Mohon tunggu...
Aan Widhi Atma
Aan Widhi Atma Mohon Tunggu... Pegawai Negeri Sipil -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Impian Tunggal Melepas Predikat Daerah Tertinggal

8 Maret 2016   09:44 Diperbarui: 8 Maret 2016   10:46 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Warga Desa Kertasari Kabupaten Sumbawa Barat (dokomen pribadi)"][/caption]Pengertian Daerah Tertinggal menurut Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa) adalah daerah Kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Penetapan kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan menggunakan pendekatan relatif berdasarkan pada perhitungan enam (6) kriteria dasar dan 27 indikator utama yaitu : (i) perekonomian masyarakat, dengan indikator utama persentase keluarga miskin dan konsumsi perkapita; (ii) sumber daya manusia, dengan indikator utama angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf; (iii) prasarana (infrastruktur) dengan indikator utama jumlah jalan dengan permukaan terluas aspal/beton, jalan diperkeras, jalan tanah, dan jalan lainnya, persentase pengguna listrik, telepon dan air bersih, jumlah desa dengan pasar tanpa bangunan permanen, jumlah prasarana kesehatan/1000 penduduk, jumlah dokter/1000 penduduk, jumlah SD-SMP/1000 penduduk; (iv) kemampuan keuangan daerah dengan indikator utama celah fiskal, (v) aksesibilitas dengan indikator utama rata-rata jarak dari desa ke kota kabupaten, jarak ke pelayanan pendidikan, jumlah desa dengan akses pelayanan kesehatan lebih besar dari 5 km dan (vi) karakteristik daerah dengan indikator utama persentase desa rawan gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan bencana lainnya, persentase desa di kawasan lindung, desa berlahan kritis, dan desa rawan konflik satu tahun terakhir.  

Agak terdengar sedikit menggelitik telinga, ketika Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) yang jumlah penduduknya hanya 132.219 jiwa dengan luas wilayah 184.902 Ha (Sumber) masih belum beranjak dari predikat “Daerah Tertinggal” sejak awal terbentuk di tahun 2003 (www.kemendesa.go.id). Sementara jauh sebelum itu, tepatnya tahun 1997 di daerah tersebut berdiri sebuah Perusahaan Tambang Raksasa Multinasional sekelas PT. Newmont Nusa Tenggara (PT NNT). Dalam pikiran masyarakat awam, dikemanakan hasil tambang yang telah dikeruk selama ini? Apakah uang yang melimpah ruah hasil dari Newmont masih belum cukup? Masih diragukankah data-data membaiknya indikator pendidikan, kesehatan, sosial budaya, lingkungan hasil evaluasi program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendongkrak status “tertinggal” di atas?

Dan yang lebih menyedihkan lagi, berdasarkan data BPS NTB yang digunakan Pemda KSB dan Sub Divre Bulog Sumbawa dalam menyalurkan Raskin tahun 2015 yang lalu menunjukkan bahwa warga yang berada di dekat lokasi pusat pengerukan sumber daya alam di Kecamatan Sekongkang, justru menerima jatah Raskin cukup besar (www.bisnisntb.com).  Jumlah orang miskin di Kecamatan Sekongkang sebagai rumah tangga sasaran (RTS) penerima manfaat Raskin sebanyak 766 RTS yang tersebar di 8 desa. Diantaranya, UPT Tongo sebanyak 125 kk, Desa Kemuning 29 kk, Desa Talonang Baru 162 kk, Desa Tatar 114 kk, Desa Ai Kangkung147 kk, Desa Tongo 63 kk, Desa Sekongkang Atas sebanyak 61 kk dan Desa Sekongkang Bawah 65 kk.

Namun demikian, KSB masih punya waktu untuk mendongkrak predikat tersebut, dengan syarat memperbaiki kriteria dasar dan indikator utama di atas. Apalagi dengan terpilihnya Bupati KSB, Dr. Ir. H. W Musyafirin, M.M. dan Fud Syaifudin, ST untuk periode 2016-2021 diharapkan mampu membawa Bumi Pariri Lema Bariri ini menjadi lebih baik. Targetnya tidak usah muluk-muluk, 5 (lima) tahun kepemimpinan Bapak Bupati, KSB harus keluar dari zona daerah tertinggal. Cukup itu saja! Apa bisa? Insyaallah bisa, kan ada Newmont yang siap membantu? Eh, bener gak sih?

Mengkongritkan Impian

Ada pepatah kuno yang mengatakan “The best way to make your dreams come true is to wake up”. Cara terbaik untuk mewujudkan impian anda adalah dengan menyadarinya. Sadar bahwa anda memiliki impian yang harus diwujudkan akan membawa anda pada keberanian untuk berbuat. Kita harus menyadari bahwa tidak bisa selamanya Pendapatan Asli Daerah (PAD) KSB bergantung pada sektor pertambangan, karena sifatnya yang tak bisa diperbarui. Ada sektor lain yang berpotensi untuk dikembangkan seperti pertanian dan pariwisata. Kita juga harus menyadari bahwa kehadiran Newmont yang hanya sebentar di Bumi KSB harus dimanfaatkan seoptimal mungkin agar menjadi peluang penyejahteraan masyarakat.

Menyambut ide Dr. Muhammad Sulhan, S.I.P., M .Si., Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fisipol UGM, yang juga alumni Newmontbootcamp 5 yang mengatakan bahwa harus ada mimpi bersama antara Pemerintah Daerah, Pihak Swasta (PT NNT) dan masyarakat agar program CSR yang menjadi lebih tajam memang menarik. Penulis pun mencoba menawarkan bentuk kongkrit dari impian bersama tersebut adalah upaya beranjak dari predikat daerah tertinggal, karena itulah salah satu tolok ukur kesejahteraan suatu daerah.

Mengapa tidak, jika dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk periode selama 5 (lima) tahun mendatang Pemerintah KSB menargetkan agar terlepas dari jerat daerah tertinggal. Seluruh tujuan , sasaran , strategi dan kebijakan pembangunan diarahkan untuk tercapainya target tersebut. Mencermati enam (6) kriteria dasar dan 27 indikator utama di atas, penulis sangat optimis KSB mampu melampauinya. Dalam tulisan kali ini penulis mencoba menguraikan beberapa indikator yang mampu menjadi peluang dalam meraih impian tersebut yakni melalui pendidikan dan kesehatan.

Ikhtiar Mencetak Generasi Emas

Keberadaan PT NNT di KSB merupakan investasi yang luar biasa. Beberapa program CSR di bidang pendidikan sangat berpengaruh signifikan terhadap kondisi masyarakat. Di bidang pendidikan, PT NNT telah, sedang dan akan melaksanakan berbagai program. Beberapa diantaranya adalah; membenahi infrastruktur pendidikan, menyalurkan beasiswa, bantuan pendidikan, pelatihan, program guru magang dan masih banyak lagi yang berorientasi pada upaya mendorong kualitas sumber daya manusia. Tidak ada yang menyangkal bahwa pendidikan adalah investasi tiada henti.

Ikhtiar mencetak generasi emas ini ditunjukkan oleh PT NNT dengan memperluas sasaran dan meningkatkan mutu beasiswa. Tercatat sejak tahun 1998 s.d. 2014 penerima beasiswa berjumlah 14.353 siswa/mahasiswa. Sebagian besar berasal dari Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Sumbawa. Total dana beasiswa yang telah direalisasi Rp22,5 milyar lebih. Beasiswa ini diberikan kepada siswa/mahasiswa berprestasi asal NTB. Jenis beasiswa, sebagai berikut Bulaeng (beasiswa tertinggi bagi mahasiswa S1, S2 dan S3 dengan pembiayaan penuh) Emas (beasiswa bagi mahasiswa S1 dengan pembiayaan SPP dan biaya hidup), Platinum (beasiswa 1 tahun S2 dan S3), Perak (beasiswa 1 tahun untuk siswa SMP/SMA sederajat dan mahasiswa S1) dan Bantuan Peningkatan Prestasi bagi mahasiswa S1 asal KSB.

Penulis sangat teringat pesan Dr. Zulkifli Muhadli, S.H., M.M. Bupati KSB periode 2005-2015 yang dengan lantang mengatakan “Tidak boleh ada kata menyerah untuk memindahkan emas di Batu Hijau ke dalam otak generasi emas KSB”. Beliau sangat menyadari bahwa dengan pendidikanlah nasib seseorang itu akan berubah dan dengan peningkatan pendidikanlah kualitas hidup masyarakat itu menjadi lebih baik.

Keberlanjutan Menuju Generasi Sehat

Setidaknya, ada tiga hal yang bisa menjadi rujukan menilai kinerja program pengembangan masyarakat bidang kesehatan PT NNT. Pertama, telah terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat di sekitar tambang. Fakta ini didukung dengan angka statistik resmi dari pemerintah, diperkuat hasil kajian sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat antara lain Transform, Mitra Samya dan PL3ES. Secara kasatmata sejumlah bukti juga relative mudah ditemukan di lapangan. Tentu tidaklah tepat jika dikatakan peningkatan itu terjadi semata-mata karena adanya program pengembangan masyarakat PT NNT. Tetapi juga rasanya tak layak diingkari kalau PT NNT dengan program pengembangan masyarakatnya memberikan kontribusi yang siginifikan terhadap peningkatan derajat kesehatan sekitar tambang.

Kedua, sarana infrastruktur penunjang kesehatan masyarakat relatif tersedia yang layak dan baik. Sepanjang 5 tahun terakhir (2005-2010) tak kurang Rp 50 miliar telah dikucurkan PT NNT untuk pembangunan infrastruktur kesehatan yang meliputi rehabilitasi puskesmas, polindes, pustu, posyandu dan alat-alat kesehatan. Ada sarana kesehatan yang direhab total, ada pula yang dilengkapi bagian yang kurang.

Dalam pandangan penulis ada satu hal yang patut disyukuri, sejauh ini kualitas bangunan yang dikerjakan kontraktor yang ditunjuk PT NNT, terjamin hasilnya. Pihak PT NNT sendiri memiliki tim khusus di bawah seksi pengembangan masyarakat yang bertugas mengawasi semua pembangunan infrastruktur yang dikerjakan dari dana bantuan perusahaan. Tim ini mengontrol dengan ketat setiap proses pembangunan fisik. Sehingga bisa dipastikan antara dana yang dikeluarkan perusahaan dengan hasil bangunan yang didirikan akan sesuai.

Ketiga, aprisiasi publik yang besar dalam bentuk penghargaan resmi dari pemerintah RI dan masyarakat sekitar tambang sendiri. Sejumlah penghargaan menjadi buktinya. Sebutkan saja misalnya pada 2003 PT NNT mendapatkan penghargaan Pandudaya Masyarakat (PADMA) dari pemerintah Republik Indonesia atas penerapan pengelolaan pengembangan masyarakat yang partisipatif. Lalu pada 2007 dan 2009 Kabupaten Sumbawa Barat menjadi kabupaten sehat di tingkat nasional yang sedikit banyak merupakan kontribusi dari keberhasilan program pengembangan masyarakat bidang kesehatan di desa-desa sekitar tambang.

Di bidang pendidikan dan kesehatan, spirit menuju perubahan yang lebih baik terumuskan dalam kehendak bersama melahirkan genarasi emas yang sehat dan cerdas serta produktif. Program pengembangan masyarakat bidang pendidikan dan kesehatan dijalankan PT NNT bersama-sama pemerintah daerah serta masyarakat dengan bertumpu pada dua hal mendasar. Pertama, berorientasi kebutuhan riil masyarakat, kedua mendorong terjadinya keberlanjutan. Tekad saja belum cukup untuk menyehatkan dan mencerdaskan masyarakat, diperlukan impian tunggal yang kongrit agar segera keluar dari jeratan predikat desa tertinggal!

 

Daftar Pustaka

Syahrul Mustofa, S.H.,M.H (2010) Kajian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Tambang – Antara Pemberdayaan Sosial dan Keamanan Sosial. Yayasan Bantuan Hukum Nusa Tenggara Barat T

Menuju Generasi Sehat-Pengembangan Masyarakat Bidang Kesehatan (2012), Lembaga Transform

Meraih Generasi Emas-Program Pengembangan Masyarakat Bidang Pendidikan  (2012), Lembaga Transform

www.bisnisntb.com, Ironi 766 Kepala Keluarga Miskin di Kawasan Lingkar Tambang Terima Raskin, Senin, 15 Juni 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun