Ketiga, nasionalisme dan kedaulatan negara sebuah keniscayaan yang tidak boleh dihalang-halangi kebangkitannya. Keempat, menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kemanusiaan. Kelima, Sukarno menawarkan ideologi tengah yaitu Pancasila yaitu: "Believe in God, Nationalism, Internationalism, Democracy and Social Justice”. Keenam, Sukarno menyerukan tentang restrukturisasi PBB.
Pidato Sukarno pada Sidang Umum PBB Ke-15. Sukarno menyerukan bahwa Asia dan Afrika menentang kolonialisme dan imperialisme. Penentangan ini atas dasar kemanusiaan dan kolonialisme merupakan suatu ancaman yang besar terhadap perdamaian.
"Lenyapkanlah sebab-sebab peperangan, dan kita akan merasa damai. Lenyapkanlah sebab-sebab ketegangan dan kita akan merasa tenang. Umat manusia di seluruh dunia berteriak minta perdamaian dan ketenangan, dan hal itu dalam kekuasaan kita. Jangan mencegahnya, karena badan ini akan dicemarkan namanya dan ditinggalkan. Tugas kita bukannya untuk mempertahankan dunia ini, akan tetapi untuk membangun dunia kembali!"
"Kami dari Asia dan Afrika menentang kolonialisme dan imperialisme. Oposisi kami terhadap kolonialisme dan imperialisme timbul baik dari hati maupun dari kepala kami. Kami menentangnya atas dasar kemanusiaan, dan kami menentangnya pula dengan alasan bahwa hal ini merupakan suatu ancaman yang besar terhadap perdamaian."
Dalam pidato ini, Sukarno juga mempersoalkan struktur sistem internasional. Ia menegaskan bahwa PBB telah mengalami kegagalan dan hanya sebagai produk sistem Barat yang melahirkan imperialisme.
Kemudian ia menganjurkan pencantuman Pancasila dalam piagam PBB serta memindahkan markas besar PBB dari New York ke suatu tempat di Asia atau Afrika.
Pidato ini menandai suatu tawaran untuk memimpin apa yang disebutnya “bangsa-bangsa yang baru bangkit” yang ia lukiskan sebagai melepaskan diri dari masa lalu dan “Membangun Dunia Baru”.
"Bangunlah dunia ini kembali! Bangunlah dunia ini kokoh dan kuat dan sehat! bangunlah sauatu dunia di mana semua bangsa hidup damai dan persaudaraan. Bangunlah dunia yang sesuai dengan impian dan cita-cita umat manusia."
6. Pidato di KTT Gerakan Non Blok (GNB) I, Beograd, 1 Oktober 1961
Perang Dingin telah memicu proses dekolonisasi baru dengan mengubah peta politik dunia. Kolonialisme Barat banyak yang berakhir, kemudian muncul puluhan negara baru yang kemudian dikenal dengan negara-negara Dunia Ketiga.
Munculnya negara Dunia Ketiga ini membuka dimensi baru bagi konflik Timur-Barat. Negara adikuasa yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat berlomba menanamkan pengaruh di negara-negara yang baru merdeka ini dan melibatkan mereka ke dalam Perang Dingin.