...
Widhi Setyo Putro
Widhi Setyo Putro Mohon Tunggu... Sejarawan - Arsiparis di Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan ANRI

Menyukai sejarah khususnya yang berhubungan dengan Sukarno “Let us dare to read, think, speak, and write” -John Adams

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemberontakan PETA dan Hubungannya dengan Sukarno

15 Februari 2023   15:30 Diperbarui: 15 Februari 2023   15:34 1408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana nasib Supriyadi? Sebagian meyakini ia tewas di tangan tentara Jepang dalam pertempuran. Sebagian lagi meyakini Supriyadi masih hidup. 

Sempat Bertemu Sukarno

Dalam autobiografinya, Sukarno mengaku sudah mengetahui rencana pemberontakan di Daidan PETA Blitar. Soal pertemuan dengan Supriyadi itu diungkapkan Sukarno dalam bukunya Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis Cindy Adams. Pertemuan terjadi di Ndalem Gebang, kediaman orang tua Sukarno di Blitar, ketika Sukarno berkunjung untuk menjenguk ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai yang baru saja diboyong Wardoyo, kakak ipar Sukarno kembali ke Blitar dari Jakarta.

"Apa jang tidak diketahui orang sampai sekarang ialah bahwa Sukarno sendiri tersangkut dalam pemberontakan ini. Bagi orang Djepang maka pemberontakan PETA merupakan suatu peristiwa jang tidak diduga sama sekali. Akan tetapi bagi Sukarno tidak. Aku telah mengetahui sebelumnya. Ingatlah bahwa rumahku di Blitar,"

Sekelompok pemuda yang dipimpin Supriyadi datang ke Ndalem Gebanguntuk menemui Sukarno karena kapasitasnya sebagai tokoh nasional dan juga pemimpin Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), sebuah lembaga propaganda nasional untuk memobilisasi dukungan pribumi kepada Jepang. Kedatangan Supriyadi ini dijelaskan oleh Sukarno sebagai berikut:

"Beberapa orang perwira PETA datang kepadaku. Para perwira ini mempersoalkan maksud mereka hendak mengadakan pemberontakan. Kami baru mulai merencanakan (kata Supriyadi). Mereka menyampaikan dengan kepercayaan penuh. Akan tetapi kami ingin mengetahui pendapat Bung Karno sendiri (kata Supriyadi)."

Saat itu, Sukarno mencoba meredam kegelisahan para pemuda PETA tersebut. Sukarno yakin dalam waktu dekat kemerdekaan yang dijanjikan oleh Jepang akan segera datang. Pendek kata, Sukarno meminta mereka bersabar menunggu hasil perjuangan lewat jalur kooperatif dan tidak memilih jalur perjuangan bersenjata. Ia berusaha memperingatkan Supriyadi harus bersiap mental untuk menghadapi eksekusi jika pemberontakan itu gagal. Ia tidak dapat melindungi para prajurit PETA Blitar, bahkan terpaksa menyatakan tidak tahu-menahu tentang pemberontakan itu agar masa depan PETA dapat diamankan.

"PETA adalah perabot utama kita di dalam revolusi kita yang akan datang. Demi beberapa orang, saya tidak dapat mengorbankan seluruh tentara saya...tentara, bukan orang preman. Dalam hukum militer, hukumanmu otomatis..." 

Menteri yang Tak Kunjung Datang

Pasca Proklamasi Kemerdekaan, Sukarno sebagai presiden kemudian menyusun kabinet pertama yang diumumkan pada 19 Agustus 1945. Salah satu menteri yang ditunjuk adalah Supriyadi sebagai Menteri Keamanan Rakyat.  Hal ini menandakan bahwa Presiden Sukarno mempercayai sosok Supriyadi masih hidup setelah peristiwa di Blitar. Selain itu Presiden Sukarno juga melihat bagaimana peranan dan kemampuan Supriyadi bisa diandalkan untuk menjaga pertahanan dan keamanan di negara yang baru terbentuk ini. Tentu saja penilaian Presiden Sukarno melihat dari peristiwa pemberontakan PETA di Blitar. Pemerintah Indonesia kemudian terus mencari kabar Supriyadi, namun ia tak pernah datang untuk dilantik. Sebulan lebih, Supriyadi tak menempati posisinya hingga ia digantikan Soeljadikoesoemo sebagai menteri keamanan ad interim pada 20 Oktober 1945.

Para menteri di kabinet pertama foto bersama setelah pelantikan. Sumber: ANRI, IPPHOS No. 16
Para menteri di kabinet pertama foto bersama setelah pelantikan. Sumber: ANRI, IPPHOS No. 16

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun