[caption id="attachment_105351" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar : Gugling"][/caption] Write = suck! Aku benci menulis. Karena perspeksiku, Menulis itu membosankan. Menulis itu memuakkan. Menulis itu kaku. Menulis itu "sok". Menulis itu bukan hak orang ber-IQ jongkok sepertiku. Menulis dalam daftar cabang seni versiku, terletak hanya satu strip di atas seni rupa (cabang seni yang tak akan pernah kukuasai karena terbentur tembok "bakat). Write's simply suck! *** Tak henti-hentinya aku heran dengan penulis. Tak henti-hentinya pula aku terbelalak dengan benda bernama buku. Sebuah keajaiban bagaimana orang bisa menghabiskan hari, bulan, bahkan tahun untuk menyusun, mengolah, dan mengurai materi ke dalam sebuah tulisan.
*** "Tulisanmu lumayan" "Tulisanmu bagus" "Artikelmu, kandungan dan bahasanya, belum lebih dari nilai sebuah mading" "Ni tulisan lw yak? Kq isinya diari semua?"
*** Aku mulai menulis lagi. Kuacuhkan semua nada sumbang itu. Biarlah mereka berkomentar. Itu hak mereka. Meskipun aku juga tertawa ketika tulisanku disebut mading maupun diari.
*** Ya. Aku menulis. Tak tahu mulai kapan aku secara resmi memulainya. Tanpa kusadari aku telah menggiatinya. Aku menulis apa yang kulihat, kudengar, kurasa, bahkan (kadang) apa yang kubaca. Aku menulis apa yang kuamati, kualami, kupikirkan, kurasakan. Aku menulis karena aku ingin menulis. Aku belum bisa "menulis on purpose" seperti yang diwejangkan Mas Bahtiar HS. Pun, seperti ajakan mas Zulfikar Akbar, "menulis untuk berbagi". Karena motivasi menulisku belum sepenuhnya untuk berbagi. Aku lebih sering menuliskan keegoisanku. Kurasa "aku menulis karena ingin menulis" telah terlanjur mengakar sebagai habbit baruku.
*** Write = suck! Ketika ide itu habis dan tak kunjung datang. Ketika tema yang telah kucatat sebelumnya tak bisa kukembangkan. Ketika tak ada hal apapun yang bisa kucermati. Tak ada kejadian apapun yang dapat kucatat. Dan tak ada keluh kesah apapun yang dapat ku"umpat". Maka saat itu. Write = really suck!
*** Tapi yang lebih kubenci dari menulis adalah candunya. Menulis seperti sebuah opium yang membuatku ketergantungan olehnya. Tak jarang berjam-jam kuhabiskan untuk mengetik tulisan. Di pagi buta, maupun larut malam. Jika dalam satu hari tak satupun tulisan kuhasilkan, aku merasa timpang. Seperti birahi yang tak tersalurkan. Seperti sakau yang tak terpenuhi. Im already addicted, and i cant get myself out of it! That's why write is suck! Sigh... I guess i hafta stop complaining bcez my write is what "suck" itself.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H