Mohon tunggu...
Widhi Satya
Widhi Satya Mohon Tunggu... -

[nihil]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antre...

16 Maret 2010   07:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:24 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_94890" align="aligncenter" width="150" caption="Antre : Image : google"][/caption] Pukul tujuh pagi. Kupacu motorku sekencang mungkin. Tujuan pertamaku adalah Bank. Demi menghindari antrean panjang, aku sengaja berangkat pagi-pagi sekali. *** Nomer 11. Aku menghela nafas. Kulirik jam dinding. Pukul setengah delapan pagi. Pun, antrian sudah 2 digit. Padahal kasir buka pukul 8.15. Kulihat sekeliling, seseorang melambaikan tangannya. Temanku. Kudekati, berbasa-basi, kemudian aku duduk dan menyibukkan diri dengan bacaanku. Bagi orang yang mengenalku sepertinya, diam adalah bahasa keseharianku. Maka, dia pun mafhum. *** Kasir telah dibuka. Bangku-bangku antrian pun telah penuh sesak. Selama satu-persatu nomor antrian dipanggil, ada satu pemandangan yang menarik perhatianku. Ada satu orang, dilihat dari gelagat dan raut mukanya, terlihat betul dia sangat tergesa-gesa. Terbukti dengan usahanya menyerobot antrean. Apakah dia memang tergesa-gesa? Atau dia cuma salah satu dari sekian banyak warga yang belum menerapkan antre sebagai budayanya? Aku tidak mau suudzon, tapi aku selalu merasa "jijik" dengan orang yang enggan antre. Orang yang pantatnya selalu gatal untuk duduk antre, sehingga dengan seenaknya menyerobot antrean, di mataku, dia tidak masuk dalam kategori "orang baik". *** Kenapa kita begitu risih untuk antre? Apakah masyarakat kita sudah terlalu bebal sehingga muncullah imbauan "budayakan antre" Jika saja kita mau lebih membuka mata, antre sebenarnya adalah hal yang paling dekat dengan kita. Jika Anda pelajar / mahasiswa, maka Anda sedang antre untuk menjadi lulusan. Jika Anda penganggur, maka Anda sedang antre untuk bekerja. Jika Anda karyawan, maka Anda sedang antre untuk promosi. Jika Anda lajang, maka Anda sedang antre untuk menikah. Mengapa untuk waktu bertahun-tahun Anda mampu antre, sedangkan untuk sesuatu yang tidak lebih dari hitungan jam Anda merasa risih dan tidak betah? *** Mindset. Mungkin itulah jawabannya. Maka, bukalah pikiran, luaskanlah sudut pandang. Antre bukan sesuatu yang menyiksa. Melainkan "waktu" yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Karena tahukah Anda, bahwa saat inipun kita berada dalam posisi yang begitu dekat dengan ujung antrean. Antrean yang dikamuflasekan oleh "stigma" sehingga kita sering terlena olehnya. Antrean apakah itu? Antrean kematian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun