Globalisasi banyak memberikan dampak pada posisi sentral para pelajar di Indonesia. Penyebaran teknologi dan budaya yang seharusnya menjadi anugrah bagi para pelajar, kini hanya terlihat tindakan-tindakan apatisme. Kemajuan dan penyebaran yang begitu cepat, menjadikan para pelajar kurang tanggap menerima dan memanfaatkannya. Dari hal tersebut, dirasa perlu adanya wadah-wadah alternatif yang kreatif untuk menunjang dari dampak globalisasi tersebut. Kami mencoba membuka ruang berfikir para pelajar dalam rumusan metode dalam upaya menyambut Ikatan Pelajar Muhammadiyah Banten bekemajuan, yakni Pencerdasan, Pemberdayaan, dan Pembebasan.
Pencerdasan merupakan usaha yang dilakukan dalam merancang perubahan sosial melalui proses dialog yang memberikan pemahaman dan pengetahuan untuk mengatasi kesalahan berpikir yang telah menghambat perkembangan para pelajar. Keberhasilan perubahan menuju arah yang benar dianggap sulit tercapai jika kesalahan berpikir masih merayap dalam pemikiran para pelajar. Untuk itu, strategi persuasif-reedukatif perlu diterapkan dengan membentuk sikap, pendapat, dan pandangan pelajar terhadap realitas sosial yang tidak seimbang di sekitarnya. Oleh karena itu, pandangan hidup, pandangan dunia, dan nilai-nilai memiliki peran sentral dalam membentuk karakter pelajar. Dalam konteks ini, perubahan yang diinginkan didorong oleh pengetahuan. Ilmu pengetahuan memiliki dampak yang besar pada kemajuan masyarakat, karena ilmu pengetahuan menciptakan dunia.
Pencerdasan yang dimaksud mengacu pada kesadaran bahwa setiap pelajar merupakan agen perubahan sosial di lingkungannya. Dengan demikian, diharapkan terbentuk kepribadian yang inovatif, yang pada gilirannya akan membuka pandangan yang kritis, rasa ingin tahu, serta keterbukaan terhadap ide-ide baru. Kepribadian ini akan melahirkan kritik-kritik terhadap pandangan yang ada, serta mendorong mereka untuk mempertanyakan diri mereka sendiri dalam konteks realitas dunia di sekitarnya. Lebih lanjut, pelibatan aktif pelajar dalam usaha untuk menciptakan perubahan yang lebih baik diharapkan dapat membentuk peran positif mereka dalam transformasi sosial.
Pemberdayaan berakar dari hubungan yang tidak didominasi antara individu yang bertanggung jawab atas pemberdayaan dan para pelajar. Hubungan tanpa dominasi ini terbentuk melalui sikap dialogis dan komunikasi yang dipenuhi dengan sikap kerendahan hati. Dialog di sini menjadi pertemuan antara manusia dan dunia, serta realitas yang memediasi interaksi tersebut. Secara sederhana, pemberdayaan melibatkan trilogi antara pelaku pemberdayaan dan pelajar, yang bersatu melalui perantaraan dunia realitas. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai pengorganisasian sumber daya untuk mencapai perubahan, di mana masyarakat ikut berpartisipasi dan terlibat sebagai pelaku pemberdayaan bersama kaum pelajar. Ini menciptakan keselarasan dalam ide dan pandangan mengenai realitas, mendorong keterlibatan kolektif untuk berjuang menuju kondisi yang lebih baik. Dalam konteks ini, pemberdayaan menggambarkan kesepahaman bersama tentang tujuan perubahan, dan mengajak untuk bersama-sama berusaha mencapainya.
Pembebasan merupakan usaha bersama yang terorganisir untuk memerdekakan para pelajar dari penindasan intelektual yang melemahkan pemikiran mereka dan menjadikan mereka terpinggirkan secara personal, budaya, dan struktural. Dalam konteks teologi transformatif, pembebasan dapat dicapai melalui partisipasi aktif dalam upaya menciptakan transformasi sosial. Partisipasi tersebut dapat dilakukan dengan mengumpulkan kepentingan melalui pembentukan kebijakan yang mencerminkan beragam pandangan dan kepentingan yang dimengerti oleh generasi muda. Selanjutnya, mereka dapat mengartikulasikan kepentingan ini dengan menyampaikan dan mempublikasikan kebijakan-kebijakan tersebut, dengan tujuan memengaruhi kebijakan para pemangku kepentingan atau pihak berwenang. Lebih jauh lagi, pembebasan mencerminkan sebuah perjuangan kolektif untuk mengatasi penindasan dalam berbagai dimensi kehidupan. Hal ini dapat mencakup pembebasan dari keterbatasan pengetahuan, pembebasan dari ketidaksetaraan struktural, serta pembebasan dari norma-norma budaya yang membatasi pertumbuhan individu. Dengan demikian, pembebasan bukan hanya tentang memerdekakan pikiran, tetapi juga membuka ruang untuk pertumbuhan personal dan kesejahteraan secara menyeluruh.
Dalam merangkum upaya menyambut Ikatan Pelajar Muhammadiyah Banten yang berfokus pada Pencerdasan, Pemberdayaan, dan Pembebasan, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah ini merupakan kunci kemajuan Pendidikan Wilayah (PW) IPM Banten di era globalisasi. Melalui pencerdasan, pelajar diharapkan mampu membuka diri terhadap perkembangan pesat di sekitarnya dengan kepribadian yang inovatif. Pemberdayaan, sebagai trilogi interaksi positif, mengajak semua pihak untuk bersatu dan berpartisipasi dalam perubahan menuju kondisi yang lebih baik. Sementara itu, pembebasan menjadi panggilan bersama untuk memerdekakan pelajar dari segala bentuk penindasan, memberikan ruang bagi pertumbuhan personal dan kesejahteraan menyeluruh.
Dengan demikian, semangat Pencerdasan, Pemberdayaan, dan Pembebasan bukan hanya sebagai konsep, tetapi sebagai langkah konkret yang dapat menggerakkan para pelajar menuju puncak kemajuan. Keberhasilan ini tak hanya tercermin dalam peningkatan pengetahuan, tetapi juga dalam perubahan sikap, keterlibatan aktif, dan pembebasan dari segala pembatasan yang mungkin menghambat pertumbuhan individu. Sebagai bagian dari perubahan sosial, langkah-langkah ini menjadi pilar utama dalam membentuk karakter pelajar yang tangguh dan responsif di tengah dinamika global. Dengan demikian, PW IPM Banten dapat melangkah maju dengan keyakinan bahwa generasi pelajarnya akan menjadi agen perubahan yang berdaya, memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan membawa dampak positif dalam mewujudkan kemajuan pendidikan dan kehidupan di era ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H