Mohon tunggu...
Widhi Satya
Widhi Satya Mohon Tunggu... -

[nihil]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Air dan Kucing

15 Maret 2010   00:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:25 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Minggu pagi.. Aku ingin sekali bermalas-malasan di hari minggu. Aku ingin dan aku bisa. Tapi tidak di pagi hari.
Pagi hari, lebih tepatnya pagi buta adalah waktuku beraktifitas yang berurusan dengan air.

Kenapa? Karena di desa (kampung) sepertiku, masih belum terjamah PDAM dan masih harus mengelola air bersih sendiri (bagi yang tidak ingin menggunakan air bekas irigasi). Air bersih ini didapat dari mata air pegunungan asli. Karena aku memang tinggal di daerah pegunungan.

Tapi celakanya, mungkin karena kaur air di desaku kurang tahu, tidak tahu atau mungkin tidak mau tahu sehingga menyepelekan soal urusan teknis manajemen air, maka kacaulah pembagian porsi air untuk masing-masing KK.

Ada yang deras, tapi bahkan ada pula yg besarnya aliran cuma sederas orang kencing.

Sudah begitu, masih ditambah pula dengan permasalahan sabotase air di sana-sini. Dari mulai instalasi ilegal, sampai penyumbatan dengan sengaja aliran tetangganya demi kepentingan agar air di rumahnya deras.

Maka jadilah permasalahan air ini pemicu perselisihan dan perang dingin antar tetangga.

Tidak jarang kedinginan itu meningkat tensinya menjadi perang mulut (baca=perang gertakan) yang bagiku itu adalah hal bodoh yang sia-sia.

Aku lebih memilih mengalah. Lebih baik kecean (bermain air) di pagi buta. Karena jika hari sudah menginjak siang, aku benar-benar tidak kebagian jatah air karena air yang mengalir ke rumahku sudah kalah dan dicegat di rumah-rumah sebelumku.

Sejak kaur airku beserta para dewan staff-nya mengundurkan diri, lepas tangan. Entah karena menyadari ketidakbecusannya, entah karena memang sudah tidak mampu mengendalikan kebebalan warganya, atau entah karena lari dari tanggung jawab.

Aku tidak peduli. Aku pasrah. Aku masih bersyukur, meskipun harus berbasah-basahan di pagi buta.

Ya, aku sangat bersyukur.

Berapa banyak saudara kita setanah air yang harus rela antri berjam-jam hanya untuk mendapatkan segalon air, yang mungkin hanya cukup untuk memasak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun