Mohon tunggu...
Widhi Satya
Widhi Satya Mohon Tunggu... -

[nihil]

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Pasar dan Pasar Sekolah

6 Mei 2010   09:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:22 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_134770" align="aligncenter" width="266" caption="sumber gambar : beritakorslet.wordpress.com"][/caption] Jika sarjana, hanya menjadi 'sarjana'. Tak lagi ahli di bidangnya. Tak lagi berdedikasi dengan profesinya. Nilai dalam ijazahnya, bukan representasi nilai kemampuannya. Toga dan semacamnya, hanya menjadi seremonial belaka, tanpa penghayatan tanggung jawab terhadap pengembangan profesi, bidang ilmu, serta sosial. *** Itulah ilustrasi sarjana instant. Dilahirkan universitas yang tak memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan. Menyepelekannya, atau bahkan menginjak-injaknya. Tak ada proses pengajaran, yang bahkan di universitas maju telah dikembangkan menjadi penelitian. Jika mahasiswa tak mengerti hal yang seharusnya adalah sesuatu yang sangat sepele dan mendasar, bukan pencerahan, akan tetapi tawa meremehkanlah yang didapat sebagai jawaban. Kecongkakan dosen telah menjadi hal yang begitu menyilaukan. Begitu tinggi. Hingga dia enggan untuk melihat ke bawah. Pun jika dia melihat ke bawah, tak terlihat apa-apa lagi dalam pandangannya yang berupa dasar. Tak ada saling percaya. Menggali ilmu bersama. Hingga, mungkin karena 'malas' mengajari mahasiswa yang dalam pandangannya sebagai kumpulan SDM 'rendah', cukup dengan absensi penuh, nilai 'cukup' terpenuhi. Bahkan ada yang menghargainya 'baik'. *** Inikah pendidikan? Aku tak sanggup membayangkan bagaimana kecewa dan terpukulnya Ki Hajar Dewantara melihat segala yang di perjuangkan dengan keringat darah, hanya menjadi sarana permainan politik dan tempat berdagang. Aku tak sanggup membuka mulut jika dia bertanya padaku "hei! Apa beda sekolah dengan pasar? perkelahian, tawuran, bermesraan, kekerasan, makian, palak-memalak, dagang, apalagi hal yang ada di pasar tak ada di sini?" Aku yakin, dia dan segala perjuangannya, akan merasa sangat terhina, jika disodori dengan uang gedung, uang seragam, dan uang-uang lain. "Pendidikan memang butuh uang. Tapi pendidikan bukan uang!" *** Tulisan yang kubuat beberapa hari sebelum hari pendidikan. Tapi terhenti di tengah jalan karena kesibukan. Dan....Tak bisa kulanjutkan. Stagnan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun